,

Kisah Quotes

Quotes tagged as "kisah" Showing 1-16 of 16
“Sebab aku tahu cinta terbaik akan selalu pulang.
Jika kau tak kunjung datang,
barangkali kau memang ditakdirkan sebatas kisah yang hanya layak tersimpan sebagai kenangan”
Boy Candra, Sebuah Usaha Melupakan

“dan sedih mu juga mengenang di kelopak mataku,
lalu turun membasahi pipi,
duka mu selalu menjadi kisah yang tetap ku tabahkan”
andra dobing

Dian Nafi
“Semua kisah yang kudengar dari mereka mengandung hikmah-hikmah yang besar sangat nilainya. Kesabaran, kesyukuran, tawakal, keikhlasan dan banyak lagi.”
Dian Nafi, Miss Backpacker Naik Haji

Sam Haidy
“Aku adalah dongeng sebelum tidur
yang setia mendaur diri
meski selalu terpenggal
oleh gilotin matamu

Aku adalah kisah tak tuntas
yang berulang kali kau tebas
hanya untuk kembali
bertunas dan bertunas lagi”
Sam Haidy, K(a)redo(k) Puisi Jaman Now

Titon Rahmawan
“# Dulu, Kini dan Waktu yang Telah Hilang

Seperti geletar semu yang kaukirimkan padaku lewat layar ponselmu, haruskah kusambut dengan rasa haru? Sebab dulu, senyummu adalah rembulan yang menumbuhkan cinta di dadaku. Tapi kini, ia tak lagi berseri seperti kelopak melati yang layu di ujung hari.

Aku berharap, mungkin masih akan datang lagi waktu yang akan menyambut kehadiranku seperti dulu. Seperti penyair remaja, yang berusaha keras menciptakan beribu ribu mimpi demi menghidupkan cinta yang telah lama mati. Cinta yang pernah jadi milik kita dan kemudian pergi entah kemana?

## Perjalanan, Harapan dan Mimpi yang Tak Pernah Terkubur

Tetapi masih kuingat perjalanan itu, yang mengantarkanmu kepadaku. Kepada ciuman musim penghujan yang menumbuhkan pokok pohon kol banda di halaman rumah. Masih serupa mimpi yang datang lagi menghampiri. Penuh, seperti lembut bibirmu yang lekat menempel di bibirku, akankah ia abadi? Tapi itu ternyata cuma ingatan sekilas saja.

Sungguh, betapa kita pernah jalan berdua. Dari pintu gerbang sekolah sampai ujung jalan terjauh dari kerinduan kita pada puisi puisi yang ingin kita tulis bersama. Pada lukisan hujan yang akan menghidupkan semua ingatan yang kemudian kita jalin menjadi sebuah novel atau mungkin juga bahtera. Tak sebesar milik nabi Nuh, tapi cukuplah ia mengantarkanmu ke negri jauh. Negri harapan, di mana mimpi itu tak akan pernah terkubur.

### Waktu yang Tiba Tiba Menua dan Mimpi yang Telah Mati

Lalu, siapa yang telah menua di antara kita? Cuma kol banda yang masih tegak kokoh di depan rumah.

Atau barangkali cuma mimpi, yang terlanjur melupakan semua kisah yang telah dirajutnya sendiri. Mimpi yang dulu pernah menyatukan kita dan lalu mati. Terkubur entah di mana?”
Titon Rahmawan

“berjarak, untuk melonggarkan hati yang sesak”
Dendi dalam Trave love ing

“biarkanlah lolongan anjing anjing itu hilang terkaing-kaing, Tuhan
telingaku telah padat dan tersumbat oleh aungan mereka yang serupa percakapan setan-setan
sa'at kubuka pintu pagi; jangan lagi ada berita kematian kisahku membangkai dimakan anjing! semoga”
firman nofeki

“Dalam Gerbong Kereta:

Siapa gerangan yang mampu
membungkam sebuah kata
yang terucap dari sebuah rasa
yang tercipta dari sepasang mata
yang saling memandang ?”
Epaphras Ericson Thomas

“Aku melumpuhkan inderaku saat aku bersamamu;
Telinga yang mendengar betapa buruknya dirimu dari orang lain.
Kaki untuk melangkah pergi dari sisimu.
Mata yang melihat dirimu bersama perempuan lain.

Hati yang merasakan kegetiran bahwa kau sesungguhnya tak benar-benar mencintaiku.
Kini aku tak lagi bersamamu.
Tak berarti inderaku tak lagi lumpuh.
Untuk sekedar mendengar bisikan hatiku bahwa aku berharga, aku tak mampu.”
Ahimsa Murfi

Alfin Rizal
“Malam maret, melepas geliat kabisat.
Sebaris kisah kasih kesah,
di ekor Februari mengukir akar.
Bulan romantis itu menyapa.
ia tak butuh kata manja,
namun ia butuh risau rasa!”
Alfin Rizal

“Perihal Langit Malam:
aku teringat sebuah kisah,
tentang bulan dan bintang
yang tak pernah menyoal
siapa sejatinya yang pertama hadir,
atau siapa yang harus lebih dulu ada;

tiba-tiba langit bergemuruh,
katanya demikian:
mereka hanya bergerak,
sekali tempo menjauh,
dua kali mendekat,
hingga mereka bertemu,
suatu saat nanti.”
Epaphras Ericson Thomas

Dian Nafi
“dulu kisah yang kuabaikan, kini menjadi perhatianku ketika aku mengalaminya sendiri”
Dian Nafi, Matahari Mata Hati

Kusumastuti
“Setelah membaca dua kali kisah Peer Gynt, Sam kembali membaca kertas itu. Mengernyit. Tidak ada nama Livia di cerita itu.”
Kusumastuti, Berlabuh di Lindoeya

“Bukan mencari seseorang perempuan yang cantik bahkan sangat cantik karena ada masa kalanya nanti dibuat jelek karena memiliki rautan wajah.

Namun mencari perempuan yang ideal seperti bisa masak, bisa mencuci manual, selalu bersemangat, sayang dan cinta kepada kita dan keluarga, itu pastinya dia cantik, tak perlu diragukan lagi”
@danangme

“Mari kita permudah, Aku mendekatimu karna mungkin kau berhak kumiliki. Jika tidak, pergilah! Aku tidak mau berumit dengan kisah kasih yang pahit. Aku tidak minta banyak, jika kau memang mau mendekat, Dekatlah! Akan ku bisikan keseriusan. Buanglah Rasamu bahwa aku akan menyakitimu, jika kau tak yakin! Jangan berikan harapan. Dalam Cinta aku juga ingin menang.”
Nurdin Ferdiansyah

Titon Rahmawan
“Masih ada rumah lain di tengah hutan yang bukan milikmu. Ia masih serupa misteri yang sengaja engkau sembunyikan. Mata buta, telinga tuli.

Demikianlah hidup, ia tetaplah teka-teki yang tak terselami hingga lembar terakhir menjelang kematian.

Kudapati engkau duduk berdua di beranda. Sedang bercakap dengan diri sendiri atau entah dengan siapa. Memperdebatkan hal-hal asing yang tak perlu. Mengupas kulit filsafat atau inti agama yang tak pernah engkau yakini kesahihannya.

Kebenaran tak ada di dalam pikiran-pikiran kosong yang tak menyadari kedunguannya sendiri. Bagimu ia tak lebih dari fatamorgana.

Ia bisa jadi jasad yang terkubur di tanah tak bertuan, atau di tengah hutan tak berpenghuni. Kegelapan menyelinap dari balik rasa penasaran kita. Menikam dengan pisau yang tak sepenuhnya kita sadari. Mencekik tanpa iba sampai mati.

Di mana kisah ini sampai ke penghujung jalan. Kematian demi kematian datang menjemput, tak ada lagi waktu untuk berpaling.”
Titon Rahmawan