Suku Sikumbang
Sikumbang adalah salah satu klan (marga) etnis Minangkabau yang banyak berkembang. Warga suku ini menyebar di berbagai wilayah Minangkabau baik di luhak, rantau ataupun di perantauan.
Asal usul Suku Sikumbang
[sunting | sunting sumber]Nama Sikumbang berasal dari kata Si + Kumbang. Si Kumbang sendiri bermaksud Harimau Kumbang (Harimau berwarna hitam). Kemungkinan dulunya orang-orang suku Sikumbang ini keturunan orang yang kulitnya hitam dan memiliki keahlian bela diri berupa silat harimau yang terkenal.
Selain itu, ada beberapa kata yang terkait dengan asal usul nama suku Sikumbang yaitu kata kumbang. Kumbang bisa berarti sejenis serangga, atau sebuah nama untuk macan tutul (harimau). Sikumbang sangat terkenal di zaman dulu di ranah Minangkabau. Bahkan Sutan Balun yang kemudian bergelar Datuk Perpatih Nan Sebatang diceritakan oleh Gus tf Sakai.
Di nagari tertua dalam wilayah Minangkabau, yakni di nagari Pariangan, suku ini merupakan suku yang berperan sebagai hulubalang nagari, karena dalam suku Sikumbang ini, kaum laki-laki berjumlah banyak dan sangat ahli dalam beladiri. Selain itu, suku ini juga diutus untuk ke batipuh untuk meredakan perselisihan antara masyarakat batipuh ateh dengan batipuh bawah, yang mana pertikaian di picu oleh perbedaan paham antara Bodi Caniago dengan Koto Piliang.
Pemimpin dari suku ini yaitu seorang pendekar yang diberi gelar Tuan Gadang. Seluruh anggota suku Sikumbang mengabdikan diri pada Tuan Gadang. Atas keberhasilan suku ini meredakan pertikaian di Batipuh, Tuan Gadang pun diberi gelar kembali, dengan gelar Harimau Campo Koto Piliang.
Ilmu bela diri Suku Sikumbang
[sunting | sunting sumber]Ilmu Silek Harimau Campo
[sunting | sunting sumber]Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Harimau Campo adalah komandan yang memimpin tim ke daerah Luhak Agam. Karena akrab dengan masyarakat Minangkabau di Agam, anak dari Luhak Agam disebut macan. “Harimau Campo” juga mengajarkan Silek Tuo (Silek yang asli) kepada generasi yang secara dominan diwarnai dengan gerakan imitasi harimau dari daerah asalnya.
Ilmu Silek Kuciang Siam
[sunting | sunting sumber]Selain ilmu Silek Minangkabau yang dikembangkan di Canduang Lasi oleh Kuciang Siam dari generasi ke generasi. Secara umum masih Silek Tuo (Silek tua), tetapi pada dasarnya gerakan dominan dengan gerakan kucing, sebagai hewan peliharaan rumah untuk melindungi dari gangguan tikus.
Gerakan kucing sangat lembut dan tenang tetapi berbahaya jika tertangkap olehnya. Ketika merasa diri di dihancurkan, yang pertama jatuh adalah kakinya dan tidak akan nyenyak, seperti tidak menginjak tanah. Dalam gerakan Silek, ada gerakan yang disebut “Jatuah Kuciang” berarti jatuh ke bawah seperti kucing.
Ilmu Silek Kambiang Hutan
[sunting | sunting sumber]Kan-Bin atau Kambiang Hutan yang berasal dari Cambay Malabar utara juga mewarisi ilmu atau Silek Tuo Silek Usali oleh Datuak Suri Dirajo. Ilmu Kambiang Hutan Silek dikembangkan di daerah Luhak Lima Puluh Kota, yang cirinya semacam ini bertindak lebih Silek gerakan menggunakan tangan di samping itu juga menggunakan memukul kepala dan kaki persimpangan tak terduga oleh lawan.
Ilmu Silek Anjiang Mualim
[sunting | sunting sumber]Anjing Mualim yang berasal dari Hindi selatan Persia atau Gujarat mengembangkan ilmu Silek Rantau Pesisir (wilayah rantau). Ketika kami anggap sudah seharusnya keberadaan Bukit Barisan (pegunungan) membentang dari Utara ke Selatan Barat Timur, dan dari pemerintah pusat ke Selatan bisa melihat etnis pegunungan dimulai dari Angkola, Mandailing, Minangkabau, Lebong, Rawas, Pasaman, gunung Marapi, gunung Seblat, gunung Kaba, dan Gunung Dempo, serta sungai mengalir dan pergi ke muara ini Pantai Timur Sumatra. Ini adalah daerah tempat An- Jin memimpin bagi pembangunan daerah asing serta tumbuh dari masyarakat. Semacam ini digunakan Silek gerakan pertempuran dan pertahanan dalam bentuk lingkaran.
Silek Usali (Silek Tuo) Silek Lama
[sunting | sunting sumber]Ilmu gayuang milik Datuak Suri Dirajo dan kombinasi dengan tiga jenis Silek di atas, adalah menciptakan Silek jenis bervariasi dari pertahanan diri dari Tanah Basa (India Selatan). Menangkap semacam ini disebut Silek begitu Silek Langkah Tigo (langkah tiga Silek) atau Silek Usali daripada yang bernama Silek Tuo, pada dasarnya adalah sumber utama Gayuang atau paling terkenal dengan sasaran “Sajangka Duo Jari”
Sasaran
[sunting | sunting sumber]Sasaran (target) adalah tempat untuk mengajarkan murid (Anak Sasian) dari Silek. Ada beberapa cara atau beberapa persyaratan yang harus dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan “Alua jo Patuik”, diantaranta berdarah pada sasaran dengan darah ayam.
Pendidikan berbasis Silek ” Tau di Garak jo Garik” (mengerti gerak gerik) yang memerlukan kesadaran dan keputusan yang solid sebagai nasihat sebagai berikut:
Tahu dibayang kato sampai
Tahu di tunggua kamanaruang
Tahu dirantiang kamalantiang
Alun bakilek alah bakalam
Artinya: Tahu apa yang sedang dikatakan
Tahu apa yang bahaya
Tahu apa yang akan terluka
Berpikir secara mendalam sebelum suatu tindakan
Syarat menjadi “Pandeka” (Pendekar) adalah mengetahui dari Garak jo Garik (tujuan dan tindakan). Garak di Minangkabau tidak berarti tindakan, ini berarti suatu tujuan atau isyarat. Atau dapat dikatakan dalam perasaan, sementara Garik berarti tindakan yang dapat terlihat sehingga dapat dihindari, dihentikan, ditangkap atau dikunci.
Pengaruh hukum adat adalah begitu kuat di Minangkabau yang benar-benar membantu dalam pembentukan jiwa Pendekar Minangkabau seperti:
Yang bajanjang naiak, batanggo turun
Batatah babarih, jauah buliah ditunjuakkan
Dakek buliah dipacikkan, cancang mamampeh
Ndak lapuak dek hujan, ndak lakang dek paneh
Yang berarti:
- Hormat
- Penuh kepercayaan
- Kejujuran
- Loyalitas
Sub-klan
[sunting | sunting sumber]- Sikumbang 4 Ibu
- Sikumbang Gadang
- Sikumbang Bukik
- Sikumbang Lurah
Kerabat
[sunting | sunting sumber]Penyebaran
[sunting | sunting sumber]Suku Sikumbang termasuk salah satu suku terbesar dan cukup merata penyebarannya di seluruh alam Minangkabau sebagaimana beberapa suku besar lainnya yaitu suku Piliang, Koto, Caniago, Tanjung, Guci, Jambak dan suku-suku lainnya.
Gelar Datuk
[sunting | sunting sumber]Di antara gelar datuk suku ini adalah:
- Datuak Sati (Piladang, Lima Puluh Kota)
- Datuak Rajo Pangulu (Piladang, Lima Puluh Kota)
- Datuak Pamuncak Alam Sati
- Datuak Rangkayo Basa
- Datuak Kayo
- Datuak Basa Batuah
- Datuak Batuah
- Datuak Bandaro
- Datuak Rajo Api
- Datuak Rajo Agam
- Datuak Mangiang
- Datuak Nan Sati
- Datuak Bandaro Sati
- Datuak Paduko Tuan
- Datuak Tunaro
- Datuak Palimo Basa
- Datuak Palindih
- Datuak Muncak
- Datuak Sinaro nan Kuniang
- Datuak Majo Marajo
- Datuak Tambijo
- Datuak Marajo
- Datuak Samiak
- Datuak Panjang
- Datuak Pangeran
- Datuak bagindo sati
- Datuak Rangkai Tungga
- Datuak Mangkuto Majo (Baso, Padang Tarok)
- Datuak Sipado *(?) Di gunakan dinagari Salo - Kec Baso Kab Agam, sedangkan di Kamang Magek Gelar Datuak Sipado untuk Suku Jambak ?
- Datuak Basa (nagari Cupak, Solok)
- datuok indo marajo dinagari matuo hilie
- datuok rajo angek dinagari matuo hilie
- datuok rida ameh dinagari matuo hilie
Tokoh
[sunting | sunting sumber]Berikut merupakan tokoh yang berasal dari suku Sikumbang, antara lain:
- Sidi Aldi Taher Sikumbang
- Rizky Billar
- Fabriel Buyung Sikumbang, perwira tinggi TNI-AD
- Riki Yanuarfi Sikumbang, perwira tinggi Polri yang sejak 2 April 2024 menjabat sebagai Kepala BNNP Sumatera Barat.
- Jalaluddin Thaib, ulama, tokoh pendidikan dan pejuang kemerdekaan Indonesia.
- Delmeria Sikumbang, politikus Indonesia dari Partai Nasdem yang menjabat sebagai anggota DPR-RI periode 2019–2024.
- M.Yusuf Sikumbang, anggota DPRD Riau fraksi PKB
- Herman Sikumbang
- Vasko Ruseimy - Politisi - Youtuber Macan Idealis
- Ratu Sikumbang
- Andri Warman, dosen, pengusaha, dan politikus yang menjabat Bupati Agam periode 2021–2024.
- Suhatri Bur, politikus yang menjabat Bupati Padang Pariaman periode 2021-2024 sejak 26 Februari 2021.
- Taufiq Kiemas, kelahiran Jakarta dan merupakan suami dari Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden Republik Indonesia. Dia diberi gelar oleh warga Suku Sikumbang di Istana Pagaruyung dengan gelar Datuk Basa Batuah Datuk Maliputi
- Leily Sagita
- Zulhevi Sikumbang
- Zahra Zafira Sikumbang istri Kim Min Gyu Pitopang
- Oyong Hairudin Sikumbang, Jurnalis dan Tokoh Pemuda Kota Palembang