Aluminium klorida
Nama | |
---|---|
Nama IUPAC
aluminium klorida
| |
Nama lain
aluminium(III) klorida
aluminum triklorida | |
Penanda | |
| |
Model 3D (JSmol)
|
|
3DMet | {{{3DMet}}} |
ChEBI | |
ChemSpider | |
Nomor EC | |
PubChem CID
|
|
Nomor RTECS | {{{value}}} |
UNII | |
CompTox Dashboard (EPA)
|
|
| |
| |
Sifat | |
AlCl3 | |
Massa molar | 133,34 g/mol (anhidrat) 241,43 g/mol (heksahidrat) |
Penampilan | padatan putih atau kuning pucat, higroskopis |
Densitas | 2,48 g/cm3 (anhidrat) 1,3 g/cm3 (heksahidrat) |
Titik lebur | 1.924 °C (3.495 °F; 2.197 K) (anhidrat) 100 °C (212 °F; 373 K) (heksahidrat) 180 °C (356 °F; 453 K) (menyublim) |
Titik didih | 120 °C (248 °F; 393 K) (heksahidrat) |
43,9 g/100 ml (0 °C) 44,9 g/100 ml (10 °C) 45,8 g/100 ml (20 °C) 46,6 g/100 ml (30 °C) 47,3 g/100 ml (40 °C) 48,1 g/100 ml (60 °C) 48,6 g/100 ml (80 °C) 49 g/100 ml (100 °C) | |
Kelarutan | larut dalam hidrogen klorida, etanol, kloroform, karbon tetraklorida sedikit larut dalam benzena |
Tekanan uap | 133,3 Pa (99 °C) 13,3 kPa (151 °C)[1] |
Viskositas | 0,35 cP (197 °C) 0,26 cP (237 °C)[1] |
Struktur | |
Monoklinik, mS16 | |
C12/m1, No. 12 | |
Oktahedral (padat) Tetrahedral (cair) | |
Trigonal planar (uap monomerik) | |
Termokimia | |
Kapasitas kalor (C) | 91 J/mol·K[1] |
Entropi molar standar (S |
111 J/mol·K[2] |
Entalpi pembentukan standar (ΔfH |
−704,2 kJ/mol[1][2] |
Energi bebas Gibbs (ΔfG) | −628,6 kJ/mol[1] |
Farmakologi | |
Kode ATC | D10 |
Bahaya | |
Piktogram GHS | [3] |
Keterangan bahaya GHS | {{{value}}} |
H314[3] | |
P280, P310, P305+351+338[3] | |
Dosis atau konsentrasi letal (LD, LC): | |
LD50 (dosis median)
|
anhidrat: 380 mg/kg, mencit (oral) heksahidrat: 3311 mg/kg, mencit (oral) |
Batas imbas kesehatan AS (NIOSH): | |
PEL (yang diperbolehkan)
|
none[4] |
REL (yang direkomendasikan)
|
2 mg/m3[4] |
IDLH (langsung berbahaya)
|
N.D.[4] |
Senyawa terkait | |
Anion lain
|
Aluminium fluorida Aluminium bromida Aluminium iodida |
Kation lainnya
|
Boron triklorida Galium triklorida Indium(III) klorida Magnesium klorida |
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa). | |
verifikasi (apa ini ?) | |
Referensi | |
Aluminium klorida (AlCl3) adalah senyawa kimia utama dari aluminium dan klorin. Senyawa ini berwarna putih, tetapi sampelnya sering terkontaminasi dengan besi triklorida, yang memberikan pewarnaan kuning. Padatannya mempunyai titik leleh dan titik didih rendah. Senyawa ini terutama diproduksi dan dikonsumsi dalam produksi logam aluminium, tetapi sejumlah besar juga digunakan dalam bidang industri kimia. Senyawa ini sering digolongkan sebagai asam Lewis. Ini merupakan contoh senyawa anorganik yang retak pada temperatur rendah, berubah bolak-balik dari polimer menjadi monomer.
Struktur
[sunting | sunting sumber]AlCl memiliki tiga struktur yang berbeda, bergantung pada temperatur dan fasenya (padat, cair, gas). AlCl padat berbentuk seperti lembaran dengan kisi kristal closed packed cubic. Dalam bentuk ini, pusat Al menunjukkan geometri koordinasi oktahedral.[5] Dalam lelehannya, aluminium triklorida berada sebagai dimer Al, dengan aluminium tetrakoordinasi. Perubahan struktur ini terkait dengan rendahnya massa jenis fasa cairnya (1,78 g/cm3) vs aluminium triklorida padat (2,48 g/cm3). Dimer Al2Cl6 juga dijumpai dalam fasa uap. Pada temperatur yang lebih tinggi, dimer Al2Cl6 terdisosiasi menjadi AlCl trigonal planar, yang secara struktur analog dengan BF. Lelehannya memiliki daya hantar listrik rendah,[6] tidak seperti halida ionik lainnya misalnya natrium klorida.
Reaksi
[sunting | sunting sumber]Aluminium klorida anhidrat adalah asam Lewis kuat, mampu membentuk adisi asam-basa Lewis dengan basa Lewis seperti benzofenon dan mesitilena.[7] Ia membentuk tetrakloroaluminat AlCl dengan adanya ion klorida.
Aluminium klorida bereaksi dengan kalsium dan magnesium hidrida dalam tetrahidrofuran membentuk tetrahidroaluminat.
Reaksi dengan air
[sunting | sunting sumber]Aluminium klorida bersifat higroskopis, mempunyai afinitas yang kuat terhadap air. Ini menguap di udara lembap dan mendesis ketika dicampur dengan air karena ion Cl− digantikan dengan molekul H2O dalam kisi-kisinya untuk membentuk heksahidrate AlCl3·6H2O (juga berwarna putih kekuningan). Fase anhidrat tidak dapat diperoleh kembali pada pemanasan karena HCl hilang menyisakan aluminium hidroksida dan alumina (aluminium oksida):
Pada pemanasan kuat (~400 °C), aluminium oksida terbentuk dari aluminium hidroksida melalui:
Larutan akuatik AlCl adalah ionik sehingga menghantarkan listrik dengan baik. Larutan semacam ini dijumpai bersifat asam, menandakan hidrolisis parsial ion Al. Reaksinya dapat dijelaskan secara sederhana sebagai:
Larutan akuatik berperlaku sama seperti garam aluminium lainnya yang mengandung ion Al terhidrasi, membentuk endapan gelatin aluminium hidroksida pada saat direaksikan dengan natrium hidroksida encer:
Sintesis
[sunting | sunting sumber]Aluminium klorida diproduksi dalam skala besar dengan cara reaksi eksotermik logam aluminium dengan klorin atau hidrogen klorida pada temperatur antara 650 hingga 750 °C (1.202 hingga 1.382 °F).[6]
Aluminium klorida dapat terbentuk melalui reaksi pengusiran tunggal antara tembaga klorida dan logam aluminium.
Pada tahun 1993 di AS, sekitar 21.000 ton AlCl diproduksi, tidak termasuk jumlah yang digunakan dalam produksi aluminium.[8]
Aluminium triklorida hidrat dibuat dengan melarutkan aluminium oksida dalam asam klorida. Aluminium logam juga mudah larut dalam asam klorida ─ membebaskan gas hidrogen dan menghasilkan panas. Memanaskan padatan ini tidak menghasilkan aluminium triklorida anhidrat, karena senyawa heksahidratnya terdekomposisi menjadi aluminium oksida ketika dipanaskan hingga 300 °C (572 °F):[8]
Aluminium juga membentuk klorida yang lebih rendah, aluminium(I) klorida (AlCl), tetapi ini sangat tidak stabil dan hanya dikenal dalam fase uapnya.[6]
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]Aluminium triklorida anhidrat
[sunting | sunting sumber]AlCl mungkin merupakan asam Lewis yang paling banyak digunakan dan juga salah satu yang paling kuat. Senyawa ini banyak ditemukan dalam aplikasi industri kimia sebagai katalis untuk reaksi Friedel–Crafts, baik asilasi maupun alkilasi. Produk pentingnya adalah deterjen dan etilbenzena. Ia juga digunakan dalam reaksi polimerisasi dan isomerisasi hidrokarbon.
Reaksi Friedel–Crafts[7] merupakan pengguna utama aluminium klorida, misalnya dalam preparasi antrakuinon (untuk bahan pewarna industri) dari benzena dan fosgen.[6] Secara umum reaksi Friedel–Crafts, asil klorida atau alkil halida bereaksi dengan sistem aromatik sebagai berikut:[7]
Reaksi alkilasi lebih banyak digunakan daripada reaksi asilasi , meskipun praktiknya lebih menuntut perhatian teknis karena reaksi lebih lamban. Untuk kedua reaksi, aluminium klorida, bahan beserta peralatan lainnya harus kering, meskipun jejak kelembaban diperlukan agar reaksi dapat berlangsung. Masalah umum dengan reaksi Friedel–Crafts adalah bahwa katalis aluminium klorida kadang-kadang diperlukan dalam jumlah stoikiometris penuh, karena membentuk kompleks kuat dengan produk. Komplikasi ini kadang-kadang menghasilkan limbah korosif dalam jumlah besar. Untuk alasan ini dan sejenisnya, telah dicari katalis yang lebih dapat didaur ulang atau ramah lingkungan. Dengan demikian, penggunaan aluminium triklorida di beberapa aplikasi telah digantikan oleh zeolit.
Aluminium klorida dapat juga digunakan untuk memasukkan gugus aldehida ke dalam cincin aromatik, contohnya dalam reaksi Gattermann-Koch yang menggunakan karbon monoksida, hidrogen klorida dan ko-katalis tembaga(I) klorida.[9]
Aluminium klorida banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi kimia organik lainnya.[10] Misalnya, ia dapat mengkatalisis "reaksi ena", seperti adisi 3-buten-2-on (metil vinil keton) menjadi karvona:[11]
AlCl3 juga banyak digunakan untuk reaksi polimerisasi dan isomerisasi hidrokarbon. Contoh penting antara lain pembuatan etilbenzena, yang digunakan untuk membuat stirena sebagai bahan baku polistirena, dan juga produksi dodesilbenzena, yang digunakan untuk pembuatan deterjen.[6]
Aluminium klorida yang dikombinasikan dengan aluminium dan dengan adanya suatu arena dapat digunakan untuk mensintesis kompleks logam bis(arena), misalnya bis(benzena)kromium, dari halida logam tertentu melalui apa yang disebut sintesis Fischer-Hafner.
Aluminium klorida hidrat
[sunting | sunting sumber]Heksahidratnya memiliki sedikit aplikasi, tetapi aluminium klorohidrat pada konsentrasi rendah adalah komponen umum dalam antiperspiran.[8] Penderita Hiperhidrosis memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi (12% atau lebih tinggi), dijual dengan merek seperti Xeransis, Drysol, DryDerm, sunsola, Maxim, Odaban, CertainDri, B+Drier, Chlorhydrol, Anhydrol Forte dan Driclor.
Simetri dan momen dipol
[sunting | sunting sumber]Aluminium klorida berada dalam kelompok D3h dalam bentuk monomernya dan D2h dalam bentuk dimernya. Bagaimanapun, kedua bentuk aluminium klorida, tidak memiliki momen dipol karena momen dipol ikatan meniadakan satu sama lain.
Keselamatan
[sunting | sunting sumber]AlCl3 anhidrat bereaksi hebat dengan basa, sehingga diperlukan tindakan pencegahan yang sesuai. Hal ini dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan sistem pernapasan jika terhirup atau saat kontak.
Aluminium klorida telah ditetapkan sebagai neurotoksin.[12][13][14][15]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e "Properties of substance: aluminium chloride", chemister.ru
- ^ a b Zumdahl, Steven S. (2009). Chemical Principles (edisi ke-6th). Houghton Mifflin Company. ISBN 0-618-94690-X.
- ^ a b c Sigma-Aldrich Co., Aluminum chloride. Diakses tanggal 2014-05-05.
- ^ a b c "NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards #0024". National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH).
- ^ Sebaliknya, AlBr3 memiliki lebih banyak struktur molekul, dengan pusat Al3+ berada pada lubang tetrahedral dari kisi closed-packed ion Br−: A.F. Wells (1984), Structural Inorganic Chemistry, Oxford, United Kingdom: Oxford Press
- ^ a b c d e N.N. Greenwood; A. Earnshaw (1984), Chemistry of the Elements, Oxford, United Kingdom: Pergamon Press
- ^ a b c G.A. Olah, ed. (1963), Friedel-Crafts and Related Reactions, 1, New York: Interscience
- ^ a b c Otto Helmboldt; L. Keith Hudson; Chanakya Misra; Karl Wefers; Wolfgang Heck; Hans Stark; Max Danner; Norbert Rösch (2007), "Aluminum Compounds, Inorganic", Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, Weinheim: Wiley-VCH, doi:10.1002/14356007.a01_527.pub2
- ^ Wade, L.G. (2003), Organic Chemistry (edisi ke-5th), Upper Saddle River, New Jersey, United States: Prentice Hall
- ^ Galatsis, P. (1999), H.J. Reich, J.H. Rigby, ed., Handbook of Reagents for Organic Synthesis: Acidic and Basic Reagents, New York: Wiley, hlm. 12–15
- ^ Snider, B.B. (1980). "Lewis-acid catalyzed ene reactions". Acc. Chem. Res. 13 (11): 426. doi:10.1021/ar50155a007.
- ^ He BP, Strong MJ (January 2000). "A morphological analysis of the motor neuron degeneration and microglial reaction in acute and chronic in vivo aluminum chloride neurotoxicity". J. Chem. Neuroanat. 17 (4): 207–15. doi:10.1016/S0891-0618(99)00038-1. PMID 10697247.
- ^ Zubenko GS, Hanin I (October 1989). "Cholinergic and noradrenergic toxicity of intraventricular aluminum chloride in the rat hippocampus". Brain Res. 498 (2): 381–4. doi:10.1016/0006-8993(89)91121-9. PMID 2790490.
- ^ Peng JH, Xu ZC, Xu ZX; et al. (August 1992). "Aluminum-induced acute cholinergic neurotoxicity in rat". Mol. Chem. Neuropathol. 17 (1): 79–89. doi:10.1007/BF03159983. PMID 1388451.
- ^ Banks, W.A.; Kastin, A.J. (1989). "Aluminum-induced neurotoxicity: alterations in membrane function at the blood–brain barrier". Neurosci Biobehav Rev. 13 (1): 47–53. doi:10.1016/S0149-7634(89)80051-X. PMID 2671833.