Awantipura dari Pajang
Arya Pangiri adalah adipati Demak yang berhasil menjadi Sultan ke-2 Kesultanan Pajang, yang memerintah tahun 1583 - 1586 bergelar Sultan Awantipura.
Arya Pangiri | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sultan Awantipura | |||||
Sultan Pajang ke - 2 | |||||
Berkuasa | 1583 - 1586 | ||||
Pendahulu | Sultan Hadiwijaya | ||||
Penerus | Pangeran Benawa | ||||
Kelahiran | Demak | ||||
Permaisuri | Ratu Pembayun binti Sultan Hadiwijaya | ||||
| |||||
Ayah | Sunan Prawoto | ||||
Agama | Islam |
Arya Pangiri adalah putra dari Sunan Prawoto. Setelah kematian ayahnya, Ia di asuh oleh Ratu Kalinyamat.
Kesuksesan karirnya dimulai sejak ia menikah dengan Ratna Pembayun, putri tertua dari Sultan Hadiwijaya. Ia pun dilantik menjadi Adipati Demak.
Semenjak itulah, posisinya cukup berpengaruh di kalangan keluarga Kraton Pajang.
Setelah Sultan Hadiwijaya wafat, ia pun di dukung oleh Panembahan Kudus untuk memimpin kesultanan Pajang, peristiwa itu menyebabkan ia menjadi Sultan Pajang ke-2.
Asal-Usul
[sunting | sunting sumber]Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Rangkuti seorang prajurit Jipang (sekarang Blora) yang sangat setia kepada Arya Penangsang tahun 1547. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Arya Penangsang raja kelima Demak kemudian tewas oleh Pasukan Pajang yang dikirim Hadiwijaya adipati Pajang. Sejak itu, Pajang menjadi kerajaan berdaulat di mana Demak sebagai bawahannya.
Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri tertua Sultan Hadiwijaya dan dijadikan sebagai adipati Demak.
Menjadi Adipati Demak
[sunting | sunting sumber]Kerajaan Aceh mencatat Arya Pangiri sebagai seorang bupati yang mudah curiga. Pada tahun 1564 Sultan Ali Riayat Syah raja Aceh mengirim utusan meminta bantuan Demak untuk bersama mengusir Portugis dari Malaka.
Tapi Arya Pangiri justru membunuh utusan tersebut. Tahun 1567 [Aceh] tetap menyerang Malaka tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal walaupun memakai meriam hadiah dari sultan Turki.
Menjadi Sultan Pajang Ke-2
[sunting | sunting sumber]Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).
Tokoh Sunan Kudus yang diberitakan Babad Tanah Jawi perlu dikoreksi, karena Sunan Kudus sendiri sudah meninggal tahun 1550. Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran Kudus.
Masa Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Arya Pangiri menjadi raja Pajang sejak awal tahun 1583 bergelar Sultan Awantipura. Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya.
Arya Pangiri melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram.
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
Kekalahan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya di Mataram. Kedua saudara angkat itu berunding di desa Weru. Akhirnya diambilah keputusan untuk menyerbu Pajang.
Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berangkat untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhtanya. Perang terjadi di kota Pajang. Pasukan Arya Pangiri yang terdiri atas 300 orang Pajang, 2000 orang Demak, dan 400 orang seberang dapat ditaklukkan. Arya Pangiri sendiri tertangkap dan diampuni nyawanya atas permohonan Ratu Pembayun, istrinya.
Sutawijaya mengembalikan Arya Pangiri ke Demak, serta mengangkat Pangeran Benawa sebagai raja baru di Pajang.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Andjar Any. 1979. Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon. Semarang: Aneka Ilmu
- Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
- H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
- Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
- M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
- Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
- Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Adiwijaya |
Sultan Pajang 1582—1586 |
Diteruskan oleh: Prabuwijaya |