Operasi Gunung Gede
Operasi Gunung Gede | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Operasi KKO AL di Gunung Gede Pangrango | |||||||
Lambang Korps Marinir | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Kapten KKO Boy Abidin Nrp.546/P. (Danki) |
Kartosuwiryo | ||||||
Kekuatan | |||||||
200 tentara |
Tidak Diketahui | ||||||
Korban | |||||||
KKO-AL berhasil menewaskan beberapa anggota gerombolan DI/TII |
Operasi Gunung Gede (atau Operasi KKO-AL di Gunung Gede Pangrango) adalah operasi militer KKO-AL untuk memburu dan memukul mundur Gerombolan DI/TII Kartosuwiryo yang bersembunyi di Gunung Gede Pangrango pada tahun 1957. Setelah Operasi Indra di daerah Indramayu, Jawa Barat pada bulan Maret 1953 yaitu dalam usaha membantu Kesatuan setempat untuk memukul gerombolan DI/TII Kartosuwiryo dari arah laut. Maka untuk kedua kalinya kesatuan KKO–AL telah ikut mengambil bagian operasi keamanan yang sama. Operasi dengan sandi “Operasi Gunung Gede”, Operasi ini berlangsung dari tanggal 19 Maret 1957 s/d 24 Maret 1957. Operasi dilaksanakan atas perintah lisan dari KSAL yang kemudian disusul dengan telegram KSAL 18-13-30 bulan Maret 1957/079, yaitu untuk memperbantukan 2 Pleton Pasukan KKO-AL kepada Resimen Infantri 8-TT. III, dalam rangka Operasi Keamanan.[1]
Persiapan
[sunting | sunting sumber]Untuk penugasan dalam Operasi Keamanan tersebut maka telah disusun suatu Organisasi Tempur KKO-AL yang berkekuatan 2 Pleton diperkuat (1 Kie -), dengan Komandan Kompi Kapten KKO Boy Abidin Nrp.546/P. Sedangkan susunan Pletonnya adalah sebagai berikut: Pleton 1 dibawah pimpinan Lmd.KKO. Pratowo Soedibyo Nrp.698/P dan Pleton II di bawah Pimpinan Lmd.KKO Soegijo Nrp.755/P. Dan Daerah sasaran telah ditentukan di sekitar Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat).
Tugas
[sunting | sunting sumber]Sesuai dengan Surat Perintah Komandan KKOAL No.079/SP/KKO/57, tertanggal 18 Maret 1957 maka tugas Pasukan KKOAL sebagai berikut:
- Membantu Kesatuan Resimen Infanteri 8-TT.III dalam usaha menghancurkan kekuatan gerombolan DI/TII Kartosuwiryo.
- Mengadakan Operasi pembersihan terhadap satuan gerombolan yang terpisah dari induknya.
Pelaksanaan
[sunting | sunting sumber]Operasi Gunung Gede ini dilaksanakan berdasarkan Perintah Operasi Resimen tanggal 19 Maret 1957, hanya dalam beberapa hari saja yaitu mulai tanggal 19 Maret 1957 s/d tanggal 24 Maret 1957. Singkatnya pelaksanaan operasi ini dikarenakan Mission (Tugas) yang dibebankan kepada Pasukan KKO-AL telah dapat tercapai dimana kegiatan gerombolan di sekitar Gunung Pangrango dapat ditekan dan dinetralisir. Pada tanggal 19 Maret 1957 Pasukan KKO-AL tiba di Sukabumi dan kemudian langsung melaporkan kepada Komandan Resimen Infanteri 8.TT.III dan kepada Batalyon AD 311 yang pada waktu itu sedang melaksanakan tugas operasi. Setelah melaporkan diri kemudian Pasukan KKOAL melanjutkan gerakannya ke Cipanas dan ke Cibodas, di Cibodas inilah baru Lmd.KKO. Prawoto Soedibjo selaku Danton I menerangkan kepada anggota maksud daripada kedatangannya di daerah tersebut. Tanggal 20 Maret 1957 Pasukan KKO-AL bersamasama Satu Regu CI Bn. 311 mulai bergerak kedaerah ketinggian yang ada terdapat disekitar Cibodas dengan maksud untuk mencari Sarang Gerombolan sesuai dengan informasi yang diperoleh dari petugas setempat, tapi ternyata dalam gerakan ini sama sekali tidak ditemukan gerombolan, hanya dijumpai bekas gubuggubug gerombolan saja, yang baru saja ditingggalkan oleh gerombolan, kemudian pasukan istirahat (bermalam) di lereng Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Esok harinya tanggal 21 Maret 1957 pasukan meneruskan gerakannya ke puncak Gunung Pangrango, perjalanan terus menerus mendekati dengan keadaan medan tertutup dan udara terus menerus berkabut dengan hawa yang sangat dingin disinilah kemudian terjadi kontak senjata dengan gerombolan yang ditaksir berkekuatan 25 orang, tembak menembak berlangsung hanya sebentar saja kemudian gerombolan melarikan diri dengan meninggalkan beberapa korban. Dalam pertempuran itu telah berhasil dirampas dokumen-dokumen penting yang kemudian diserahkan kepada Resimen Infanteri 8 di Sukabumi.
Berhasilnya serangan ini karena adanya pendadakan yang dilakukan oleh Satuan KKO-AL dimana gerombolan sama sekali tidak menduga kalau akan terjadi serangan, hal ini di buktikan pada waktu pasukan KKOAL mendekati sarang gerombolan sampai dengan jarak 15 meter, dankesempatan inilah dilakukan penyerangan yang gencar, sehingga dalam keadaan yang demikian itu gerombolan panik dan porak poranda serta meninggalkan korban dan lain-lainnya yang tak sempat di bawa lari. Selanjutnya Pasukan KKO-AL terus melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa gerombolan yang melarikan diri ke Pasir Datar dan akhirnya pasukan dapat mencapai Curug Ciheuleng. Dan disinilah tanggal 23 Maret 1957 terjadi lagi untuk kedua kalinya pertempuran dengan gerombolan DI/TII Kartosuwiryo, pertempuran berlangsung kurang lebih 10 menit. Dengan suatu gerakan yang cepat dan pasti akhirnya gerombolan tersebut dapat dipukul mundur. Gerombolan tersebut mundur ke arah utara dimana disitu banyak terdapat pegununganpegunungan dan hutan-hutan liar. Dengan selesainya pertempuran di Curug Ciheuleng kemudian pasukan bergerak ke selatan ke Pasir Datar dan ternyata selama gerakan terakhir ini tak terjadi kontak senjata. Sesuai dengan perintah yang dikeluarkan oleh Resimen Infanteri 8.TT III Siliwangi maka sampai disni berakhirlah gerakan Pasukan KKO AL untuk selanjutnya pada jam 20.00 malam pasukan kembali ke Sukabumi. Dari Sukabumi malam itu juga jam 22.00 pasukan terus kembali ke Jakarta dengan diangkut oleh 7 buah truk TNI AD. Dan akhirnya tiba di Jakarta dengan selamat pada jam 03.00 pagi hari (tanggal 24 Maret 1957).
Kesudahan
[sunting | sunting sumber]- KKO-AL berhasil menewaskan beberapa anggota gerombolan DI/TII dan merampas dokumen-dokumen selama dua kali pertempuran.
- KKO-AL telah mendapatkan suatu pengalaman baru dalam melaksankan operasi di daerah pedalaman dan pegunungan dengan daerah medan yang berhutan lebat serta hawa yang cukup dingin. Cuaca didaerah operasi ini selalu dipenuhi kabut yang tebal dan hal ini mengakibatkan pasukan harus berhati-hati dalam melaksankan gerakan selain hilang pandangan kedepan dan kesekelilingnya, juga dikarenakan jalan yang di tempuh oleh pasukan harus mendaki dan menurun jalan itu sendiri tak pernah dilewati oleh manusia. Walaupun demikian pasukan KKO-AL yang melakukan operasi itu tetap dapat menjalankan tugas dan kewajiban nya baik siang dan malam dan tak mengenal jerih payah serta sukarnya perjalanan yang di tempuh selam gerakan dari Cibodas sampai ke Pasir Datar, sehingga musuh (gerombolan) tak menduga sama sekali bahwa pasukan-pasukan KKO-AL akan sampai ditempat mereka dan menyerang pertahanan mereka. Ini membuktikan bahwa pasukan KKO-AL tidak hanya mampu melakukan suatu operasi pendaratan di daerah pantai saja, tetapi bahkan dalam operasi keamanan di daerah pedalaman dan pegunungan dengan kondisi hutan dan cuaca yang jelek KKO-AL telah sanggup dan mampu melakukannya dengan baik.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sejarah, "Operasi KKO-AL di Gunung Gede Pangrango, Sukabumi", Marinir, NO. 137 Edisi Khussus - Februari 2013 MARINIR, hlm. 47-48.