Lompat ke isi

Wangsa Mataram

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wangsa Mataram
ꦮꦁꦯꦩꦠꦫꦴꦩ꧀
NegaraMataram, Surakarta, Yogyakarta, Mangkunagaran, Pakualaman
Kelompok etnisJawa
Didirikan1586
PendiriPanembahan Senapati
Kepala saat ini Sri Susuhunan Pakubuwana XIII (Surakarta)
Sri Sultan Hamengkubuwana X (Yogyakarta)
KGPAA. Mangkunagara X (Mangkunagaran)
KGPAA. Paku Alam X (Pakualaman)
GelarPanembahan
Susuhunan (Sunan)
Sultan
Adipati
Gelar sapaanSinuhun (sebutan untuk baginda)
Nandalem (sebutan baginda dalam Krama Inggil)
Sahandhap Dalem (Surakarta)
Ngarsa Dalem (Yogyakarta)
EstatMataram

Wangsa Mataram (bahasa Jawa: ꦮꦁꦯꦩꦠꦫꦴꦩ꧀, translit. wangsa mataram, pengucapan bahasa Jawa: [wɔngˈsɔ mat̪aram], dikenal juga sebagai Catur Sagotra) atau Dinasti Mataram adalah sebutan bagi wangsa atau keluarga bangsawan yang memerintah di tiga kerajaan yaitu Mataram Islam, Surakarta, dan Yogyakarta, serta di dua kadipaten yaitu Mangkunagaran dan Pakualaman. Setelah Perang Takhta Jawa Ketiga hingga saat ini, wangsa Mataram masih memerintah monarki-monarki pecahan Mataram Islam (Catur Sagotra).

Wangsa Mataram merupakan dinasti terakhir yang berkuasa di Pulau Jawa. Wangsa ini memerintah negara yang juga memiliki nama yang sama dengan nama keluarga besarnya, Mataram, sebuah negara yang bermula di daerah bekas reruntuhan kerajaan Mataram Kuno dan meluas hampir menguasai seluruh tanah Jawa, Madura, dan sebagian daerah di pulau disekitarnya.

Berdasarkan sejarahnya, penguasa Mataram adalah keturunan dari Ki Ageng Sela (Sela adalah sebuah desa dekat Demak). Salah satu keturunan Ki Ageng Sela yaitu Ki Ageng Enis memiliki putra bernama Ki Ageng Pamanahan, mereka merupakan perintis dan pendiri wangsa Mataram bersama tokoh dari Sela lainnya yaitu Ki Juru Martani dan Ki Panjawi.

Para penguasa dari wangsa Mataram umumnya menggunakan gelar-gelar yang diambil dari beberapa bahasa, utamanya dari bahasa Jawa dan Arab. Di antara gelar-gelar yang mereka sandang, sunan dan sultan adalah gelar yang paling umum diketahui.

Daftar penguasa

[sunting | sunting sumber]
Naskah Perjanjian Giyanti, yang membagi wilayah Mataram menjadi dua kekuasaan, Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Periode Mataram:

  1. Panembahan Senapati (Danang Sutawijaya) 1586 – 1601
  2. Susuhunan Anyakrawati (Raden Mas Jolang) 1601 – 1613
  3. Sultan Agung Anyakrakusuma (Raden Mas Jatmika) 1613 – 1645
  4. Susuhunan Amangkurat I (Raden Mas Sayyidin) 1646 – 1677
  5. Susuhunan Amangkurat II (Raden Mas Rahmat) 1677 – 1703
  6. Susuhunan Amangkurat III (Raden Mas Sutikna) 1703 – 1705
  7. Susuhunan Pakubuwana I (Raden Mas Darajat) 1704 – 1719
  8. Susuhunan Amangkurat IV (Raden Mas Suryaputra) 1719 – 1726
  9. Susuhunan Pakubuwana II (Raden Mas Prabasuyasa) 1726 – 1742 (Periode I)
  10. Susuhunan Amangkurat V (Raden Mas Garendi) 1742 – 1743
  11. Susuhunan Pakubuwana II (Raden Mas Prabasuyasa) 1743 – 1745 (Periode II)
Keraton Surakarta, istana resmi para Susuhunan (Sunan) Surakarta.

Periode Surakarta:

  1. Susuhunan Pakubuwana II (Raden Mas Prabasuyasa) 1745 – 1749 (Periode III)
  2. Susuhunan Pakubuwana III (Raden Mas Suryadi) 1749 – 1788
  3. Susuhunan Pakubuwana IV (Raden Mas Subadya) 1788 – 1820
  4. Susuhunan Pakubuwana V (Raden Mas Sugandi) 1820 – 1823
  5. Susuhunan Pakubuwana VI (Raden Mas Sapardan) 1823 – 1830
  6. Susuhunan Pakubuwana VII (Raden Mas Malikis Solikin) 1830 – 1858
  7. Susuhunan Pakubuwana VIII (Raden Mas Kuseini) 1858 – 1860
  8. Susuhunan Pakubuwana IX (Raden Mas Duksina) 1860 – 1893
  9. Susuhunan Pakubuwana X (Raden Mas Sayyidin Malikul Kusna) 1893 – 1939
  10. Susuhunan Pakubuwana XI (Raden Mas Antasena) 1939 – 1945
  11. Susuhunan Pakubuwana XII (Raden Mas Suryo Guritno) 1945 – 2004
  12. Susuhunan Pakubuwana XIII (Raden Mas Suryo Partono) 2004 – Petahana
Keraton Yogyakarta, istana resmi para Sultan Yogyakarta.

Periode Yogyakarta:

  1. Sultan Hamengkubuwana I (Raden Mas Sujana) 1755 – 1792
  2. Sultan Hamengkubuwana II (Raden Mas Sundara) 1792 – 1810 (Periode I)
  3. Sultan Hamengkubuwana III (Raden Mas Suraja) 1810 – 1811 (Periode I)
  4. Sultan Hamengkubuwana II (Raden Mas Sundara) 1811 – 1812 (Periode II)
  5. Sultan Hamengkubuwana III (Raden Mas Suraja) 1812 – 1814 (Periode II)
  6. Sultan Hamengkubuwana IV (Raden Mas Ibnu Jarot) 1814 – 1822
  7. Sultan Hamengkubuwana V (Raden Mas Gatot Menol) 1822 – 1826 (Periode I)
  8. Sultan Hamengkubuwana II (Raden Mas Sundara) 1826 – 1828 (Periode III)
  9. Sultan Hamengkubuwana V (Raden Mas Gatot Menol) 1828 – 1855 (Periode II)
  10. Sultan Hamengkubuwana VI (Raden Mas Mustaja) 1855 – 1877
  11. Sultan Hamengkubuwana VII (Raden Mas Murteja) 1877 – 1921
  12. Sultan Hamengkubuwana VIII (Raden Mas Sujadi) 1921 – 1939
  13. Sultan Hamengkubuwana IX (Raden Mas Dorodjatun) 1940 – 1988
  14. Sultan Hamengkubuwana X (Raden Mas Herjuno Darpito) 1989 – Petahana
Pura Mangkunegaran, istana resmi para Adipati Mangkunegara.

Periode Mangkunagaran Surakarta:

  1. Adipati Mangkunegara I (Raden Mas Said) 1757 – 1795
  2. Adipati Mangkunegara II (Raden Mas Sulama) 1795 – 1835
  3. Adipati Mangkunegara III (Raden Mas Sarengat) 1835 – 1853
  4. Adipati Mangkunegara IV (Raden Mas Sudira) 1853 – 1881
  5. Adipati Mangkunegara V (Raden Mas Sunita) 1881 – 1896
  6. Adipati Mangkunegara VI (Raden Mas Suyitna) 1896 – 1916
  7. Adipati Mangkunegara VII (Raden Mas Surya Suparta) 1916 – 1944
  8. Adipati Mangkunegara VIII (Raden Mas Hamidjoyo Saroso Notosuparto) 1944 – 1987
  9. Adipati Mangkunegara IX (Raden Mas Sudjiwo Kusumo) 1988 – 2021
  10. Adipati Mangkunegara X (GPH. Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo) 2022 – Petahana
Pura Pakualaman, istana resmi para Adipati Paku Alam.

Periode Pakualaman Yogyakarta:

  1. Adipati Paku Alam I (BPH. Natakusuma) 1813 – 1829
  2. Adipati Paku Alam II (Raden Tumenggung Natadiningrat) 1892 – 1858
  3. Adipati Paku Alam III (GPH. Sasraningrat) 1858 – 1864
  4. Adipati Paku Alam IV (Raden Mas Nataningrat) 1864 – 1878
  5. Adipati Paku Alam V (KPH. Suryadilaga) 1878 – 1900
  6. Adipati Paku Alam VI (KPH. Natakusuma) 1900 – 1902
  7. Dewan Perwalian Pakualaman 1902 – 1906
  8. Adipati Paku Alam VII (Raden Mas Arya Surarja) 1906 – 1937
  9. Adipati Paku Alam VIII (Raden Mas Arya Sularsa Kunta Suratna) 1937 – 1998
  10. Adipati Paku Alam IX (Raden Mas Haryo Ambarkusumo) 1999 – 2015
  11. Adipati Paku Alam X (Raden Mas Wijoseno Haryo Bimo) 2016 – Petahana

Pemakaman

[sunting | sunting sumber]

Para penguasa pertama Mataram sebelum Sultan Agung dimakamkan di Pasarean Mataram. Setelah pembangunan Astana Pajimatan Himagiri di Bantul pada tahun 1632, Sultan Agung dan penguasa Mataram setelahnya (Surakarta dan Yogyakarta) juga dimakamkan di sana.

Sementara untuk penguasa Mangkunagaran dimakamkan di Astana Utara di Surakarta, serta Astana Mangadeg dan Astana Girilayu di Karanganyar. Kemudian untuk penguasa Pakualaman dimakamkan di Astana Giriganda di Kulon Progo.

Pahlawan Nasional Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Catur Sagotra

[sunting | sunting sumber]

Catur Sagotra merupakan penyatuan empat entitas yang masih memiliki akar tunggal tali kekerabatan. Hal ini merujuk pada keluarga kerajaan penerus wangsa Mataram. Kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunagaran, dan Kadipaten Pakualaman.

Sri Radya Laksana, lambang Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Praja Cihna, lambang Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
Lambang Kadipaten Mangkunagaran pada masa pemerintahan Mangkunagara X
Poho, lambang Kadipaten Pakualaman

Guna mempererat hubungan baik antar empat entitas pecahan Mataram, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) rutin menyelenggarakan festival Catur Sagotra setiap tahunnya. Festival ini diikuti oleh perwakilan dari keempat wilayah pecahan Mataram. Keempat istana akan menampilkan mahakarya seni dan budaya sesuai dengan gaya masing-masing.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]