Pergi ke kandungan

Hakka

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Hakka
客家
Kawasan ramai penduduk
Nigeria Suriname China Malaysia Chad Hong Kong Taiwan Madagascar
Bahasa
Bahasa Hakka + bahasa-bahasa negara kediaman
Agama
Kebanyakannya menganut agama Buddha Mahayana, Konfusianisme, Taoisme, agama tradisional Cina. Populasi Kristian kecil tetapi penting.
Kumpulan etnik berkaitan
Orang Cina Han yang lain, orang She
Hakka
Bahasa Cina客家
Hakkahag2 ga24
Maksud harfiahkeluarga tetamu
Persatuan Hakka di Muar, Johor.

Orang Hakka ([hak-ka] Bahasa Mandarin: Kèjīa, 客家) ialah sebuah suku bangsa Han yang tertumpu di wilayah-wilayah Guangdong, Jiangxi, dan Fujian di China. Nenek moyang mereka sering dikatakan berasal dari China Utara atau China Tengah berabad-abad dahulu. Namun, asal-usul orang Hakka masih hangat diperdebatkan. Adalah dikatakan bahawa dalam beberapa gelombang penghijrahan, orang Hakka berpindah, menetap di tempat-tempat mereka berada sekarang di China selatan, dan kemudiannya berhijrah seberang laut ke negara-negara lain. Orang Hakka banyak berpengaruh sepanjang sejarah China dan orang Cina seberang laut: khususnya, mereka telah menjadi satu sumber pemimpin revolusi, politik dan ketenteraan, tidak memeranjatkan kerana suku Hakka ini banyak berjelajah[perlu rujukan] di dalam dan luar China, serta memegang pandangan seluruh China [perlu rujukan] dan bukannya pandangan setempat panglima-panglima setempat ketika Zaman Panglima Cina.

Orang Hakka paling banyak dijumpai di wilayah-wilayah selatan China, tetapi juga boleh didapati di wilayah-wilayah utara; contohnya terdapat rancangan berita televisyen yang dibaca dalam bahasa Hakka di Xi'an, Shaanxi. Kehadiran suku Hakka ada di merata negara China.

Pada awalnya, nama "Hakka" tidak merujuk kepada suatu kelompok tertentu[1] - perkataan "hak" (客, ) atau "pendatang" pertama kali muncul dalam catatan pendaftaran penduduk pada zaman Dinasti Song untuk menyebut para pendatang yang telah berhijrah dari daerah mereka dan menghuni banyak kawasan dalam negeri.[1]

Istilah "Hakka" (客家, kèjiā) pula berasal daripada penutur Bahasa Kanton[2] sebagai merujuk kelompok ini yang tiba dalam persekitaran yang barharu; istilah ini kemudian diterima oleh orang Hakka sebagai nama pengenalan mereka tersendiri.[2]

Asal usul Hakka masih dipertelingkahkan para sejarawan[1] hasil perpindahan berulang kali, sedangkan catatan tertulis tidak ditemukan. Luo Xiang- Lin mendasarkan teorinya dari penyelidikannya daripada catatan keluarga dan suku Hakka di mana ada yang tertulis mulai dari dinasti Song. Mereka memiliki kaitan dengan kelompok bawahab Tionghoa lainnya yang berpindah ke China selatan.[3] Perpindahan suku Han termasuk Hakka dari China utara secara besar-besaran terjadi berkali-kali atas berbagai alasan seperti peperangan atau bencana alam. Para sejarawan menyimpulkan perpindahan mereka secara bertahap.[4]

Teori gelombang penghijrahan

[sunting | sunting sumber]

Beberapa sejarawan telah memperkirakan penghijrahan paling awal terjadi semasa zaman Dinasti Qin, secara tepatnya semasa pemerintahan Maharaja Qin Shi Huang di mana telah berlakunya perpindahan penduduk secara besar-besaran dari Zhongyuan, daratan tengah yang dikatakan sebagai tanah asal orang Tionghoa yang kini meliputi Henan, Shaanxi, Shanxi, Hebei dan Shandong.[3] Luo Xiang Lin memperkirakan abad ke-4 M sebagai awal mula. Pengkaji asing seperti Huntington dan Campbell merumuskan "teori perpindahan 3 gelombang" yang dikirakan bermula pada abad ke-4 M,[4] sementara D. Ball dan E J Eitel di akhir abad ke-19 merumuskan "teori 5 gelombang" yang akhirnya disempurnakan oleh Luo Xiang-lin menjadi teori klasik migrasi Hakka.[4] Adapun Mary Erbaugh merumuskan "teori 4 gelombang" yang bermula sejak dinasti Tang.

  • Gelombang Pertama (317-879), saat China diserbu oleh suku Xiongnu dan ibukota Dinasti Jin (265-420) dipindahkan dari Luoyang ke Chang'an (311). Perpindahan ini diikuti penghijrahan berama-ramai rakyat menyeberangi Sungai Panjang menuju Hunan, Hubei selatan, Anhui, Zhejiang dan Lembah Sungai Gan di Jiangxi, dan kemungkinan berbaur dengan suku She di selatan (Heggheim) [3]

Mary Erbaugh (seperti yang dipetik A. Heggheim dalam Three Cases tidak menyetujui adanya gelombang pertama ini kerana tiadanya catatan bertulis yang didapati sama sekali.

  • Gelombang Kedua (880-1120) terjadi pada akhir zaman Dinasti Tang, ketika terjadi Pemberontakan Huang Chao.[4] Penduduk Tang di Anhui, Henan dan Jiangxi berpindah ke selatan sampai Fujian dan sebelah utara Guangdong. Mungkin itu sebabnya orang Fujian menyebut orang2 Tionghoa sebagai Tang Lang (artinya : orang Tang).
  • Gelombang Ketiga (1127-1644) terjadi selama zaman Dinasti Song, kedatangan suku Jurchen memaksa suku Han untuk pindah ke selatan sampai akhirnya, Maharaja Gaozong berhasil melewati Sungai Yangtze dan mendirikan Dinasti Song Selatan pada tahun 1127.[3] Perpindahan lain terjadi ketika bangsa Mongol menguasai China pada zaman ini.

Catatan tertulis klan2 Hakka dimulai sejak dinasti Song ini sehingga eksodus ini paling reliable (bisa dipercaya)

  • Gelombang Keempat terjadi pada awal zaman Dinasti Qing (1644-1911). Disebabkan populasi yang meningkat pesat, lahan pertanian berkurang serta tekanan pemerintahan Qing, orang Hakka yang tinggal di pesisir selatan Fujian dan Guangdong, pindah ke pedalaman menuju Guangxi, Hunan dan Sichuan, selain itu, banyak yang pindah ke Taiwan, Asia Tenggara, Afrika, Hawaii dan Kepulauan Caribbean.
  • Gelombang Kelima (1867): setelah orang Hakka berperang dengan penduduk Guangdong, orang Punti dan setelah dipadamkannya Pemberontakan Taiping yang dipimpin orang Hakka, Hong Xiu-chuan. Mulai zaman ini orang Hakka sudah keluar dari Guangdong ke Hainan, Asia Tenggara dan negara-negara di Amerika Selatan.

Zaman Dinasti Qing dan kemunculan jatidiri budaya Hakka yang tersendiri

[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-17, pemerintahan Dinasti Qing memerintahkan pengosongan penduduk dari daerah pesisir Guangdong dan Fujian untuk mencegah pembajakan dan penyelundupan oleh para pendukung Zheng Chenggong, hamba Dinasti Ming yang telah menyeberang ke Taiwan. Setelah Taiwan ditaklukkan pada tahun 1863, pemerintah menarik perintah pengosongan, namun sedikit orang yang menempati kembali daerah yang telah dikosongkan. Oleh kerana itu, pihak kerajaan memberikan insentif untuk penduduk menempati daerah itu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang berasal dari daerah yang berpendudukan mahupun yang terjejas hasil bencana alam. Kebanyakan dari mereka adalah orang Hakka.[5] Kedatangan mereka ke wilayah yang telah berpenduduk membuat mereka mendapat julukan "Hakka" oleh orang Punti atau "Khek" oleh orang Hoklo, yang keduanya bermakna "tamu" atau "pendatang". Pada zaman akhir Qing, perpindahan Hakka semakin berleluasa akibat kekalahan Pemberontakan Taiping yang didorong orang Hakka sendiri terhadap pemerintah Manchu sekaligus mencetuskan konflik dengan penduduk asli dalam Perang Hakka-Punti di Guangdong sehingga menyebabkan ribuan Hakka melarikan diri ke Hainan, Taiwan, Asia Tenggara, Hawaii dan sebagainya.[6]

Ciri-ciri kebudayaan

[sunting | sunting sumber]

Jati diri yang menunjukkan ciri utama Hakka antara lain diperlihatkan dengan penggunaan bahasa yang ditutur (Bahasa Hakka) serta tradisi dan budaya yang diamalkan. Masyarakat Hakka tidak termasuk dalam 56 kelompok suku bangsa yang diiktiraf secara rasmi oleh pemerintah China, jadi pengelas suku, ras atau bangsa tidaklah dapat digambarkan kepada kelompok ini dengan tepat. Sebailknya, kelompok Hakka dikategorikan dalam kelas "garis keturunan" (minxi, 民系) dari suku Han (kèjiā minxi, 客家民系) agar sebagai satu penjelasan.[7]

Pada awalnya Hakka seringkali dipandang rendah oleh kelompok Han lain bahkan dianggap kurang beradab karena sebagian besar tidak mempunyai tanah dan miskin.[6] Namun, orang Hakka mempertahankan jati diri dan sejarah asal usul dari China Utara yang merupakan pusat kebudayaan Tionghoa, sehingga menganggap mereka Tionghoa tulen yang masih mewarisi peradaban tinggi. Keyakinan asal dari utara dipegang teguh oleh orang Hakka. Walaupun mereka telah banyak berpindah randah dan menetap di berbagai-bagai daerah lain di China, mereka masih mempertahankan bahasa dan kebudayaan mereka yang didorong perasaan ingin mengasingkan diri.[7]

Di China selatan, orang Hakka merupakan pendatang terakhir di tanah orang lain dan seringkali harus bertahan menyara hidup di tanah yang tidak subur. Mereka dianggap rendah dan tidak diterima sehingga membentuk sifat yang ulet, berani, gigih dan tabah.[6] Konflik dengan penduduk asli menyebabkan mereka menjadi masyarakat yang memiliki semangat kekitaan yang tinggi dan saling berhubungan erat. Kaum lelaki memiliki tugas berat di luar rumah, sementara kaum wanita bekerja keras mengurus rumah dan ladang. Mereka bebas berdiri di atas kaki sendiri serta berkedudukan yang setaraf dengan lelaki dalam . Penolakan mengikat kaki kemungkinan dikarenakan alasan kemisikinan. Wanita hakka yang sudah tua seringkali berperan dalam mengambil keputusan rumah tangga. Selain persepsi negatif, kelompok Tionghoa lain juga menganggap orang Hakka jujur, pekerja keras dan sederhana. Konflik yang terus-menerus dengan penduduk asli menyebabkan orang Hakka berani mengambil risiko untuk keluar dari tempat asal dan berimigirasi ke berbagai tempat di China dan luar negeri.[8]

Wanita Hakka antara lainnya menolak tradisi mengikat kaki[9] memandangkan ia tidak sesuai dengan peranan dan pekerjaan mereka berbeda dari wanita Tionghoa kelompok lain, mereka sering diejek berkaki jelek dan besar disebabkan perbezaan fahaman ini.

Tempat asal

[sunting | sunting sumber]

Daerah asal orang Hakka secara garis besar dapat dibahagi menjadi empat daerah utama, yakni: Meizhou, Ganzhou, Tingzhou dan Huizhou. Sedangkan daerah Shibi yang berbatasan dengan Provinsi Jiangxi, di Kabupaten Ninghua, Provinsi Fujian merupakan daerah pusat pembentukan Hakka, dan mendapat julukan sebagai "tanah leluhur Hakka".

Meizhou terletak di daerah timur laut Provinsi Guangdong, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Fujian, sebelah selatan berbatasan dengan Chaozhou, Jieyang dan Shanwei. Meizhou sendiri mendapat jolokan sebagai "ibukota Hakka".

Ganzhou yang memiliki nama lain "Qian" merupakan pintu masuk ke wilayah Provinsi Jiangxi dari sebelah tenggara. Daerahnya diapit Provinsi Fujian, Guangdong dan Hunan.

Tingzhou atau Minxi, merupakan daerah pemukiman Hakka di bagian barat Provinsi Fujian. Tingzhou terbagi atas kabupaten Changting, Liancheng, Wuping, Shanghang, Yongding, Ninghua, Qingliu dan Mingxi.

Bahasa Hakka (Hakka-fa;客家話) merupakan salah satu dari tujuh bahasa utama yang diketahui dalam Republik Rakyat China. Para penutur bahasa ini berbeda dialek dapat berbicara sdan memahami antara satu sama lainmeskipun banyak bertaburan. Kemana pun mereka pindah, orang Hakka masih mempertahankan kebudayaan, terutama bahasa.[6] Bahasa Hakka memiliki kekerabatan yang lebih dekat dengan Bahasa Mandarin daripada bahasa Tionghoa lain. Bahasa Hakka Meixian (Moiyan Hakka-fa;梅县客家話) terdiri dari 6 nada menjadi bahasa standar.

Kontak dengan berbagai kelompok tuturan berbeda-beda di tempat yang mereka tempati menghasilkan logat dan dialek yang dipengaruhi bahasa setempat.[6] Di Jiangxi bagian selatan terdapat penutur Bahasa Hakka yang dipengaruhi Bahasa Gan, selain itu terdapat pula Hakka-Fuxi (Fujian Barat), Hakka-Tiochiu, Raoping, Hongkong, Guangxi, Siyen (Taiwan), Chuanxiang (Hunan-Sichuan) dan Pulau Hainan. Selain itu, varian lain muncul di Asia Tenggara yang umumnya merupakan kumpulan penutur cabang dari wilayah utama China, antara lain, "Ngai" (kawasan teluk Tonkin, Vietnam), Malaysia (Kuala Lumpur, Sabah, Sarawak), Thailand, Indonesia (Aceh, Bangka-Belitung, Jawa, Kalimantan Barat dan Timor). Terdapat juga kependudukan penutur Hakka penting yang dapat dijumpai di Mauritius, India, Jamaika, Suriname, United Kingdom, Kanada dan sebagainya.

Tempat tinggal orang Hakka dikenal dengan sebutan Tulou (客家土楼 rumah tanah). Tulou dibina dalam berbaga--bagai jenis bentuk, ada yang berbentuk bulat, persegi empat, bentuk U, setengah bulat, bentuk segi delapan seperti bentuk bagua dan sebagainya.

  1. ^ a b c The Jews of Asia, edu.ocac.gov.tw. Akses:17-02-2013
  2. ^ a b Three cases in China on Hakka identity and self-perception, duo.uio.no. Akses:17-02-2013
  3. ^ a b c d Origin and Migrations of the Hakkas, weber.ucsd.ed. Akses:17-02-2013
  4. ^ a b c d Studies on Histories of the Hakkas: Reconsidered Diarkibkan 2013-01-20 di Wayback Machine, ide.go.jp. Akses:09-03-2013
  5. ^ Home History of the Hakka People in Penang, asiawind. Akses:18-03-2013
  6. ^ a b c d e Ralat petik: Tag <ref> tidak sah; tiada teks disediakan bagi rujukan yang bernama HAN-GONDOMONO
  7. ^ a b Hakka: The Politics of Global Ethnic Identity Building, vbn.aau.dk. Akses:18-03-2013
  8. ^ Who are the Hakkas? Diarkibkan 2009-12-12 di Wayback Machine, asiawind. Akses:17-02-2013
  9. ^ Hakka Women Diarkibkan 2013-03-03 di Wayback Machine, asiawind. Akses:17-02-2013

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pautan luar

[sunting | sunting sumber]