,

Nabi Quotes

Quotes tagged as "nabi" Showing 1-7 of 7
Pramoedya Ananta Toer
“Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri di tengah-tengah hutan atau samudera masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik.”
Pramoedya Ananta Toer, House of Glass

Mohamad Jebara
“Even as flawed human beings inevitably corrupt and obscure the natural monotheistic order, all hope is not lost. Just as inevitably, prophets emerge to issue bold calls to restore a nurturing relationship with the Divine. As the Qur’an explains, “Humanity was of one faith, then they transgressed against each other, so the Loving Divine sends the prophets as guides” (2:213). The English term “prophet” suggests someone foretelling the future, yet Semitic prophets are more focused on recovering a precious heritage in order to chart a better future. The Nabi, the Semitic term for prophet, describes an unlikely source of water bubbling up in an unexpected location, like a desert spring. The Nabi is rarely a prominent elite, but rather an unlikely leader who selflessly connects with divine truth that inexorably bubbles up inside.”
Mohamad Jebara, The Life of the Qur'an: From Eternal Roots to Enduring Legacy

Tasaro G.K.
“Artinya, Anda lebih mulai tertarik untuk mempelajari Qur’an sebagai sumber informasi yang ditinggalkan Nabi Muhammad dan menurut orang Islam masih otentik hingga sekarang dibanding menilai agama ini dari perilaku penganutnya?”
Tasaro GK

“They say, Find a purpose in your life and live it. But, sometimes, it is only after you have lived that you recognize your life had a purpose, and likely one you never had in mind. - Nabi”
Khalid Hosseini, The Complete Khalid Hosseini

“Jika saintis telah mengajar kita mengenai cakrawala, jirim dan jisim yang dapat kita saksikan dengan pancaindera kita sendiri, para rasul mendidik kita mengenai perkara-perkara yang ghaib. Kalau ahli teknologi telah memudahkan urusan-urusan kehidupan kita, para rasul mendidik kita mengenai matlamatnya. Jikalau para pedagang telah memberikan kita untung dan laba, para rasul mendidik kita mengenai “perniagaan yang akan menyelamatkan kamu daripada azab yang maha pedih...” (al-Saff, 61: 10). Jika para petani telah menanam makanan keperluan kita, para rasul mendidik kita bahawa dunia ini ladang akhirat; manusia hanya menyemai dan memupuk kebaikan atau keburukan di dunia, kebahagiaan sarmadi atau kesengsaraan tragis akan dituai di akhirat. Kalau arkitek telah mereka-bentuk dan jurutera mereka-bina bangunan, para rasul mendidik kita mengenai pembentukan dan pembinaan serta penyempurnaan sakhsiah insan. Jikalau seniman telah mencipta karya seni yang halus dan indah, para rasul telah mendidik kita mengenai pemerindahan jiwa itu sendiri. Jika tentera telah mempertahankan keselamatan negara kita, para rasul mendidik kita untuk menjadi laskar yang mempertahankan kubu kalbu dan benteng jiwa dari rasukan serangan gerombolan musuh nyata manusia, iaitulah Iblis, shaitan dan bala tentera mereka, la‘natullahu ‘alayhim.”
Mohd Sani Badron

Abu Hamid al-Ghazali
“Sebagaimana yang dikatakan tadi pintu-pintu yang terbuka untuk dimasuki oleh syaitan ke dalam hati adalah sangat banyak. Tetapi pintu untuk dimasuki oleh malaikat hanyalah sebuah sahaja. Sungguhpun demikian manusia masih terus terkeliru bila bedepan dengan pintu-pintu tersebut. Ianaya adalah sepeti seorang musafir yang sedang berada di tengah-tengah padang pasir yang mempunyai banyak jalan yang berliku-liku di tengah-tengah malam yang gelap gelita. Ia hanya dapat mengesan jalannya melalui mata hati dan terbitan matahari dengan sinarannya yang terang-benderang. Mata hati di sini ialah hati yang putih bersih bersalut taqwa, dan matahari yang terang-benderang ialah ilmu pengetahuan yang banyak diperolehi dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW yang mana memberinya petunjuk dan memimpinnya ke arah jalan lurus yang patut diikutinya.”
أبو حامد الغزالي, Penyakit-penyakit Hati

“Peri watak dirinya menyata seribu cerita budi pekertinya yang mulia. Katakan apa saja yang boleh dikaitkan dengan sifat budiman maka akan mengenai diri wataknya jua.”
Shaykh Amin al-Jundi al-Himsi, Al-Qasidah Al-Maymunah: