Ranting
Ranting adalah cabang kecil dari pohon atau semak.[1] Dengan kata lain, ranting merupakan bagian cabang yang kecil-kecil; atau cabang dari cabang.[2]
Kuncup pada ranting adalah karakteristik diagnostik yang penting, demikian juga dengan bekas luka penyisihan dari tangkai daun yang telah jatuh. Warna, tekstur, dan pola kulit ranting juga merupakan karakterisrik penting, selain ketebalan dan sifat empulurnya.
Ada dua jenis ranting, ranting vegetatif dan tunas. Taji buah atau tunas adalah ranting khusus yang umumnya bercabang di sisi cabang serta pendek dan tumbuh lambat, dengan banyak tanda cincin tahunan dari musim lalu. Usia dan laju pertumbuhan ranting dapat ditentukan dengan menghitung bekas luka skala tunas terminal musim dingin, atau tanda lingkaran tahunan, di sepanjang ranting.
Anatomi
[sunting | sunting sumber]Ranting merupakan salah satu bagian dari struktur batang.[3] Letak ranting pada batang berada di bagian atas.[4] Di negara dengan empat musim, pada musim gugur, ranting merupakan bagian yang tersisa dari pepohonan bersama dengan batang dan cabang pohon. Sementara bagian daun berguguran hingga tidak bersisa. Kondisi ini terjadi di negara-negara di benua Eropa dan Amerika.[5] Tumpukan ranting yang jatuh ke permukaan tanah dan bercampur dengan dedaunan yang gugur disebut sebagai serasah.[6]
Ekosistem
[sunting | sunting sumber]Ranting pada pohon dan semak merupakan salah satu tempat hidup bagi tumbuhan epifit. Pertumbuhan tumbuhan epifit pada ranting dapat ditemukan pada ekosistem kebun dan pekarangan rumah di daerah dengan tingkat kelembapan yang tinggi. Keberadaan tumbuhan epifit ini mendukung kehidupan dari burung dan serangga di sekitarnya secara tidak langsung.[7] Ranting pohon yang tergeletak di tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kesuburan ini disebabkan oleh proses daur ulang yang didukung oleh keberadaan rayap.[8]
Pemanfaatan
[sunting | sunting sumber]Bahan bakar
[sunting | sunting sumber]Ranting umumnya digunakan sebagai bahan bakar dalam penyiapan lahan. Kedudukan ranting bersama dengan cabang pohon, batang pohon, tunggak dan serasah, sebagai limbah hasil penebangan.[9] Kondisi ranting yang dijadikan sebagai bahan bakar adalah yang kerin atau yang jatuh dari pohonnya.[10]
Pembuatan arang
[sunting | sunting sumber]Ranting dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah dalam pembuatan arang. Sumber untuk memperolehnya antara lain berasal dari limbah pengolahan hasil perkebunan dan pertanian. Ranting juga dapat diperoleh dari pemotong kayu maupun peralatan penghancur lahan pertanian. Proses pembuatannya cenderung dilakukan setelah diadakan pemadatan muatan dalam skala tinggi menggunakan alat pengubah tertentu.[11]
Pembuatan mebel
[sunting | sunting sumber]Ranting dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan mebel melalui ide-ide tertentu. Kedudukan ranting dalam pembuatan mebel dapat sebagai bahan utama maupun bahan pendukung. Produk mebel yang dihasilkan dapat bervariasi.[12]
Pembuatan biochar
[sunting | sunting sumber]Ranting dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan biochar. Pembuatan biochar memerlukan bahan baku dari limbah pertanian yang sulit terdekomposisi. Bahan baku utamanya juga harus berasal selain dari hasil penebangan tanaman hutan atau tanaman lainnya. Biochar umumnya memperoleh bahan dari hasil penggergajian kayu atau pengolahan kayu. Salah satu di antaranya ialah ranting.[13]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "the definition of twig". www.dictionary.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-09-16.
- ^ "Entri "ranting" di KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2020-04-11.
- ^ LingkarKata (2019). Wibowo, Joko, ed. Buku Pintar Tumbuhan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 5. ISBN 978-623-00-0134-5.
- ^ Limbongan, J., dan Yasin, M. (2016). Baco, M. Djafar, ed. Teknologi Multiplikasi Vegetatif Tanaman Budi Daya (PDF). Jakarta: IAARD Press. hlm. 2. ISBN 978-602-344-110-5.
- ^ Mardiatmoko, Gun (2018). Flora Unik Jilid 2. Universitas Pattimura. hlm. 7.
- ^ Hairiah, K., dkk. (2011). Pengukuran Cadangan Karbon: Dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan (PDF). Bogor: World Agroforestry Centre. hlm. 2. ISBN 978-979-3198-53-8.
- ^ Hakim, Luchman (Desember 2015). Rempah dan Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat: Keragaman, Sumber Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan-kebugaran (PDF). Sleman: Diandra Creative. hlm. 29. ISBN 978-602-73737-6-1.
- ^ Syaukani, Syaukani. "Strategi Mencari Makan dan Bersarang rayap Longipeditermes longipes (Haviland, 1898) (Nasutitermitnae) di Ekosistem Leuser, Sumatera". Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017: 132. ISBN 978-602-60401-3-8.
- ^ Adinugroho, W. C., dkk. (2005). Saharjo, Bambang Hero, ed. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut (PDF). Bogor: Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. hlm. 92. ISBN 979-95899-8-3.
- ^ Amirullah, Wardoyo, T., dan Rapitasari, D. (2019). "Pemanfaatan Buah dan Daun Bakau (Mangrove) untuk Produk Minuman dan Makanan Bernilai Ekonomis Tinggi" (PDF). Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat: Pemberdayaan Masyarakat yang Berkelanjutan Menyongsing Revolusi Industri 4.0: 143.
- ^ Emrich, Walter (2021). Buku Pegangan Pembuatan Arang Buku 3: Metode Tradisional dan Industri (PDF). Diterjemahkan oleh Rindayatno. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. hlm. 48.
- ^ Sumarno dan Hartomo, D. D. (2017). Desain Produk Berbahan Ranting: Peluang Pasar dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan (PDF). Surakarta: ISI Press. hlm. 90. ISBN 978-602-61933-5-3.
- ^ Nurida, N. L., Rachman, A., dan Sutono, S. (2015). Biochar Pembenah Tanah yang Potensial (PDF). Jakarta: IAARD Press. hlm. 6. ISBN 978-602-344-094-8.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]