Lompat ke isi

Pengguna:Hysocc/Buku/Asam basa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Asam-basa
Acids-bases
Ini adalah buku pengguna yang merupakan koleksi artikel yang dapat dengan mudah dirender secara elektronik, dan dipesan sebagai buku cetak. Jika Anda pembuat buku ini, dan memerlukan bantuan, silakan lihat Bantuan:Buku.

Sunting buku ini: Pembuat buku · Teks wiki
Pilih format untuk diunduh:
Pesan buku tercetak dari penerbit berikut: PediaPress
Tentang ] [ Lanjutan ] [ FAQ ] [ Umpan balik ] [ Bantuan ] [ ProyekWiki ] [ Perubahan terbaru ]
Tingkat keasaman dan kebasaan berbagai senyawa

Asam dan basa merupakan konsep yang menunjukkan keseimbangan antara ion hidrogen dan hidroksida yang terdapat di dalam suatu larutan. Larutan asam basa banyak terdapat di sekitar manusia. Air perasan jeruk merupakan zat asam. Air pengisi akumulator jauh lebih asam dari air perasan jeruk, namun bukan untuk dicicipi oleh lidah. Air laut bersifat basa karena banyak mengandung mineral alkali yang terlarut di dalamnya. Cairan pemutih pakaian jauh lebih basa dibandingkan air laut. Air murni memiliki keasaman yang netral, dalam arti tidak asam maupun basa, karena ion hidrogen dan ion hidroksida yang bercampur dalam jumlah yang seimbang akan menghasilkan air. Sedangkan darah juga bersifat netral namun bukan karena seratus persen berisi air, melainkan karena darah memiliki senyawa yang berfungsi sebagai larutan penyangga.

Tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan diukur dengan satuan pH, yang merupakan singkatan dari potential of hydrogen. Beberapa buku menyebut pH sebagai singkatan dari power of hydrogen.

Teori asam basa

[sunting | sunting sumber]
Larutan asam sulfat 96%, salah satu asam kuat
Serbuk litium hidroksida yang jika dilarutkan ke dalam air, menjadi larutan basa kuat
Jeruk nipis, sumber asam alami
Asam sulfat berlebih dapat menjadi polutan di alam

Berbagai teori dikembangkan untuk menjelaskan konsep asam basa tersebut.

Teori asam basa Arrhenius

[sunting | sunting sumber]

Dikembangkan oleh Svante August Arrhenius pada tahun 1887. Teori ini mendasarkan pada kemampuan suatu senyawa dalam melepaskan ion hidrogen atau hidroksida. Senyawa yang mampu melepaskan ion hidrogen disebut dengan senyawa asam dan menghasilkan larutan asam. Misal asam klorida. Sedangkan senyawa yang mampu melepaskan ion hidroksida disebut dengan senyawa basa dan menghasilkan larutan basa. Misal natrium hidroksida.

Tidak semua senyawa yang mengandung hidrogen akan melepaskan ion hidrogen, misal metana. Metana tidak akan melepaskan ion hidrogen jika dilarutkan ke dalam air. Begitu juga sebaliknya, tidak semua senyawa yang mengandung gugus hidroksida melepaskan ion hidroksida. Misal metanol yang memiliki rumus kimia CH3OH, ia tidak akan melepaskan ion hidroksida jika dilarutkan air.

Perhatikan reaksi di bawah ini:

Pada reaksi di atas, bertindak sebagai basa karena melepas ion hidroksida (), dan bertindak sebagai asam karena melepaskan ion . Kedua ion yang dilepaskan menghasilkan (air).

Namun teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa pada reaksi antara amonia (NH3) dan asam klorida (HCl) membentuk senyawa netral (amonium klorida, NH4Cl) yang tidak melepaskan ion hidrogen.

Secara singkat, definisi asam dan basa Arrhenius:

  • asam adalah senyawa yang melepaskan ion hidrogen
  • basa adalah senyawa yang melepaskan ion hidroksida

Teori asam basa Brønsted-Lowry

[sunting | sunting sumber]

Teori asam basa Brønsted-Lowry dikembangkan pada tahun 1923 oleh Johannes Nicolaus Brønsted, ilmuwan asal Denmark, dan Martin Lowry, ilmuwan asal Inggris. Teori ini mendasarkan pada tidak hanya mengenai keberadaan ion hidrogen dan hidroksida, namun lebih spesifik lagi pada peran ion hidrogen atau proton dalam pembentukan senyawa. Senyawa yang menyumbangkan proton dalam pembentukan senyawa disebut dengan asam, sedangkan senyawa yang menerima proton disebut dengan basa.

Basis dari teori asam basa Brønsted-Lowry adalah sebagai berikut:

dengan adalah ion hidrogen. Pada reaksi di atas, merupakan asam karena memindahkan proton atau ion hidrogen ke . Sedangkan disebut basa karena menerima proton.

Teori ini juga mendukung keberadaan senyawa amfoterik, yaitu senyawa yang dapat bertindak sebagai asam maupun basa sekaligus. Misal seperti pada reaksi berikut:

ion bertindak sebagai basa karena menerima proton dari . Sedangkan pada reaksi di bawah ini:

ion bertindak sebagai asam karena memberikan proton kepada ion hidroksida.


Berikut adalah daftar ion amfoter:

Ion Melepaskan H+ Menerima H+
HCO3- CO32- H2CO3
HSO4- SO42- H2SO4
HPO42- PO43- H2PO4-
HC2O4- C2O42- H2C2O4
HS- S2- H2S

Teori asam basa Lewis

[sunting | sunting sumber]

Dikembangkan oleh Gilbert Newton Lewis, ilmuwan asal Amerika Serikat. Teori ini menghilangkan kebutuhan terhadap ion hidroksida maupun hidrogen dalam menentukan apakah senyawa disebut asam atau basa. Bagi Lewis, asam adalah yang menerima pasangan elektron dalam reaksi kimia, sedangkan basa adalah yang memberikan pasangan elektron. Penjelasan teori asam basa Lewis dapat digambarkan pada reaksi pembentukan ion amonium di bawah ini:

Reaksi pembentukan amonium (ion hidroksida tidak ditampakkan di sini)

Pada reaksi di atas, amonia (NH3) memberikan pasangan elektron pada ion hidrogen. Sehingga dapat dikatakan bahwa amonia adalah basa, dan H2O adalah asam. Kita bisa mengetahui adanya pasangan elektron melalui analisis elektron valensi. Nitrogen memiliki valensi 5, dan hidrogen 1. Sehingga NH3 akan menyisakan dua pasangan elektron bebas seperti yang terlihat pada gambar.

Contoh lainnya adalah reaksi pembentukan ion boron tetrafluorida:

Boron memiliki valensi tiga, sehingga sudah habis untuk tiga atom F yang berikatan dengannya. Sedangkan F- memiliki valensi delapan, di mana dua diantaranya dapat diberikan kepada BF3 membentuk BF4-. Sehingga dalam reaksi pembentukan ion boron tetrafluorida, ion fluorida adalah basa, sedangkan boron trifluorida adalah asam.

Latihan soal

[sunting | sunting sumber]

1. Tentukan hasil ionisasi dari pelarutan asam dan basa di bawah ini

2. Tentukan asam dan basa dari reaksi di bawah ini

3. Tentukan asam dan basa Lewis dari reaksi di bawah ini dengan menggambar struktur Lewisnya.

Menghitung kekuatan asam basa larutan

[sunting | sunting sumber]

pH dihitung berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan relatif terhadap ion hidroksida di dalamnya. Dan konsentrasi kedua ion tersebut ditentukan dari, jenis zat, konsentrasi zat terlarut dalam larutan, jumlah ion hidrogen atau hidroksida dalam rumus molekul zatnya. Asam kuat akan memiliki konsentrasi ion hidrogen setara dengan jumlah atom hidrogen di dalam molekul dikalikan dengan konsentrasi zat tersebut. Contoh HCl 0.01 M akan memiliki konsentrasi ion hidrogen 0.01 M (atau 10-2 M). Namun H2SO4 0.01 M akan memiliki konsentrasi ion hidrogen sebesar 2 × 10-2 M.

Contoh HCl 0.01 M akan memiliki konsentrasi ion hidrogen (atau 10-2 M). Sehingga pH-nya adalah 2.
Namun H2SO4 0.01 M akan memiliki konsentrasi ion hidrogen sebesar 2 × 10-2 M. Sehingga pH-nya adalah 2-log 2.

Jika konsentrasi ion hidrogen sudah mencapai serendah-rendahnya 10-7 M, maka ia sudah setara dengan air murni yang memiliki konsentrasi ion hidrogen 10-7 M. Karena di dalam air (H2O) jumlah ion hidrogen dan ion hidroksida setara, maka air murni dapat dikatakan memiliki pH netral. Sehingga pH = 7 (didapatkan dari -log 10-7) disebut dengan pH netral. Angka 10-7 tersebut didapatkan dari pengukuran autoionisasi air di mana pada 180 ton air (18 x 107 gram air, setara dengan 107 mol (Mr air = 18)), terdapat 1 gram ion hidrogen.

Karena air murni memiliki konsentrasi ion hidrogen sama dengan 10-7, dan konsentrasi ion hidroksida 10-7, maka berdasarkan konsensi:

Sehingga dapat dikatakan bahwa pH larutan di bawah 7 disebut dengan asam. Dan pH larutan di atas 7 disebut dengan basa.

Untuk larutan yang bersifat basa, pada awalnya digunakan pOH (potential of hydroxide) dengan menggunakan rumus yang sama:

Karena air murni, yang merupakan senyawa netral, memiliki pH 7 dan pOH 7, sedangkan setiap kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menurunkan konsentrasi ion hidroksida dan sebaliknya (pH 6 setara pOH 8, pH 9 setara pOH 5, dan seterusnya) maka total pH dan pOH dalam suatu larutan adalah sama dengan 14. Sehingga pH dari larutan basa dapat juga dihitung dengan:

Asam dan basa lemah

[sunting | sunting sumber]

Pada asam dan basa lemah, ionisasi hidrogen dan hidroksida tidak berlangsung sempurna. Dalam arti, 0.01 M asam lemah (misal asam asetat) tidak akan menghasilkan ion hidrogen sebesar 0.01 M. Maka dalam perhitungan ini digunakan konstanta K atau pK, yang menunjukkan seberapa besar asam atau basa terionisasi. Asam kuat memiliki Ka = 1, dan basa kuat memiliki Kb = 1

Dalam perhitungan dapat digunakan K atau pK, karena pK merupakan -log K. Sehingga jika suatu basa lemah disebut memiliki pKb = 5, maka ia memiliki Kb = 10-5. Berarti pada 0.1 M basa tunggal lemah (misal NH4OH) yang memiliki Kb 10-5, ia akan memiliki konsentrasi ion hidroksida bebas sebesar M atau 10-3 M. Maka ia akan memiliki pOH sebesar 3, atau pH 11.

Larutan penyangga

[sunting | sunting sumber]

Larutan penyangga (buffer) adalah kombinasi zat yang dapat menyangga / menjaga pH larutan di kala zat asing masuk ke dalam larutan. Larutan buffer yang paling sederhana adalah campuran asam lemah dan konjugasinya, atau basa lemah dan konjugasinya. Misal kombinasi asam karbonat dan ion bikarbonat, yang merupakan larutan buffer yang bekerja di dalam darah manusia.

Menghitung pH larutan penyangga

[sunting | sunting sumber]

Sebelum menghitung pH awal dan besar perubahannya, pertama pahami dulu bagaimana larutan buffer bekerja. Pertama tuliskan reaksi ionisasinya:

Kemudian buat tabel kesetimbangan reaksinya:

[HA] [A] [H+]
Awal C0 0 y
Reaksi x x x
Setimbang C0x x x + y

Dengan A- adalah konjugat dari asam. Misal pada kasus buffer karbonat dalam darah, HA adalah asam karbonat (H2CO3) dan A- adalah ion karbonat. H+ adalah ion hidrogen dari zat asam yang menginvasi larutan. Jika zat asam yang menginvasi larutan buffer, nilai y positif karena ada penambahan ion hidrogen. Namun jika basa yang menginvasi larutan, maka nilai y negatif karena ion hidrogen tersebut akan menetralkan basa menjadi H2O. Keberadaan y akan menyebabkan perubahan konsentrasi pada HA, yang disimbolkan dengan x

Sehingga nilai konstanta asam (Ka) bisa didapatkan dengan:

Nilai x, yang merupakan besar perubahan ion hidrogen dapat dicari jika nilai C0, Ka dan y ada.

Sedangkan untuk menghitung pH pada suatu waktu tertentu, dapat digunakan:

Contoh soal

[sunting | sunting sumber]

0.56 gram kalium hidroksida dilarutkan ke dalam air hingga membentuk larutan 100 mL. Tentukan pH larutan tersebut!

Jawab
Massa molekul relatif dari kalium hidroksida adalah 56. Maka 0.56 gram KOH setara dengan 0.01 mol ().
0.01 mol KOH dalam 100 mL larutan membentuk konsentrasi 0.1 M ().
pOH = -log 0.1 = 1
pH = 14 - 1 = 13

0.37 gram kalsium hidroksida dilarutkan ke dalam air hingga membentuk larutan 500 mL. Tentukan pH larutan tersebut!

Jawab
Massa molekul relatif dari kalsium hidroksida adalah 74. Maka 0.37 gram Ca(OH)2 setara dengan 0.005 mol.
0.005 mol Ca(OH)2 dalam 500 mL larutan membentuk konsentrasi 0.01 M.
Karena kalsium hidroksida mengandung dua molekul hidroksida, maka konsentrasi ion hidroksida dalam larutan adalah dua kalinya konsentrasi kalsium hidroksida, yaitu 0.02 M
pOH = -log (2 × 10-2) = 2 - log 2
pH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2

0.1 mmol amonium hidroksida terlarut dalam 100 ml larutan. Hitung pHnya jika diketahui bahwa konstanta ionisasi (Ka) -nya adalah 10-5!

Jawab
0.1 milimol = 10-4 mol
M = mol / liter = 10-4 / 0.1 = 10-3 M
Karena amonium hidroksida merupakan basa lemah, maka gunakan konstanta ionisasi.
[OH-] = = 10-4 M
pOH = -log (10-4) = 4
pH = 14-4 = 10

Tentukan pH dari campuran 0.01 mol asam asetat dan 0.1 mol natrium asetat dalam 1 liter larutan! Ka asam asetat = 10-5

Jawab
Hitung molaritas masing-masing zat terlebih dahulu:
[HA] = 0.01 mol / 1 L = 0.01 M
[A-] = 0.1 mol / 1 L = 0.1 M
pH = -log (10-5) + log (0.1/0.01)
pH = 5 + 1 = 6