Lompat ke isi

Real Betis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Real Betis
Nama lengkapReal Betis Balompié
JulukanBéticos
Verdiblancos
Berdiri12 September 1907
StadionEstadio Benito Villamarín
Sevilla, Andalusia, Spanyol
(Kapasitas: 56.432)
KetuaSpanyol Ángel Haro
ManajerChili Manuel Pellegrini
LigaLa Liga
2023–2024La Liga, ke-7 dari 20
Situs webSitus web resmi klub
Kostum kandang
Kostum tandang
Kostum ketiga
Musim ini

Real Betis Balompié, S.A.D., mengarah ke Betis (diucapkan [ˈβetis]), tim sepak bola profesional yang berbasis di Sevilla. Real Betis Balompié bermain di La Liga dan menempati posisi ke-10 dalam klasifikasi historik liga Spanyol,[1]: sampai tahun 2007 telah mengikuti 45 kali musim kompetisi Divisi I, meraih 3 gelar juara resmi, 1 gelar juara liga, 2 gelar juara Piala Raja Spanyol dan 4 kali tampil sebagai finalis Piala raja.

Real Betis merupakan tim pertama dari Andalusia yang bermain di La Liga, dan sanggup menjuarai Copa del Rey, La Liga dan bermain di Piala Champions.

Tim ini merupakan tim keempat yang menjuarai La Liga (1934/35) dan merupakan tim ketujuh yang pernah meraih dua gelar terpenting di Spanyol: La Liga pada tahun 1935 dan Copa del Rey pada tahun 1977.

Real Betis pernah masuk ke dalam daftar tim sepak bola terbaik dunia yang dikeluarkan oleh IFFHS pada tahun 1995,[2] 1997,[3] dan 2005,[4] dan merupakan tim Andalusia kedua yang paling sering masuk ke dalam daftar tersebut.

Raja Spanyol Don Juan Carlos de Borbón, ibu Raja, dan Pangeran Don Felipe de Borbón merupakan anggota kehormatan Real Betis Balompié.

1907-1929: Tahun-tahun pertama

[sunting | sunting sumber]
Halaman 36 Catatan Sipil Sevilla di mana terdaftar klub Real Betis Balompié dan Sevilla Football Club.

Pada tahun 1907, sekelompok pelajar akademi militer dan fakultas kedokteran dari Escuela Politécnica, secara resma mendirikan Sevilla Balompié. Cikal bakal tim ini berawal pada tahun 1904 di mana kelompok pelajar ini telah mulai bermain sepak bola secara berkala. Para pemain awal tim ini berasal dari beberapa keluarga antara lain: keluarga Hermosa, Wesolousky, Castillo, Cáscales dan Gutiérrez dan mereka menggunakan kostum berwarna biru-putih. Presiden pertama dari klub adalah Juan del Castillo Ochoa dan kapten kesebelasan pertama –yang juga merangkap sebagai pelatih-, pada tahun 1914, adalah Manuel Ramos Asencio. Pada tahun-tahun awal klub ini mengalami beberapa kali pergantian markas dari calle Alfonso XII (1907-1909), ke Federico de Castro (1910-1911) dan kemudian ke Jerónimo Hernández (1912-1914).

Nama kesebelasan yang dipilih oleh anak-anak muda ini menggambarkan ide mereka yang ingin menentang pengaruh sepak bola Inggris: “Sevilla BALOMPIÉ” (setelah sebelumnya bernama, “España Balompié”). Klub ini terdaftar secara resma sebagai statu organisasi pada tanggal 1 Februari 1909.[5]

Tidak lama setelah itu, “Balompié” berhasil menjadi tim pertama yang menjuarai Piala Sevilla pada tahun 1910, dan merupakan juara bertahan sampai tahun 1913. Tim ini juga berpartisipasi kompetisi Piala Andalusia yang dimulai pada tahun 1910 dan diundang untuk mengikuti Piala Spanyol, namun berhalangan karena keterbatasan dana.[6][7]

Pada tahun 1909 berdiri Betis Foot-ball Club, yang merupakan pecahan dari Sevilla Foot-ball Club.

Pada tahun 1914 tim Balompié kembali meraih gelar Juara Sevilla dan mengubah namanya dari “Sevilla Balompié” menjadi “Real Betis Balompié”, setelah bergabung dengan Betis Foot-ball Club, yang secara resma telah mendapat gelar nama “Real” dari kerajaan Spanyol;[8][9]. Seperti telah disebutkan, Betis Foot-ball Club yang berdiri pada tahun 1909 telah dibubarkan pada tahun 1913 dan dibentuk kembali pada tahun berikutnya oleh keluarga Borbolla, dan mendapat gelar kehormatan dari Raja Spanyol, Alfonso XIII.

Pada tanggal 6 Desember 1914, dewan pimpinan Sevilla Balompié, dan dua hari kemudian, dewan pimpinan Betis Foot-ball Club, menyetujui penggabungan kedua klub.

Pada bulan Agustus 1915, Gubernur Sevilla, Severo Núñez, meresmikan status dan perubahan nama klub, dari "Sevilla" Balompié menjadi "Real Betis" Balompié (apunte nº 283 página 36 del Libro de Gobierno del Registro Civil: enmienda y nota al margen).[8][9]

Di luar masalah hukum, dari segi teknis, penggabungan ini juga berarti perubahan bagi para pemain dan gelar-gelar juara yang telah diraih klub Balompié. Lapangan bermain yang semula berada di El Campo de las Tablas Verdes berpindah ke Prado de San Sebastián. Betis FC menyumbangkan gelar “Real” untuk penggabungan ini.

Sampai tahun tiga puluhan, klub baru sebagai hasil penggabungan Sevilla Balompié dan Betis Foot-Ball Club ini, tetap terkenal dengan nama “el Balompié” dengan pendukungnya yang disebut “los balompedistas” . Baru pada periode tahun empat pululan namanya populernya berubah menjadi "Betis" dengan pendukungnya disebut "béticos", hingga saat ini.

Sebagian bekas pendukung Betis Foot-ball Club yang tidak menyetujui penggabungan ini, dengan dimotori oleh Antonio Gutiérrez y Rafael García de la Borbolla, mencoba mendirikan kembali Betis Foot-ball Club pada 1915. Walaupun demikian klub ini tidak bertahan lama dan bubar beberapa tahun kemudian.[10]

Setelah menjadi Juara Sevilla pada 1915, Balompié mengawali masa crisis yang terutama disebabkan oleh kurangnya dana untuk memelihara para pemain pada masa yang disebut sebagai “amateurismo marrón”, profesionalisme terselubung. Belasan pemain hijrah ke klub rival pada masa tersebut.

Pada tahun 1924, berkat kembalinya para pendiri klub ke dalam dewan direksi (Castillo, Wesolousky, Hermosa, Fernández Zúñiga, Cascales,...), prestasi Balompié kembali menanjak dengan menjuarai Piala Spencer pada tahun 1926 dan, setelah berulang kali menjadi runner-up, pada tahun 1928 mampu menjuarai Piala Andalucia.

Akhir tahun 1920-an dibentuklah untuk pertama kalinya Liga nasional sepak bola Spanyol. Pada saat itu, Real Betis Balompié sudah merupakan suatu klub sepak bola yang cukup teroganisir, baik dari segi olahraga, sosial, maupun kelembagaan. Real Betis Balompié memulai petualangannya di liga nasional Spanyol pada tanggal 17 Februari 1929 dengan berpartisipasi di kompetisi Divisi II dengan harapan untuk bermain di Divisi I dikemudian hari.

1930-1947: Periode Kejayaan dan Kejatuhan

[sunting | sunting sumber]

Periode 1930-an ditandai dengan berubahnya terminologi populer “Balompié” dan “balompedistas” menjadi “Betis” dan “béticos”. Masa tersebut bagi Betis Balompié, masa terjaya di sepanjang sejarahnya. Dalam waktu kurang dari 10 bulan, Betis telah berhasil menjadi tim pertama dari Spanyol selatan yang mencapai babak final dari PIala Spanyol dan merayakan ulang tahunnya yang ke-25 pada tanggal 3 April 1932, dengan meraih gelar juara Divisi II. Dengan gelar tersebut, Betis Balompié – tanpa gelar “Real” pada masa pemerintahan Republik kedua di Spanyol - menjadi klub Andalusia pertama yang masuk ke Divisi I Spanyol.

Di bawah pimpinan Patrick O´Connell, pada musim kompetisi 1934-1935, Betis Balompié berhasil menjadi Juara Liga Divisi I. Para pemain saat itu di antaranya adalah: Urquiaga, Areso, Aedo, Peral, Gómez, Larrinoa, Adolfo, Lecue, Unamuno, Timimi, Saro, Caballero, Rancel, Valera dan Espinosa. Tim ini merupakan gabungan dari enam pemain dari daerah Basque di utara Spanyol, tiga pemain dari kepulauan Canaria, tiga pemain berasal dari kota Sevilla dan satu pemain berasal dari kota Almeria, namun besar di Barcelona. Tanggal 28 april 1935 merupakan hari paling bersejarah dari tim berkostum hijau putih ini: Betis menaklukan Santander 5-0 dan meraih juara Liga. Hari tersebut jatuh bersamaan dengan hari Sabtu dari pesta tahunan rakyat di Sevilla menyambut musim semi (Feria) di mana kemenangan Betis dirayakan di tenda-tenda Feria secara meriah.

Betis mengalami kejatuhan pada tahun berikutnya. Tahun itu ditandai dengan “dipretelinya tim juara” Betis. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi yang dialami oleh klub Betis yang mengharuskan dijualnya tiga orang pemain, namun juga disebabkan oleh keluarnya empat orang pemain yang dikarenakan pecahnya Perang Saudara di Spanyol wajib maju ke medan perang atau terhalang untuk kembali ke Sevilla. Hanya dua pemain, Peral dan Saro, yang tersisa dari kesebelasan yang 15 bulan sebelumnya berhasil meraih juara Liga Divisi I.

Perang Saudara di Spanyol berdampak negatif untuk Betis. Betis membuat kesalahan dengan terjun berkompetisi pada tahun 1939-1940, ketika banyak klub memilih untuk tidak berkompetisi dengan alasan perang.

Dampak paling parah terjadi pada 28 april 1940, tepat 5 tahun setelah meraih gelar juara liga. Klub hijau putih tersebut turun ke Divisi II. Dua tahun kemudian, Betis berhasil naik kembali ke Divisi I, untuk turun kembali ke Divisi II pada tahun 1943.

Puncak kejatuhan Betis terjadi di Santander pada tanggal 13 April 1947, saat ditaklukkan 1-4 oleh Racing Santander yang memaksa Betis untuk turun ke Divisi III.

1947-1958: Periode "manquepierda"

[sunting | sunting sumber]

Sulit untuk mengerti dan memahami Betis tanpa mengetahui apa yang terjadi selama 7 tahun keberadaan klub ini di Divisi III. Karena sejak saat itulah, klub ini, dan juga para pendukungnya, memiliki suatu karakter tersendiri yang hingga saat ini menjadi ciri khas Betis. Ciri khas inilah yang seakan menjadi “jiwa” dari klub Betis yang pada tahun lima puluhan tercermin dalam suatu semboyan yang mengundang simpati di segala penjuru Spanyol: “¡Viva er Beti manque pierda!”.

Penyair Joaquín Romero Murube menggambarkan situasi zaman itu dan semboyan di atas dengan kata-kata berikut: “Klub Betis memiliki kekuatan mental tersendiri yang dibangun lewat kekalahan-kekalahan yang dideritanya... namun jauh dari menyerah terhadap nasib buruk yang menimpa, Betis malah menghadapi setiap pertandingan dengan semangat yang semakin tinggi demi tercapainya kejayaan” [11]

Betis berhasil melampaui periode tersebut atas dukungan para suporternya. Pada tahun 1954, Betis berhasil kembali ke Divisi II. Pada saat itu, Betis sangat terkenal dengan para pendukungnya yang selalu memenuhi stadion di setiap pertandingan di kandang dan dengan “barisan hijau”-nya yang selalu menyertai kesebelasan Betis di setiap pertandingan tandang. Masa-masa krisis ekonomi yang telah dilampaui dan pengalaman pahit bermain di Divisi III semakin menguatkan Betis dan menambah satu lagi ciri khas dari klub tersebut dengan menjadi “satu-satunya klub di Spanyol yang pernah menjadi juara Divisi I, II, dan III”.

Estela kembali ke Divisi II pada tahun 1954, Betis harus menunggu 5 tahun sebelum berhasil menembus Divisi I, tepatnya pada tanggal 1 Juni 1958.

1958-1976: Periode Terang dan Gelap

[sunting | sunting sumber]

Betis mengawali kembali debutnya di Divisi I dengan kemenangan 4-2.

Antara tahun 1959 dan 1964, Betis mengalami masa kejayaan yang ditandai dengan keberhasilan mencapai peringkat ketiga Liga Divisi I, meraih gelar juara Piala Carranza dan keikutsertaan di Piala Ferias.

Hanya berselang setahun kemudian, Betis kehilangan presidennya Benito Villamarín yang telah memimpinnya selama 10 tahun, kehilangan Andrés Aranda dan turun ke Divisi II. Hal ini menggambarkan bagaimana Betis tidak mampu melepaskan diri dari ciri khas “manque pierda!”. “Eurobetis yang pertama berubah hanya dalam setahun menjadi Currobetis”. Ungkapan ini menggambarkan bagaimana klub ini memiliki karakter yang sama dengan torrero (matador) legendaris Curro Romero yang mampu tampil luar biasa gemilang namun tidak lama berselang bisa tampil gagal total. Naik turunnya Betis hingga tahun 1974 antara Divisi II dan Divisi I, menyebabkan klub ini sempat dijuluki sebagai “kesebelasan lift”.

1977-1992: Piala Raja Spanyol dan Periode 80-an

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 25 Juni 1977 Betis berhasil meraih gelar juara Piala Raja Spanyol di stadion Estadio Vicente Calderón di Madrid setelah memenangi pertandingan final yang diwarnai dengan 21 tendangan penalti. Di bawah pimpinan Rafael Iriondo, Esnaola, Bizcocho, Biosca, Sabaté, Cobo, López, Alabanda, Cardeñosa, García Soriano, Megido, Benítez, Eulate dan Del Pozo, tertulislah suatu bab yang paling mengesankan dalam sejarahnya. Betis, yang pada masa lampau adalah juara Divisi I Spanyol dua tahun sebelum pecahnya perang saudara (1935), berhasil menjadi klub pertama yang meraih gelar juara Spanyol setelah berakhirnya masa keditaktoran (Franco) dengan merebut Piala Raja pada tahun (1977) tersebut. Dengan gelar tersebut, Betis seakan menutup lembaran sejarah masa diktatur di negara Spanyol yang kebetulan juga merupakan masa suram bagi klub tersebut. Pada tahun yang sama, Betis berhasil mencapai babak perempat final Piala Eropa sebelum akhirnya ditaklukkan Milán. Seakan setia dengan tradisinya, pada akhir musim kompetisi tahun tersebut, Betis kembali turun ke Divisi II Liga Spanyol.

Kembalinya Betis ke Divisi I pada tahun 1979, ditandai dengan beberapa keberhasilan dan dengan partisipasi di kompetisi Eropa: klasifikasi Piala UEFA tahun 1982 dan 1984, perayaan pesta tahun platinum (75 tahun) pada tahun 1982 dan keberhasilan mencapai posisi kedua Divisi I pada tahun 1986. Masa tersebut merupakan salah satu masa emas bagi klub hijau putih dan para pendukungnya, ditambah dengan terpilihnya stadion Betis sebagai stadion yang dipakai untuk pertandingan antara Spanyol melawan Malta pada piala dunia di Spanyol (1982).

Namun, antara 1986 hingga 1992, Betis kembali mengalami masa krisis ekonomi dan kembali menjadi “kesebelasan lift” yang naik turun antara Divisi I dan II hingga turunnya ke Divisi II pada tahun 1991. Masa tersebut merupakan masa tersulit bagi Betis, ditambah lagi dengan kewajiban untuk menjadi perseroan terbatas di bidang olah (sociedad anónima deportiva) yang dikenakan pada semua klub oleh penyelenggara liga. Oleh “program penyehatan” Liga, Real Betis Balompié – pada saat itu bermain di Divisi II – diwajibkan untuk memiliki modal sebesar hampir 1.200 juta pesetas; dua kali lipat jumlah modal yang wajib dimiliki oleh setiap klub Divisi I dan II.

Dalam waktu sekitar 3 bulan, para “beticos” berhasil mengumpulkan dana sebesar 400 juta pesetas. Walau jumlah ini mencapai sekitar 60% hingga 100% dari total modal yang wajib dimiliki klub-klub lainnya, jumlah dana tersebut belumlah cukup untuk mencapai target yang diwajibkan. Selain dana sebesar 400 juta pesetas tersebut, terhimpun juga dana yang terdiri dari 100 saham. Meskipun demikian masih diperlukan dana sekitar 680 juta untuk mencapai target yang diwajibkan. Pada tanggal 30 Juni, wakil presiden untuk urusan ekonomi Manuel Ruiz de Lopera menjadi penjamin atas jumlah sisa modal yang dibutuhkan dan menjadi pemegang saham terbesar dari perseroan.[12]

1992-2007: Tiga Final, Satu Gelar dan Liga Champions

[sunting | sunting sumber]
Estadio Manuel Ruiz de Lopera

Pada 15 tahun terakhir, terutama pada periode tahun 1995 hingga 2005, sebanyak tiga kali Betis berhasil menempati peringkat empat besar dari kompetisi Divisi I, dan menjadi satu-satunya klub dari Andalusia yang melakukan hal tersebut sejak 1970. Betis bermain di tiga final: dua Piala Raja Spanyol, dan satu Piala Super Spanyol, memenangkan satu gelar diantaranya, satu kali berpartisipasi di Liga Champions dan empat kali berpartisipasi di Piala UEFA.

Naiknya kembali Betis ke Divisi I pada tahun 1994 langsung disusul dengan keberhasilan Betis menempati peringkat ketiga di Divisi tersebut pada musim kompetisi berikutnya. Pada musim kompetisi 1996-1997 Betis kembali menempati posisi empat besar dan berhasil mencapai final Piala Raja Spanyol sebelum ditundukkan FC Barcelona pada pertandingan final yang diwarnai dengan perpanjangan waktu.

Setelah final, Betis sempat mengalami masa ketidakstabilan dan turun ke Divisi II pada tahun 2000. Kembali ke Divisi I pada tahun berikutnya, Betis langsung menempati posisi 4 besar, menembus Piala UEFA dan berhak bermain di babak awal Liga Champions.

Walaupun demikian, barulah pada tahun 2005 Betis mencapai tahun kejayaan yang sesungguhnya: hanya dalam waktu 34 hari, klub hijau putih berhasil memenangkan pertandingan derbinya (atas Sevilla FC), mencapai babak final Piala Raja Spanyol, menempatkan diri sebagai peringkat ke-4 Divisi I lewat pertandingan seri melawan Real Mallorca, dan memenangkan Piala Raja Spanyol di stadion Vicente Calderón, Madrid.

Dua bulan kemudian Betis menjadi klub Andalusia pertama yang bermain di Piala Eropa dengan format Liga Champions, setelah menaklukan Monaco yang merupakan runner-up Liga Champions sebelumnya di babak penyisihan. Di penyisihan grup, Betis bersaing dengan juara liga Champions sebelumnya, Liverpool, dan dengan Chelsea yang merupakan juara liga Inggris.

Sejarah seperti berulang bagi Betis: tahun emas selalu disusul langsung dengan tahun suram. Betis nyaris terdegradasi ke Divisi II di musim kompetisi 2005-2006. Akhir musim kompetisi tersebut ditandai dengan perpecahan antara Presiden klub dan pelatih, dan krisis kelembagaan yang merupakan puncak dari masalah internal klub sejak tahun 80an. Musim kompetisi 2006-2007 merupakan musim kompetisi yang buruk, Betis berhasil menghindari degradasi ke Divisi II dengan memenangi pertandingan pada hari terakhir kompetisi melawan Racing Santander (2-0). Tiga pelatih yang berbeda menangani Betis pada musim kompetisi ini: Javier Irureta di awal kompetisi, Luis Fernandez yang mengambil alih tim di tengah kompetisi, dan Paco Chaparro (pelatih Real Betis B) yang akhirnya mengambil alih di pertandingan akhir yang menentukan.

Pada tahun 2007, Real Betis Balompié merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Perayaan di antaranya ditandai dengan peresmian monumen bagi para pendukung Betis pada tanggal 12 September 2007. Perayaan ke 100 tahun Betis tidak disertai dengan prestasi yang memuaskan dari klub. Pelatih Hector Cuper yang menangani Betis di awal musim kompetisi 2007-2008, hanya mampu meraih 4 angka dari 11 pertandingan pertamanya. Paco Chaparro mengambil alih tampuk kepelatihan dari tangan Cuper dan berhasil menempatkan Betis di peringkat 13 di akhir musim kompetisi.

2009-2011: Dua Musim Kompetisi di Divisi II

[sunting | sunting sumber]

Meski Real Betis mengeluarkan dana yang banyak untuk melakukan pembelian pemain-pemain seperti yang tertulis diatas tadi dengan total kurang lebih 25 juta poundsterling, akan tetap hasil yang diraih tidak sesuai dengan harapan dan harus menerima kenyataan, terdegradasi ke Divisi II pada akhir musim kompetisi 2008/2009 setelah hanya bisa bermain imbang 1-1 melawan Real Valladolid di pertandingan akhir. Masa pendukung Real Betis tidak tinggal diam dan menerima kenyataan pahit degradasi. Demonstrasi besar-besaran pendukung Betis terjadi di beberapa kota Spanyol (Sevilla, Madrid, Barcelona, Benidorm, Lepe, Montilla, Valdepeñas dan Marbella) pada tanggal 15 Juni 2009 untuk menyatakan ketidakpuasan atas situasi klub dan menuntut turunnya Lopera sebagai pemilik saham terbesar. Demonstrasi ini melahirkan Yayasan Heliópolis[5], yang bertujuan menyatukan seluruh pendukung betis yang menginginkan perubahan institusional di klub.

Demonstrasi besar ternyata tidak mendapat tanggapan yang berarti dari manajemen klub.

Pada saat yang hampir bersamaan, hakim Mercedes Alaya melakukan penyelidikan atas dugaan pelanggaran-pelanggaran bisnis oleh Lopera. Pada tanggal 7 Juli 2010, hanya seminggu sebelum proses pengadilan dimulai, Lopera menjual 94% sahamnya yang bernilai 16 juta euro (51% dari keseluruhan saham Real Betis) ke Bitton Sport yang dimiliki oleh Luis Oliver. Oliver merupakan pengusaha Spanyol yang pernah membawa dua klub sepak bola Spanyol, CF Cartagena dan CD Xeres ke ambang kebangkrutan. Sebelum proses penjualan saham tersebut disahkan, hakim Alaya membekukan seluruh saham Real Betis yang dimiliki Lopera. Menghadapi pembekuan saham tersebut, Luis Oliver langsung membeli saham Betis lainnya (dari pemilik selain Lopera) dan berhasil terpilih menjadi presiden Real Betis berkat dukungan kaki tangan Lopera. Hakim Alaya menyatakan pemilihan tersebut sebagai tidak sah, dan menunjuk Rafael Gordillo, bekas pemain legendaris Real Betis dan Real Madrid untuk mengambil alih kepemimpinan klub untuk menjamin terbentuknya kepengurusan klub yang terlepas sepenuhnya dari pengaruh Lopera.

Di bawah kepemimpinan Gordillo, Real Betis berhasil menjuarai kompetisi divisi II pada akhir musim 2010/2011, di bawah pelatih José Mel Pérez atau yang dikenal sebagai Pepe Mel. Pada 29 Juni 2011, Miguel Guillén Vallejo terpilih sebagai presiden Betis ke 42 menggantikan kepemimpinan sementara Gordillo.

Data klub

[sunting | sunting sumber]
  • Anggota resmi: 39500[13]
  • Rata-rata jumlah penonton per pertandingan: 35473[13]
  • Fans-clubs: 362[14]
  • Modal: 24000000 (2007)
  • Jumlah musim kompetisi Divisi I yg pernah diikuti: 45 (termasuk 2007-2008)
  • Jumlah musim kompetisi Divisi IIA yg pernah diikuti: 25
  • Jumlah musim kompetisi Divisi IIB yg pernah diikuti: 0
  • Jumlah musim kompetisi Divisi III yg pernah diikuti: 7
  • Partisipasi di tingkat internasional:
    • 1 kali partisipasi di Liga de Campeones: (Peringkat ketiga di penyisihan group th 05/06)
    • 1 kali partisipasi di Copa de Ferias: (babak 1/32 th 64/65)
    • 6 kali pertisipasi di Copa de la UEFA: (babak 1/32 th 82/83 y 84/85, babak 1/8 th 95/96 y 98/99, babak penyisihan ketiga th 02/03, babak 1/805/06)
    • 2 kali partisipasi di Recopa de Europa: (babak ¼ Final 77/78 y 97/98)

Daftar pemain

[sunting | sunting sumber]

Tim utama

[sunting | sunting sumber]
Per 30 Agustus 2024.[15]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK Portugal POR Rui Silva
2 DF Spanyol ESP Héctor Bellerín
3 DF Spanyol ESP Diego Llorente
4 MF Amerika Serikat USA Johnny Cardoso
5 DF Spanyol ESP Marc Bartra
6 DF Brasil BRA Natan (dipinjam dari Napoli)
7 FW Spanyol ESP Juanmi
8 FW Brasil BRA Vitor Roque (dipinjam dari Barcelona)
9 FW Argentina ARG Chimy Ávila
10 FW Maroko MAR Abde Ezzalzouli
11 FW Republik Demokratik Kongo COD Cédric Bakambu
12 DF Swiss  SUI Ricardo Rodriguez
13 GK Spanyol ESP Adrián
No. Pos. Negara Pemain
14 MF Portugal POR William Carvalho
15 DF Prancis FRA Romain Perraud
16 MF Spanyol ESP Sergi Altimira
18 MF Spanyol ESP Pablo Fornals
19 MF Spanyol ESP Iker Losada
20 MF Argentina ARG Giovani Lo Celso
21 MF Spanyol ESP Marc Roca
22 MF Spanyol ESP Isco
23 DF Senegal SEN Youssouf Sabaly
24 FW Spanyol ESP Aitor Ruibal (Kapten)
25 GK Spanyol ESP Fran Vieites
32 DF Senegal SEN Nobel Mendy
38 FW Spanyol ESP Assane Diao

Tim cadangan

[sunting | sunting sumber]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
30 GK Spanyol ESP Germán García
36 FW Spanyol ESP Jesús Rodríguez
37 MF Spanyol ESP Dani Pérez
No. Pos. Negara Pemain
41 GK Spanyol ESP Manu González
43 DF Spanyol ESP Lucas Alcázar
46 MF Spanyol ESP Mateo Flores

Dipinjamkan

[sunting | sunting sumber]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
DF Spanyol ESP Ricardo Visus (di Almere City sampai 30 Juni 2025)
DF Spanyol ESP Álex Pérez (di Inter Milan sampai 30 Juni 2025)
FW Spanyol ESP Álex Collado (di Al-Kholood sampai 30 Juni 2025)
No. Pos. Negara Pemain
FW Spanyol ESP Yanis Senhadji (di Tenerife sampai 30 Juni 2025)
FW Spanyol ESP Borja Iglesias (di Celta sampai 30 Juni 2025)

Nomor yang dipensiunkan

[sunting | sunting sumber]

26 Spanyol Miki Roqué (meninggal) (2009–2012)

Prestasi individual

[sunting | sunting sumber]
  • Pelatih dengan pertandingan terbanyak: Lorenzo Serra Ferrer (198 pertandingan)
  • Pemain dengan pertandingan terbanyak: Julio Cardeñosa (306 pertandingan) (74/75 sampai 84/85)
  • Pemain dengan jumlah menit terbanyak: José Ramón Esnaola (27.172 menit) (74/75 sampai 84/85)
  • Pemain dengan gol terbanyak di Divisi I: Hipólito Rincón (78 gol) (81/82 sampai 88/89)
  • Pemain dengan jumlah gol terbanyak secara keseluruhan: Domínguez (futbolista) (94 gol)
  • Pemain yang mampu menciptakan gol dalam beberapa pertandingan berturut-turut: Fernando Ansola (8 gol)
  • Pemain yang paling sering diusir dari lapangan: Jaime Quesada (diusir di 7 pertandingan)
  • Pemain dengan gol terbanyak di kompetisi eropa: Alfonso Pérez (8 Gol)
  • Pemain pertama yang dipanggil memperkuat tim nasional Spanyol: Lecue (1934)
  • Pemain terakhir yang dipanggil memperkuat tim nasional Spanyol: Juanito (2008)

Staff tim

[sunting | sunting sumber]
Posisi Nama Kewarganegaraan
Pelatih: Gabriel Calderón Argentina Argentina
Asisten pelatih: Roberto Ríos Spanyol Spanyol
Goalkeeping coach: José Ramón Esnaola Spanyol Spanyol
Pelatih kebugaran: David Gómez Spanyol Spanyol
Delegate: Víctor Antequera Spanyol Spanyol

Staff medis

[sunting | sunting sumber]
Posisi Nama Kewarganegaraan
Chief of Medical Services: Tomás Calero Spanyol Spanyol
Recuperator: Fran Molano Spanyol Spanyol
Pemijat: José María Montiel Spanyol Spanyol
Fisioterapis: José Manuel Pizarro Spanyol Spanyol
Fisioterapis: Manuel López Spanyol Spanyol
Fisioterapis: Manuel Alcantarilla Pedrosa Spanyol Spanyol
Dokter kaki: Joaquín Pérez Rendón Spanyol Spanyol
Penolong pemain di lapangan: José Manuel Acuña Spanyol Spanyol
Penolong pemain di lapangan: Javier Martín Spanyol Spanyol

Staff pemandu

[sunting | sunting sumber]
Posisi Nama Kewarganegaraan
Kepala pemandu: Ángel Becerra Spanyol Spanyol
Kepala pemandu: Vlada Stošić Serbia Serbia
Pemaundu: Keke Durán Spanyol Spanyol
Pemaundu: Antonio Jiménez Spanyol Spanyol
Nama Kewarganegaraan Posisi
Miguel Guillén  Spanyol Presiden
Pablo Gómez Falcón  Spanyol Wakil presiden
José Antonio Bosch  Spanyol Penasihat
Fernando Criado  Spanyol Penasihat
Antonio Sánchez Pino  Spanyol Penasihat
María Isabel Simó  Spanyol Penasihat
León Lasa  Spanyol Penasihat
Fernando Casas  Spanyol Penasihat
Manuel Domínguez Plata  Spanyol Sekretaris jendral

Presiden klub

[sunting | sunting sumber]
José León GómezManuel Ruiz de LoperaJosé León GómezJosé León GómezBenito Villamarín
  • Sevilla Balompié:
Període Presiden
1907-1909 Alfonso del Castillo Ochoa
1909-1911 Juan del Castillo Ochoa (1er Mandato)
1911-1912 José Gutiérrez Fernández
1912-1914 Juan del Castillo Ochoa (2º Mandato)
1914 Herbert Richard Jones
  • Betis F.C:
Període Presiden
1909-1912 Eladio García de la Borbolla
1912-1913 Guillermo Comesaña Arahal
1913-1914 Pedro Rodríguez de la Borbolla
  • Real Betis Balompié:
Període Presiden
1914-1915 Herbert Richard Jones
1915-1917 Pedro Rodríguez de la Borbolla
1917 Roberto Vicente de Mata
1917-1919 Eduardo Hernández Nalda
1919-1920 Carlos Alarcón de la Lastra
1920-1921 Jerónimo Domínguez
1921-1924 Gil Gómez Bajuelo
1924 Juan del Castillo Ochoa
1924-1925 Antonio Poll Roma
1925-1928 Ramón Navarro Cáceres
1928-1929 Antonio Laguardia
1929 Camilo Romero Sánchez
1929-1930 Daniel Mezquita
1930-1932 Ignácio Sánchez Mejías
1932-1933 José Ignácio Mantecón Navasal
1933-1936 Antonio Moreno Sevillano
1936-1940 Valentín Pérez Martínez
1940-1942 Ramón Poll Carbonell
1942-1943 Alfonso Alarcón de Lastra
1943-1944 Francisco Cantalapiedra
1944-1945 Eduardo Benjumea Vázquez
1945-1946 Manuel Romero Puerto
1946-1947 Filomeno de Aspe Martínez
1947-1950 Pascual Aparicio García
1950-1952 Francisco de la Cerda Carmona
1952-1955 Manuel Ruiz Rodríguez
1955-1965 Benito Villamarín Prieto
1965-1966 Avelino Villamarín Prieto
1966 Andrés Gaviño
1966 José María Domenech (Provisional)
1967-1968 Julio de la Puerta Castro
1968-1969 José León Gómez (1er Mandato)
1969-1978 José Nuñez Naranjo
1979-1983 Juan Manuel Mauduit
1983-1989 Gerard Martínez Retamero
1989-1992 Hugo Galera Davidson
1992-1996 José León Gómez (2º Mandato)
1996-2006 Manuel Ruiz de Lopera
2006-Actualidad José León Gómez (3er Mandato)

Nota: sampai tahun 1925 kapten kesebelasan berperan sekaligus sebagai pelatih.

Gelar juara

[sunting | sunting sumber]

Tingkat regional

[sunting | sunting sumber]

Tingkat nasional

[sunting | sunting sumber]

Kejuaraan tingkat nasional yang lain

[sunting | sunting sumber]

Kejuaraan Musim Panas

[sunting | sunting sumber]

Fans klub

[sunting | sunting sumber]

Real Betis merupakan tim sepak bola Andalusia dengan jumlah cabang fans-klub terbanyak (362 fans klub).[16]

Jumlah total fans clubs yang terdaftar secara resmi 340,

Dari segi jumlah pendukungnya, Real Betis menempati urutan ke-6 (3,3%) di antara tim-tim sepak bola Spanyol menurut angket CIS bulan mei 2007, di belakang Real Madrid (32,8%), Barcelona (25,7%), Valencia (5,3%), Athletic (5,1%) dan Atlético de Madrid (4,3%).[17]

Derbi Sevilla

[sunting | sunting sumber]

Derbi Sevilla kini menjadi pertandingan tahunan di La Liga sejak Sevilla FC dan Real Betis sama-sama berada di satu divisi, dimana Real Betis menghadapi rival bersejarahnya Sevilla FC, yang juga berasal dari kota Sevilla. Derbi ini dikenal sebagai salah-satu derbi yang paling rusuh di daratan Spanyol. Sampai dengan musim 2006/07, derbi ini telah dimainkan sebanyak 77 kali, dimana Sevilla FC menang 35 kali, Real Betis menang 26 kali, dan seri 16 kali.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Tabla de la Liga Española de todos los tiempos en LFP
  2. ^ Top 25 de clubes del mundo de IFFHS
  3. ^ Top 25 de clubes del mundo de IFFHS
  4. ^ Top 25 de clubes del mundo de IFFHS
  5. ^ Página nº 36 del Libro de Registro del Gobierno Civil que se conserva en la Delegación del Gobierno de Sevilla. http://www.tuyossiempre.com/Historia/imagenesBD/img1163738966774.jpg[pranala nonaktif permanen]
  6. ^ "La Historia jamás contada del Real Betis Balompié" (2001), Manuel Carmona Rodríguez
  7. ^ Web Oficial del Centenario del RBB, Manuel Carmona Rodríguez, http://www.tuyossiempre.com/historia/historia.htm Diarsipkan 2007-10-28 di Wayback Machine.
  8. ^ a b Detalle del apunte nº 283 del Libro de Registro del Gobierno Civil de Sevilla, http://www.tuyossiempre.com/Historia/imagenesBD/img1163738950287.jpg[pranala nonaktif permanen]
  9. ^ a b Nota al margen del apunte nº 283 del Libro de Registro del Gobierno Civil de Sevilla, http://www.tuyossiempre.com/Historia/imagenesBD/img1163738973854.jpg[pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Guía Gómez Zarzuela, edición de 1916 relativa a 1915 (Hemeroteca Municipal de Sevilla)
  11. ^ Romero Murube, Joaquín. "Porqué soy bético", Especial ABC diciembre de 1958
  12. ^ Dossier: La conversión del Betis en S.A.D. http://www.betisweb.com/foro/viewtopic.php?t=9813[pranala nonaktif permanen]
  13. ^ a b http://www.lfp.es
  14. ^ http://www.realbetisbalompie.es/noticias/comunicados.html?id=3512
  15. ^ "Plantilla" (dalam bahasa Spanyol). Real Betis. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2017. Diakses tanggal 25 October 2018. 
  16. ^ Guía Marca, temporada 2006-2007
  17. ^ http://www.cis.es/cis/export/sites/default/-Archivos/Marginales/2700_2719/2705/Es2705mar_A.pdf

Referensi sejarah

[sunting | sunting sumber]
  • Libro de Registro que se conserva en la Delegación del Gobierno Civil de Sevilla en la Plaza de España (página 36, apunte nº 283)
  • Hemeroteca Municipal de Sevilla, diarios "La Unión", "El Liberal", "Sevilla", ABC y otros (1908-1914, 1926, 1932, 1936-40, 1947-54, 1958)
  • Enciclopedia de los Deportes, tomo sobre el RBB (1950, Francisco Narbona)
  • Especial revista "Oiga"- Historia RBB (1954, Nicolás Salas)
  • "50 años de fútbol sevillano" (1958, Manuel Benítez Salvatierra "Cesar del Arco", Editorial Selecciones Gráficas)
  • Especial Revista "Oiga" (Diciembre de 1958)
  • Especial ABC (Diciembre de 1958)
  • Historia del Real Betis Balompié (1985, Furest y Rodríguez, Biblioteca de Ediciones Andaluzas)
  • "Historia viva del Real Betis Balompié" (1993, Prensa Española)
  • La historia jamás contada del Real Betis Balompié" (2001, Manuel Carmona, Editorial Castillejo)
  • "Primeros pasos del fútbol sevillano" (2005, Juan Castro Prieto, Puntorojo libros)
  • Sección Historia, web oficial del centenario http://www.tuyossiempre.com/historia/historia.htm Diarsipkan 2007-10-28 di Wayback Machine. (2006-2007, Manuel Carmona Rodríguez, historiador del Centenario)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]