Soegija
Soegija | |
---|---|
Sutradara | Garin Nugroho |
Produser | Djaduk Ferianto, Murti Hadi Wijayanto SJ, Tri Giovanni |
Ditulis oleh | Armantono, Garin Nugroho |
Pemeran | Nirwan Dewanto, Annisa Hertami, Wouter Zweers, Wouter Braaf, Nobuyuki Suzuki, Olga Lydia, Margono, Butet Kartaredjasa, Hengky Solaiman, Andrea Reva, Rukman Rosadi, Eko Balung, Andriano Fidelis |
Penata musik | Djaduk Ferianto |
Sinematografer | Garin Nugroho |
Penyunting | Garin Nugroho |
Perusahaan produksi | |
Distributor | Puskat Pictures |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 115 menit |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia Jawa Belanda Jepang |
Anggaran | Rp 12 Miliar[1] |
Soegija adalah film drama epik sejarah dari Indonesia yang disutradarai oleh sutradara senior Indonesia Garin Nugroho, yang juga bertindak selaku penulis skenario berdasarkan memoar berjudul Soegija, Catatan Harian Seorang Pejuang Kemanusiaan karya Gregorius Budi Subanar. Film ini dibintangi oleh budayawan Nirwan Dewanto yang memerankan tokoh pahlawan nasional Albertus Soegijapranata, didukung oleh aktor-aktor dari beragam latar belakang budaya. Soegija diluncurkan di Indonesia pada tanggal 7 Juni 2012. Dengan anggaran sekitar Rp 12 Miliar, film ini menjadi film termahal yang disutradarai Garin Nugroho.[1]
Film ini diproduksi dengan format film perjuangan yang mengambil cerita dari catatan harian tokoh Pahlawan Nasional Mgr. Soegijapranata, SJ dengan mengambil latar belakang Perang Kemerdekaan Indonesia dan pendirian Republik Indonesia Serikat pada periode tahun 1940 – 1949. Film ini disutradarai oleh sutradara kawakan Garin Nugroho dengan mengambil latar daerah Yogyakarta dan Semarang. Film ini juga menampilkan tokoh-tokoh nasional Indonesia lain, seperti Soekarno, Fatmawati, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Sri Paku Alam VIII, Jenderal Soedirman, Soeharto, dll. Untuk bisa menggambarkan pengalaman Soegija, film ini banyak menampilkan tokoh-tokoh nyata tetapi difiksikan baik dari Indonesia, Jepang, Belanda, sipil maupun militer dalam peristiwa-peristiwa keseharian yang direkonstruksi dengan cukup detail.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Dengan mengangkat aspek kemanusiaan yang universal ketimbang menekankan aspek agama, film ini berkisah tentang uskup pribumi pertama di Hindia Belanda (Indonesia sekarang), Monsinyur Albertus Soegijapranata SJ, dari sejak ditahbiskan hingga berakhirnya perang kemerdekaan Indonesia (1940 – 1949). Satu dasawarsa penuh gejolak ini ditandai dengan akhir penjajahan Belanda, masuk dan dimulainya masa pendudukan Jepang, proklamasi kemerdekaan RI, dan kembalinya Belanda yang ingin mengambil kembali Indonesia sehingga memulai perang kemerdekaan Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebut dituangkan Soegija dalam renungan-renungan catatan hariannya, dan juga peran sertanya dalam meringankan beban penderitaan rakyat di tengah kekacauan perang. Dia mencoba berperan di semua tingkat, baik politik lokal, nasional dan internasional. Atas peran sertanya, Presiden Soekarno memberikan penghargaan dengan gelar Pahlawan Nasional.
Pemeran
[sunting | sunting sumber]- Nirwan Dewanto sebagai Albertus Soegijapranata
- Andrea Reva sebagai Lingling
- Andriano Fidelis sebagai Banteng
- Annisa Hertami Kusumastuti sebagai Mariyem
- Butet Kertarajasa sebagai Koster Toegimin
- Cahwati sebagai Ciprit
- Cor Van Der Kruk sebagai Mgr Petrus Johannes Willekens
- Eko Balung sebagai Suwito
- Henky Solaiman sebagai Kakek Lingling
- Imam Wibowo sebagai Presiden Soekarno
- Landung Simatupang sebagai Pak Lurah
- Margono sebagai Pak Besut
- Marwoto sebagai Penjual Jamu
- Muhammad Abbe sebagai Maryono
- Nobuyuki Suzuki sebagai Nobuzuki
- Olga Lydia sebagai Ibu Lingling
- Rukman Rosadi sebagai Lantip
- Sagita sebagai Hamengkubuwono IX
- Soca Ling Respati sebagai Prajurit Kecil
- Wouter Braaf sebagai Hendrick
- Wouter Zweers sebagai Robert
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Budget Film Multikultural Garin Rp 12 M - Surabaya Post Daring