Asemdoyong, Taman, Pemalang
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Asemdoyong | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Pemalang | ||||
Kecamatan | Taman | ||||
Kode pos | 52361 | ||||
Kode Kemendagri | 33.27.09.2018 | ||||
Luas | ... ha | ||||
Jumlah penduduk | 18.000 jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Asemdoyong adalah sebuah desa di kecamatan Taman, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Asemdoyong terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa.[1] Asemdoyong memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang merupakan aset daerah Pemerintah Kabupaten Pemalang yang potensial.[2][3]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Cerita yang berkembang di masyarakat sekitar yakni Desa Asemdoyong dinamai oleh Ki Gede Pondoh, ia menemukan pohon asem di tepi sungai Jurumangu yang hampir roboh (doyong). Tempat ini semula digunakan sebagai tempat bermain Ki Gede Pondoh bersama saudaranya yang bernama Ki Gede Klinthing untuk dipanjati pohon asemnya. Pohon tersebut berdiri doyong ke arah barat dan menghadap ke wilayah Sido Ayu yang sekarang bernama Candi Sedayu. Akhirnya Ki Gede Pondoh menamakan Desa ini dengan nama Asemdoyong[3]
Desa Asemdoyong memiliki beberapa bukti sejarah telah adanya peradaban di masa silam. Makam kuno tokoh penyebar agama Islam yaitu makam Mbah Jiwo Agung dan Mbah Syeik Kyai Haji Abu Bakar di temukan di Asemdoyong.[3] Semasa dipimpin oleh lurah Wiro Merta, kayu pohon-pohon asem di Asemdoyong dijadikan bahan utama pembuatan bedug dengan diameter 120 cm dan panjang 130 cm yang sekarang berada di masjid utama Desa Asemdoyong yakni masjid Baitussalam.[3] Baritan adalah tradisi yang dimiliki masyarakat Asemdoyong, yakni prosesi larung sesaji ke pantai utara Jawa yang sudah dilakukan secara turun temurun setiap tanggal 1 Suro.[4]
Geografi
[sunting | sunting sumber]Wilayahnya memiliki luas sekitar 578.356 hektar yang sebagian besar (345.826 hektar) berupa sawah dengan sistem irigasi teknis. Persawahan tersebut berada di bagian selatan desa. Sedangkan di bagian utara berupa pantai yang membujur dari arah barat-timur. Di kawasan inilah para nelayan bertempat tinggal.
Desa Asemdoyong berada di ketinggian kurang lebih dua meter dari permukaan air laut ini . Curah hujannya rata-rata 500 milimeter pertahun, sedangkan suhu rata-ratanya 30 derajat Celcius (Monografi Desa Asemdoyong, 2009).
Letak desa dari pusat pemerintahan kecamatan (Taman) jaraknya kurang lebih 10 kilometer ke arah utara. Sedangkan dari pusat pemerintahan kabupaten (Kota Pemalang) jaraknya kurang lebih 15 kilometer ke arah timur-utara (timur laut). Sementara, dari ibu kota Provinsi Jawa Tengah (Semarang) jaraknya kurang lebih 130 kilometer ke arah barat. Salah satu akses untuk menuju desa adalah dengan menggunakan jasa transportasi umum yang dikelola oleh Koperasi Angkutan Darat (Koperanda). Koperasi angkutan ini sejak tahun 1995 telah menjangkau Desa Asemdoyong, dengan rute: Pemalang-Asemdoyong-Kloning (PP). Saat penelitian ini dilakukan jumlah armadanya ada 13 buah dalam bentuk “station”2. Armada tersebut beroperasi dari pukul 06.00-17.00 WIB.
Batas-batas wilayah Desa Asemdoyong antara lain:
Utara | Laut Jawa |
Timur | Desa Nyamplungsari |
Selatan | Desa Kabunan |
Barat | Desa Danasari |
Demografi
[sunting | sunting sumber]Desa Asemdoyong berpenduduk 14.780 jiwa yang terdiri 7.541 jiwa laki-laki dan 7.239 jiwa perempuan. Semuanya beragama Islam. Meskipun demikian, mereka mempercayai bahwa tempat-tempat tertentu, termasuk laut, ada “penunggunya”. Pantang-larang ketika berada di laut dan adanya upacara tradisional baritan adalah wujud dari kepercayaan tersebut. Dalam melaksanakan ibadatnya, mereka dapat pergi ke masjid dan atau langgar (surau). Jumlah masjid yang ada di sana ada 5 buah, sedangkan suraunya ada 26 buah (Monografi Desa Asemdoyong, 2009).
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduknya dapat dikatakan rendah karena sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Hanya 21 orang yang tamat akademi dan 18 orang yang berpredikat sarjana (S1). Penduduk yang hanya tamat SD atau tidak tamat SD kebanyakan adalah nelayan. Hal itu sangat erat kaitannya dengan proses untuk menjadi nelayan. Selain itu, pada tahun 1960-an sekolah SD (ketika itu Sekolah Rakyat) yang ada di Desa Asemdoyong hanya sampai kelas tiga. Ini artinya, jika seseorang ingin menamatkan SD-nya, maka yang bersangkutan harus keluar dari desanya. Pada umumnya ke SD yang ada di Desa Beji (sekarang kelurahan). Di masa kinipun jika seseorang ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, yang bersangkutan harus ke luar desa, karena sarana pendidikan yang ada di Desa Asemdoyong hanya setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Mata pencaharian yang digeluti oleh penduduk Desa Asemdoyong cukup kompleks, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (Polri), pedagang, pertukangan, petani sampai nelayan. Namun demikian, sebagian besar adalah petani dan nelayan.
Perumahan yang ada di Desa Asemdoyong sebagian besar (1.912 buah) berdinding tembok (batu bata dan atau batako), beralaskan keramik, dan beratap genteng. Selebihnya adalah rumah model “kutangan”3 dan rumah yang semua dindingnya berupa pager4. Hampir setiap rumah memiliki antena televisinya. Data yang tercantum dalam Monografi Desa Asemdoyong tahun 2009 menyebutkan bahwa pesawat televisi yang ada di sana berjumlah 2.210 buah. Ini artinya sebagian besar penduduknya memiliki televisi. Selain itu, di sana juga relatif banyak yang memiliki pesawat telepon (39 orang) dan pesawat radio (311 orang).
Sampai saat ini, Desa Asemdoyong belum memiliki pasar. Namun demikian, berdasarkan data Monografi Desa (2009), di sana ada toko (104 buah), warung (39 buah), dan pedagang kaki lima (8 orang) yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat. Di desa tersebut ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Dengan demikian, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, khususnya kebutuhan primer, masyarakat setempat tidak perlu keluar desa karena di dalam desa dapat dikatakan segalanya telah tersedia.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]Galba, Sindu. 2010. “Sistem Pengetahuan Tradisional Masyarakat Nelayan Desa Asemdoyong” (Laporan Penelitian). Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Tim Editorial, Website Resmi Desa Asemdoyong. "Profil Desa (Asemdoyong)". Asemdoyong. Diakses tanggal 17 Januari 2024.
- ^ Tim Jurnalistik Website, DKP Provinsi Jawa Tengah (31 Oktober 2022). "Aktifitas di Dermaga dan TPI PPP Asemdoyong Pemalang". DKP Prov. Jateng. Diakses tanggal 17 Januari 2024.
- ^ a b c d Tim Editorial, Website Resmi Desa Asemdoyong. "Sejarah Desa". Asemdoyong. Diakses tanggal 18 Januari 2024.
- ^ Abdullah, Eva (31 Agustus 2019). "Baritan, Prosesi Larung Sesaji Laut di Asemdoyong Tiap 1 Suro". Wartadesa. Diakses tanggal 18 Januari 2024.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) BPS Kabupaten Pemalang
- (Indonesia) Situs resmi Kabupaten Pemalang Diarsipkan 2021-10-26 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs Resmi Desa Asemdoyong