Penghancuran warisan budaya oleh ISIS
Penghancuran dan pencurian warisan budaya sudah dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Syam sejak 2014 di daerah Irak, Suriah, dan Libya. ISIS menargetkan penghancuran pelbagai tempat-tempat ibadah yang berada pada daerah yang dikuasai ISIS. di Iraq, sejak jatuhnya Mosul pada bulan Juni 2014 dan Februari 2015, ISIS sudah menghancurkan lebih dari 28 tempat ibadah yang bersejarah.[1] Namun, sejak Maret 2019, ISIS sudah kehilangan banyak teritorinya di Timur Tengah
Alasan
[sunting | sunting sumber]ISIL membenarkan penghancuran situs sejarah budaya yang dilakukannya berdasarkan interpretasinya mengenai Salafisme,[2] dimana menurut ISIS, menghancurkan Syirik dan menengakkan Tauhid merupakan hal yang sangat penting. Itulah dasar ideologis mereka melakukan penghancuran warisan budaya tersebut. ISIS memandang aksi mereka di lokasi seperti Palmyra dan Nimrud tidaklah salah menurut interpretasi mereka mengenai tradisi Islam Sunni.[3]
Selain aspek ideologis, terdapat alasan praktis mengapa ISIS menghancurkan warisan budaya, yaitu untuk menarik perhatian dunia. Hal ini terbukti dengan ekstensifnya peliputan media dan kutukan dari pelbagai negara-negara di dunia. Menghancurkan artifak yang bersejarah juga memungkinkan ISIS untuk menghancurkan budaya yang ada sebelumnya dan membuat suatu budaya baru. Tanpa meninggalkan jejak atas budaya maupun peradaban yang ada sebelumnya. Hal ini membuat ISIS memiliki dasar yang ideal untuk membangun identitasnya sendiri dan membuat bagiannya sendiri dalam sejarah dunia. Meskipun video-video menunjukkan penghancuran yang total, ISIS juga menggunakan artifak yang dicuri dari situs tersebut untuk membiayai aktivitas mereka.[4] Walaupun PBB sudah melarang adanya perdagangan artifak dari Suriah sejak 2011,[5] ISIS menyelundupkan artifak ini ke pasar gelap di Eropa dan Amerika Utara.
Warisan Budaya yang Hancur
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2014, media melaporkan penghancuran banyak masjid dan tempat ibadah Sunni dan Syiah di seluruh wilayah yang direbut oleh ISIS.[6] Diantaranya adalah Masjid Al-Qubba Husseiniya di Mosul, Masjid Sheikh Jawad Al-Sadiq, Masjid Arnā'ūt, Masjid Qado, Masjid Askar e-Mullah dan Kuil Saad Bin Aqeel di Tal Afar, Kuil Sufi Ahmed al-Rifai dan makam dan tempat suci Syekh Ibrahim di Distrik Mahlabiya dan apa yang disebut Makam Gadis (Qabr al-Bint) di Mosul. Makam Gadis, yang terkenal untuk menghormati seorang gadis yang meninggal karena patah hati, sebenarnya diyakini sebagai makam sarjana abad pertengahan, Ali ibn al-Athir .[7]
ISIS menghancurkan dua bangunan di kompleks Fathi al-Ka'en[8]
- ^ "Iraq churches, mosques under ISIL attack | Mawtani". web.archive.org. 2015-02-19. Archived from the original on 2015-02-19. Diakses tanggal 2020-11-10.
- ^ Romey, Kristin (2 July 2015). "ISIS Destruction of Ancient Sites Hits Mostly Muslim Targets". National Geographic. Washington, D.C.: National Geographic Society. Diakses tanggal 7 July 2020.
- ^ "Don't Be Surprised by ISIS Destroying History". Tony Blair Faith Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-03. Diakses tanggal 2015-09-01.
- ^ Martin Chulov. "How an arrest in Iraq revealed Isis's $2bn jihadist network". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-16. Diakses tanggal 2016-12-14.
- ^ "U.N. Security Council ups pressure on Islamic State financing". Reuters UK. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-10. Diakses tanggal 2015-09-01.
- ^ "ISIS Destroys Shiite Mosques And Shrines In Iraq, Dangerously Fracturing Country (PHOTOS)". The Huffington Post. 7 July 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 February 2015. Diakses tanggal 27 February 2015.
- ^ Praveen Swami (29 June 2014). "ISIS insurgents wage war on history". The Hindu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 July 2014. Diakses tanggal 27 February 2015.
- ^ "ISIL destroys two Shia religious sites in Iraqi city of Mosul". PressTV. 25 June 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2015. Diakses tanggal 28 February 2015.