Lompat ke isi

Terapi penentuan ulang seks

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terapi penentuan ulang seks adalah aspek medis dari transisi gender yang memodifikasi karakteristik seseorang agar lebih sesuai dengan identitas gendernya. Terapi penentuan ulang seks dapat mencakup psikoterapi dalam membantu memahami identitas gender diri sendiri, terapi penyulihan hormon untuk memodifikasi karakteristik seks sekunder, bedah penentuan ulang seks untuk mengubah karakteristik seks primer, serta prosedur lainnya seperti epilasi untuk wanita trans. Terapi penentuan ulang seks umumnya merupakan prosedur terbaik untuk menangani kasus disforia gender.[1][2] Sejumlah penelitian telah menunjukkan efektivitas dan dibutuhkannya pendekatan medis fisik dalam penanganan disforia gender.[3][4] Beberapa organisasi profesional seperti American Psychiatric Association, American Medical Association, dan Royal College of Psychiatrists juga telah menyatakan hal yang serupa.[5][6][7][8][9] Penanganan disforia gender tidak berupaya untuk "membetulkan" identitas gender si pasien namun membantu pasien agar dapat beradaptasi dengan identitas gendernya.[10]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Dalam praktik kedokteran saat ini, diagnosis dibutuhkan untuk memulai terapi penentuan ulang seks. International Classification of Diseases-10 memiliki diagnosis transseksualisme (kode F64.0) sementara ICD-11 memiliki diagnosis inkongruensi gender (kode HA60-HA6Z).[11][12] Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) versi 5 keluaran American Psychiatric Association menyebutkan diagnosis disforia gender.[13] Meskipun sebuah diagnosis diperlukan untuk menentukan apakah terapi akan dibutuhkan atau tidak, beberapa orang yang memperoleh diagnosis belum tentu menghendaki sebagian atau seluruh prosedur yang ada dalam terapi karena transisi seseorang tidak harus sama dengan orang lain.[14]

World Professional Association for Transgender Health (WPATH) mengeluarkan panduan Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People (SOC) selama beberapa tahun sekali. Versi terkini (hingga Juni 2019) adalah SOC ke-7 yang diterbitkan tahun 2011.[15] SOC ditujukan sebagai panduan bagi tenaga medis dalam membantu klien transgender, transseksual, atau bervariasi gender agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan jiwa dan fisiknya serta memaksimalkan kesejahteraan hidupnya.[16] SOC dimaksudkan sebagai standar yang dapat disesuaikan oleh tenaga medis berdasarkan pertimbangan kondisi psikologis, anatomi, serta kebutuhan klien yang beragam dan cara transisi setiap orang yang berbeda-beda.[17][18] Panduan teknis lain yang tersedia adalah Guidelines for the Primary and Gender-Affirming Care of Transgender and Gender Nonbinary People dari University of California, San Francisco dan Endocrine Treatment of Gender-Dysphoric/Gender-Incongruent Persons yang berfokus pada penyulihan hormon.[19][20][21] Dokter atau tenaga medis juga sebaiknya mengedukasi klien mengenai rangkaian opsi dan langkah medis apa saja yang dapat dijalani oleh klien dalam terapi penentuan ulang seks.[22]

Kesehatan jiwa

[sunting | sunting sumber]

Kondisi transgender bukan sebuah penyakit.[23][24] Orang transgender dan orang dengan variasi gender dapat mengalami kendala kesehatan jiwa yang sering kali berasal dari stigma dan transfobia.[25] Kendala tersebut dapat berpengaruh terhadap kelancaran penanganan disforia gender. SOC menyaranakan pemeriksaan disforia gender bersamaan dengan pemeriksaan terhadap masalah kejiwaan seperti depresi, ansietas, penyalahgunaan narkoba, hingga ide bunuh diri yang dapat dimiliki oleh klien. Pemeriksaan kejiwaan sangat direkomendasikan namun bukan sesuatu yang absolut atau wajib dalam penanganan disforia gender.[22] Masalah kejiwaan umumnya bukan merupakan kontraindikasi terhadap dilakukannya terapi penentuan ulang seks kecuali jika hal tersebut merupakan penyebab utama disforia gender si klien.[26] Selain terkait masalah kesehatan jiwa, psikoterapi juga dapat berguna untuk membantu klien dalam memahami dan mengeksplorasi identitas gendernya serta membantu klien dalam transisi sosial.[27]

Pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan jiwa diperlukan sebelum penanganan medis lebih lanjut, seperti terapi hormon maupun bedah. Akan tetapi, SOC menegaskan bahwa meskipun pemeriksaan demikian diperlukan, psikoterapi itu sendiri tidak wajib dilakukan dan tidak ada jumlah minimal sesi psikoterapi yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum tenaga medis dapat merujuk klien ke tahapan lanjut transisi.[28] Penanganan disforia gender melalui tahapan lanjutan transisi, seperti terapi hormon, itu sendiri berpeluang untuk mengurangi masalah kesehatan jiwa yang saat ini dimiliki klien.[25]

Terapi penyulihan hormon

[sunting | sunting sumber]

Terapi penyulihan hormon (hormone replacement therapy, HRT) dilakukan menggunakan hormon yang mengafirmasi gender klien[29] berdasarkan kebutuhan dan kondisi klien.[30] Surat rujukan dari dokter kejiwaan dahulu wajib diperlukan namun kini banyak dokter dan tenaga medis yang hanya perlu memberi semacam surat persetujuan (informed consent) untuk memulai terapi.[29] SOC menjabarkan kriteria untuk pelaksanaan HRT sebagai berikut.[30]

  1. Disforia gender yang tercatat dan terus-menerus;
  2. Mampu untuk membuat keputusan persetujuan terhadap tindakan medis;
  3. Berusia dewasa (berdasarkan peraturan setempat, jika usia klien secara anatomi masih remaja, SOC memiliki panduan khusus terkait itu);
  4. Pertimbangan dan pengawasan terhadap klien jika klien memiliki masalah kesehatan tertentu.

Masalah kesehatan dan kejiwaan tidak dimaksudkan untuk dijadikan halangan dalam pemberian HRT (atau tindakan lainnya) terhadap klien namun diperhitungkan agar dapat ditangani sebelum atau bersamaan dengan penanganan disforia gender melalui HRT. Pada kasus yang jarang, HRT terkadang tidak direkomendasikan karena ditemukannya masalah kesehatan lain pada klien. SOC meminta agar tenaga medis membantu klien mencari tindakan lain selain HRT dalam menangani disforia gendernya.[30]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Brown 2011, hlm. 1570.
  2. ^ Green 2009, hlm. 2108.
  3. ^ WPATH 2011, hlm. 8.
  4. ^ Byne, et al. 2012, hlm. 780-781.
  5. ^ Drescher, J.; Haller, E. (2012). "Position Statement on Access to Care for Transgender and Gender Variant Individuals" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-08-10. Diakses tanggal 2014-01-17. 
  6. ^ American Medical Association (2008). "AMA House of Delegates May 2008 Report" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-02-02. Diakses tanggal 2014-01-17. 
  7. ^ American Psychological Association (2008). "APA Policy Statement: Transgender, Gender Identity, & Gender Expression Non-Discrimination". Diakses tanggal 2023-12-28. 
  8. ^ Royal College of Psychiatrists (2013). "Good practice guidelines for the assessment and treatment of adults with gender dysphoria" (PDF). Diakses tanggal 2023-12-28. 
  9. ^ Whittle, S.; Bockting, W.; Monstrey, S.; Brown, G.; Brownstein, M.; DeCuypere, G.; Ettner, R.; Fraser, L.; Green, J.; Rachlin, K.; Robinson, B. "WPATH Clarification on Medical Necessity of Treatment, Sex Reassignment, and Insurance Coverage for Transgender and Transsexual People Worldwide". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-14. Diakses tanggal 2015-08-27. 
  10. ^ Brown 2011, hlm. 1568.
  11. ^ Organisasi Kesehatan Dunia. "F64.0 Transsexualism". ICD-10 Version:2016. Diakses tanggal 2019-06-27. 
  12. ^ Organisasi Kesehatan Dunia. "Gender incongruence". ICD-11 - Mortality and Morbidity Statistics. Diakses tanggal 2019-06-27. 
  13. ^ American Psychiatric Association. "DSM 5 Gender Dysphoria Fact Sheet" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-11-22. 
  14. ^ WPATH 2011, hlm. 8-9.
  15. ^ World Professional Association for Transgender Health. "Standards of Care". Diakses tanggal 2019-06-27. 
  16. ^ WPATH 2011, hlm. 1.
  17. ^ WPATH 2011, hlm. 2.
  18. ^ Byne, et al. 2012, hlm. 779.
  19. ^ Wesp, Linda M.; Deutsch, Madeline B. (2017). "Hormonal and Surgical Treatment Options for Transgender Women and Transfeminine Spectrum Persons". Psychiatric Clinics of North America. 40 (1): 99–111. doi:10.1016/j.psc.2016.10.006. 
  20. ^ UCSF Transgender Care. "Guidelines for the Primary and Gender-Affirming Care of Transgender and Gender Nonbinary People". Diakses tanggal 2019-06-28. 
  21. ^ Hembree, Wylie C; Cohen-Kettenis, Peggy T; Gooren, Louis; Hannema, Sabine E; Meyer, Walter J; Murad, M Hassan; Rosenthal, Stephen M; Safer, Joshua D; Tangpricha, Vin (2017). "Endocrine Treatment of Gender-Dysphoric/Gender-Incongruent Persons: An Endocrine Society* Clinical Practice Guideline". The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. 102 (11): 3869–3903. doi:10.1210/jc.2017-01658. 
  22. ^ a b WPATH 2011, hlm. 21-25.
  23. ^ WPATH 2011, hlm. 4.
  24. ^ American Psychological Association (2014). "Answers to Your Questions About Transgender People, Gender Identity, and Gender Expressio" (PDF). hlm. 4. Diakses tanggal 2017-02-14. 
  25. ^ a b Mizock, L. (2017). "Transgender and Gender Diverse Clients with Mental Disorders Treatment Issues and Challenges". Psychiatric Clinics of North America. 40 (1): 29–39. doi:10.1016/j.psc.2016.10.008. 
  26. ^ Brown, M. (2003). True Selves : Understanding Transsexualism. Jossey-Bass. hlm. 108. ISBN 978-0-7879-6702-4. 
  27. ^ USCF Transgender Care 2016, hlm. 119.
  28. ^ WPATH 2011, hlm. 28.
  29. ^ a b USCF Transgender Care 2016, hlm. 25.
  30. ^ a b c WPATH 2011, hlm. 34.
Sumber tersitasi