Imamah dalam doktrin Ismailiyah
Tampilan
Bagian dari seri mengenai Islam Ismailiyah |
---|
Portal Islam |
Doktrin Imamah dalam Ismailiyah berbeda dengan Dua Belas Imam karena Ismailiyah memiliki Imam yang masih hidup selama berabad-abad setelah Imam Dua Belas terakhir pergi bersembunyi. Mereka mengikuti Isma'il bin Ja'far, kakak laki-laki Musa al-Kadhim, sebagai Imam yang sah setelah ayahnya, Ja'far al-Sadiq.[1] Ismailiyah percaya bahwa terlepas dari apakah Imam Ismail meninggal atau tidak sebelum Imam Ja'far, ia telah mewariskan jubah imamah kepada putranya Muhammad bin Isma'il sebagai imam berikutnya.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rise of The Fatimids, by W. Ivanow. Page 81, 275
- ^ Ismaʿilism xvii. The Imamate In Ismaʿilism dalam Encyclopædia Iranica
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Brett, Michael (2017). The Fatimid Empire. The Edinburgh History of the Islamic Empires. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-4076-8.
- Daftary, Farhad (2007). The Ismāʿı̄lı̄s: Their History and Doctrines (edisi ke-Second). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-61636-2.
- Madelung, W. (1971). "Imāma". Dalam Lewis, B.; Ménage, V. L.; Pellat, Ch.; Schacht, J. Encyclopaedia of Islam. Volume III: H–Iram (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 1163–1169. OCLC 495469525.
- Makarem, Sami N., ed. (1977). The Political Doctrine of the Ismāʿīlīs: The Imamate. An edition and translation with introduction and notes of Abu'l Fawaris Ahmad ibn Ya'qub's 'ar-Risala fi l-Imama'. Delmar, New York: Caravan Books.
- Stern, S. M. (1951). "The Succession to the Fatimid Imam al-Āmir, the Claims of the Later Fatimids to the Imamate, and the Rise of Ṭayyibī Ismailism". Oriens. 4 (2): 193–255. doi:10.2307/1579511. JSTOR 1579511.