Skapulir
Skapulir (dari Bahasa Latin scapula: bahu) merupakan bagian dari pakaian biarawan ordo tertentu. Beberapa ordo lain dan kongregasi religius (baik laki-laki maupun perempuan) juga meniru pemakaian skapulir. Skapulir biasanya dipakai di bagian luar pakaian atau jubah.
Asal usul dan Makna
Pada dasarnya skapulir berupa selembar kain yang lebarnya dari tengah bahu kiri ke tengah kanan dan panjangnya tidak sampai ke mata kaki baik di bagian depan (dada) maupun di bagian belakang (punggung). Ada juga skapulir dengan ukuran yang lebih pendek. Di bagian tengah ada lubang untuk memasukkan kepala sehingga skapulir tergantung pada potongan kain yang bertumpu pada kedua bahu. Pada awalnya bagian skapulir yang tergantung di bagian depan dan di bagian belakang dihubungkan dengan pita atau tali di bawah ketiak atau lengan. Pada zaman dahulu juga ada potongan kain yang menggantung pada masing-masing bahu sehingga keempat helai kain membentuk salib (dada – bahu kanan – punggung – bahu kiri).
Skapulir biara (sebagaimana semua pakaian biara dan pakaian liturgi) berasal dari pakaian biasa umat awam. Sebagaimana stola adalah tanda martabat dan tanda kuasa imam, maka skapulir kemudian menjadi tanda status biarawan. Di Dunia Barat (seperti halnya para biarawan Ordo Santo Benediktus) pada awalnya skapulir tidak lain dari pakaian kerja atau celemek yang biasa dipakai para pekerja kebun / pekerja ladang. Karena itu di dalam Peraturan Santo Benediktus nomor 55 mengenai pakaian biara ditetapkan: “scapulare propter opera” (skapulir untuk bekerja). Dari sini berkembang pakaian biara dimana tudung kepala menyatu dengan bagian atas punggung sebuah skapulir. Skapulir Ordo Dominikan yang asli berbentuk sedemikian rupa sehingga di bagian belakang juga ada tudung kepala. Skapulir biara di Dunia Barat sama dengan analabos (Άνάλαβος) biarawan di Dunia Timur.
Rumusan kaul membiara di Dunia Barat pada abad ke-9 tidak menyebut apapun mengenai pemberian skapulir. Baru di kemudian hari skapulir menjadi bagian penting pakaian biara. Dan kemudian (sebagaimana analabos) skapulir diberikan secara resmi pada upacara penerimaan biarawan baru dan makna pemakaian skapulir pun ditekankan dalam rumusan upacara tersebut. Karena bentuknya menyerupai salib dan karena makna pemakaiannya, analabos dan skapulir juga sering disebut salib. Selain itu, skapulir juga disebut iugum Christi (kuk Kristus) dan scutum (perisai) karena dipakai melalui kepala dan melindungi bagian tubuh (dada dan punggung).
Skapulir Berukuran Kecil
Dalam peratuan para biarawan Ordo Servit dan Ordo Karmelit ditentukan (di bawah ancaman hukuman) bahwa pada waktu malam pun skapulir harus tetap dipakai. Ordo Karmelit memiliki skapulir khusus berukuran kecil untuk malam hari yang ukurannya masih lebih besar daripada skapulir besar Ordo Fransiskan Ketiga. Di dalam Konstitusi Ordo Karmelit tahun 1369 ditentukan bahwa para calon biarawan harus membawa sendiri tempat tidurnya dan juga pakaian-pakaiannya termasuk skapulir kecil. Mungkin skapulir kecil ini sudah ada sebagai tanda pengenal konfraternitas untuk umat awam, berdasarkan referensi bahwa orang yang akan menjadi calon biarawan sudah memiliki skapulir kecil. Di dalam Konstitusi Ordo Servit tahun 1257 tertulis “tidak boleh mendekat tanpa skapulir dan jubah tidur”. Di dalam “Consuetudines Sublacenses” tertulis “pakaian tidur setidaknya meliputi jubah dan skapulir dan ikat pinggang, sehingga selalu siap untuk bangun tidur”. Dan akhirnya skapulir pun menjadi pakaian malam para biarawan.
Skapulir Ordo Ketiga
Pada awal Abad Pertengahan banyak umat awam bergabung dengan Ordo Benediktin sebagai oblat yang memberikan kepada mereka hak dan kewajiban untuk selalu memakai pakaian biara setiap saat atau setidaknya pada waktu mengikuti Liturgi Ilahi. Adalah suatu anugerah dan keistimewaan luar biasa untuk bisa meninggal dan dikubur dengan memakai pakaian biara yang biasanya juga dipakaikan kepada jenazah atau diletakkan di atas jenazah sebelum dikuburkan.
Di dalam revisi statuta Oblat Ordo Benediktin tahun 1891 dan 1904 ditentukan bahwa: Anggota oblat boleh dimakamkan memakai pakaian hitam Ordo Benediktin, dengan skapulir dan tali, dimanapun keadaan memungkinkan untuk memenuhi keinginan saleh ini. Peraturan pertama Ordo Fransiskan Ketiga tahun 1221 dan 1289 menentukan upacara pelantikan dengan terperinci tanpa menyinggung skapulir. Peraturan pertama Ordo Dominikan Ketiga dari paruh pertama abad XIII juga menentukan upacara pelantikan dengan terperinci tanpa menyebutkan skapulir. Sebagaimana halnya ordo ketiga yang lain, baru di kemudian hari skapulir muncul secara resmi dalam upacara pelantikan dan akhirnya memakai skapulir di bagian dalam pakaian sehari-hari umat awam (bukan di bagian luar pakaian biara) menjadi hal biasa. Dekret tanggal 20 Desember 1616 dari Kongregasi Kudus untuk Uskup dan Imam Reguler menentukan bahwa bizzoche (janda atau perempuan yang tidak menikah) yang tinggal di rumah keluarganya (dan karena itu tidak terikat peraturan biara) boleh memakai pakaian ordo ketiga tetapi tanpa kerudung, salib dada, dan skapulir. Perlahan-lahan makin jarang umat awam yang memakai pakaian biara satu ordo tertentu sehingga memakai pakaian biara dianggap sebagai keistimewaan.
Seiring berjalannya waktu, hanya bagian khas pakaian biara (yaitu skapulir) yang diberikan kepada anggota ordo ketiga dan itupun dalam ukuran yang lebih kecil. Umat awam anggota ordo ketiga (e.g. Fransiskan, Servit, dan Dominikan) memakai skapulir “besar” sebagai pakaian khusus atau tanda khusus. Skapulir ini terbuat dari dua potong kain wool yang saling dihubungkan oleh dua utas tali atau pita. Skapulir jenis ini yang paling terkenal yaitu Skapulir Ordo Fransiskan Ketiga atau singkatnya disebut Skapulir Santo Fransiskus. Skapulir ini berwarna cokelat atau hitam atau abu-abu, pada satu potong kain ada gambar St. Fransiskus, dan pada potongan kain lainnya ada gambar gereja kecil Portiuncula di dalam Basilika Santa Maria degli Angeli. Untuk skapulir-skapulir “besar” ini berlaku aturan umum sebagaimana halnya skapulir-skapulir kecil. Adalah perlu bahwa orang yang ingin mendapat indulgensi dan keistimewaan ordo ketiga harus selalu memakai skapulir. Dalam dekret tanggal 30 April 1885, Kongregasi Indulgensi dan Relikui Suci menentukan bahwa mereka yang memakai skapulir berukuran sama atau berukuran lebih kecil daripada yang dipakai anggota konfraternitas bisa mendapat indulgensi ordo ketiga.
Skapulir-skapulir Kecil yang Lama
Sebagaimana skapulir besar, skapulir kecil juga berasal dari skapulir biara. Sebagai contoh, banyak di antara umat awam (baik laki-laki maupun perempuan) yang mendekatkan diri dengan Ordo Servit berada dalam keadaan memungkinkan untuk menjadi anggota ordo ketiga yang hidup dengan kaul biara; tetapi ada juga yang keadaannya tidak memungkinkan atau tidak berminat menjadi anggota ordo ketiga. Dalam keadaan inilah muncul dan berkembangnya Konfraternitas Servit Santa Perawan Maria. Hal yang sama juga memunculkan Konfraternitas Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, yang kemunculannya pada tahun 1280 dibuktikan oleh adanya “Buku sejenis perkumpulan Santa Maria dari Gunung Karmel yang ditulis tahun 1280” (Giulio Piccini, 1867, dalam Scelta di Curiosità Letterarie). Anggota persaudaraan ini disebut konfratres (saudara) dan konsores (saudari) ordo-ordo yang bersangkutan. Mereka memiliki peraturan khusus dan ambil bagian dalam kekayaan rohani ordo asal mereka. Bagi siapa saja yang tidak dapat bergabung dalam ordo ketiga atau bagi dermawan ordo, dimungkinkan juga untuk menerima pakaian ordo atau skapulir besar yang sama dengan milik oblat yang bisa dipakai pada saat mereka sekarat dan dipakai untuk dimakamkan bersama jenazah. Baru di kemudian hari muncul pemikiran untuk memberikan skapulir berukuran kecil bagi siapa saja yang berhubungan dengan ordo sebagai tanda untuk dipakai siang dan malam atau dipakai di bawah pakaian sehari-hari umat awam.
Konfraternitas-konfraternitas ini kemudian berkembang menjadi konfraternitas-konfraternitas skapulir dalam arti modern. Berdasarkan devosi skapulir ini umat beriman makin tertarik menjadi anggota konfraternitas-konfraternitas, khususnya setelah mereka mendengar adanya rahmat istimewa yang bisa diterima melalui skapulir; terutama kisah mengenai penampakan Bunda Maria dan janjinya kepada siapapun yang dengan saleh memakai Skapulir Cokelat dari Gunung Karmel sampai saat kematian. Empat skapulir kecil yang paling awal adalah tanda pengenal empat konfraternitas, yaitu Ordo Karmelit, Ordo Servit, Ordo Trinitas, dan Ordo Mercedarian. Di kemudian hari Ordo Fransiskan memberikan skapulir besar kepada anggota ordo ketiga dan juga mendirikan Konfraternitas Fransiskan yang anggotanya mendapat lencana berupa tali pinggang. Ordo Dominikan juga memberikan skapulir besar kepada anggota ordo ketiga sebagai lencana dan rosario kepada anggota konfraternitas ordo ini. Sejak tahun 1903 ada skapulir kecil St. Dominikus yang disertai indulgensi tanpa terkait konfraternitas apapun. Di sisi lain Ordo Benediktin sudah mendirikan konfraternitas khusus pada paruh kedua abad XIII dan memberikan skapulir kecil Santo Benediktus bagi para anggotanya. Sebuah usaha pernah dilakukan supaya anggota oblat Ordo Benediktin mendapat skapulir besar yang bisa selalu dipakai, tetapi usaha ini gagal karena peraturan dari statuta baru oblat Ordo Benediktin masih tetap berlaku.
Skapulir-skapulir Kecil yang Baru
Seiring berjalannya waktu, para imam ordo lain mendapat kuasa dari Takhta Suci untuk memberkati skapulir kecil dan melantik umat beriman dengan skapulir walaupun memang beberapa skapulir tersebut tidak selalu terkait dengan satu konfraternitas tertentu. Demikianlah maka Skapulir Biru berasal dari Ordo Theatin pada abad XVII yang tidak ada konfraternitasnya sampai abad XIX. Para Imam Darah Mulia memiliki sebuah skapulir dan konfraternitas yang namanya dinamai sesuai nama ordo mereka. Demikian juga Ordo Kamillian memiliki konfraternitas dan Skapulir Hitam dari Bunda Penolong Orang Sakit; Ordo Augustin memiliki konfraternitas dan Skapulir Putih dari Bunda Penasihat yang Baik yang mana skapulir dan konfraternitasnya tidak digabung. Dan akhirnya Ordo Kapusin memiliki Skapulir Ungu dari St. Joseph tanpa konfraternitas. Ordo Lazaris memiliki Skapulir Merah dari Sengsara Tuhan dan Ordo Pasionis memiliki Skapulir Hitam dari Sengsara Tuhan. Skapulir Konfraternitas St. Mikhael didirikan di Roma pasa masa Paus Leo XIII dan tidak berhubungan dengan ordo apapun sebagaimana gedung gereja dimana konfraternitas ini didirikan. Juga pada masa Leo XIII, pada tahun 1900 Takhta Suci menerima Skapulir Hati Kudus Yesus (tanpa konfraternitas), Skapulir Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria (tanpa konfraternitas), dan Skapulir Hati Maria yang Dikandung Tanpa Noda (yang muncul tahun 1877).
Sejarah awal empat skapulir kecil pertama sebagian besar masih belum jelas. Kebangkitan kehidupan rohani pada abad XVI (Kontra Reformasi) mungkin saja memberikan dorongan utama bagi perkembangan devosi skapulir sebagaimana perkembangan organisasi religius (e.g. konfraternitas) dan devosi-devosi lain (e.g. novena). Untuk menentukan waktu pasti munculnya empat skapulir kecil pertama dirasa masih mustahil. Bagaimanapun juga Skapulir Cokelat dari Ordo Karmelit sudah ada sebelum skapulir-skapulir lain sebagai bentuk devosi biarawan yang bisa ditiru umat awam, dan dari sinilah asal-usulnya maka semua jenis skapulir juga harus dipakai pada waktu malam hari. Dipastikan bahwa pada akhir abad XVI pemakaian skapulir sudah tersebar luas sebagaimana keterangan dalam buku berjudul “La Cronica Carmelitana” karya Joseph Falcone (seorang anggota Ordo Karmelit) yang diterbitkan di Piacenza tahun 1595.
Aturan Umum Mengenai Skapulir Kecil
Pada dasarnya skapulir kecil terbuat dari dua potong kain wool berbentuk persegi empat yang dihubungkan satu sama lain oleh dua benang atau pita sedemikian rupa sehingga ketika pita bertumpu pada kedua bahu maka potongan kain bagian depan tergantung di dada sedangkan potongan kain bagian belakang tergantung di punggung pada jarak yang sama. Kedua potongan kain tidak harus berukuran sama, beberapa skapulir memiliki potongan kain depan yang lebih besar ukurannya daripada potongan kain belakang. Bahan kedua bagian penting skapulir ini harus terbuat dari tenunan wool, sedangkan benang atau pitanya boleh terbuat dari bahan apapun dan warna apapun. Warna potongan kain wool tergantung pada warna pakaian biara yang terwakili sampai batas warna tertentu atau tergantung pada devosi tertentu yang berhubungan. Demikianlah maka yang disebut Skapulir Cokelat dari Gunung Karmel bisa saja berwarna hitam; sedangkan pita Skapulir Merah dari Sengsara Tuhan harus berbahan wool dan berwarna merah. Pada salah satu atau kedua potongan kain bisa saja dijahit atau disulam gambar tertentu atau hiasan tertentu (lambang, nama, etc.) dengan benang berbahan lain. Hanya Skapulir Merah dari Sengsara Tuhan yang gambarnya dengan tegas ditentukan.
Beberapa skapulir dapat digabungkan pada benang atau pita yang sama; masing-masing skapulir tentu saja harus lengkap dan harus digabungkan pada kedua pitanya. Biasanya lima skapulir awal yang paling terkenal digabungkan pada pasangan pita yang sama; kombinasi ini disebut “skapulir lipat lima”. Lima skapulir tersebut yaitu: Skapulir Putih dari Tritunggal Mahakudus (Ordo Trinitas), Skapulir Cokelat dari Gunung Karmel (Ordo Karmelit), Skapulir Hitam dari Dukacita Santa Perawan Maria (Ordo Servit), Skapulir Biru dari Santa Perawan Maria yang Dikandung Tanpa Noda (Ordo Theatin), dan Skapulir Merah dari Sengsara Tuhan (Ordo Pasionis). Ketika lima skapulir ini digabungkan, pitanya hatus berbahan wool dan berwarna merah sebagaimana diharuskan untuk Skapulir Merah dari Sengsara Tuhan. Biasanya Skapulir Merah ada di bagian paling atas dan Skapulir Putih ada di bagian paling bawah, sehingga gambar pada Skapulir Merah dan salib merah-biru pada Skapulir Putih dapat terlihat.
Pemberkatan dan pelantikan oleh imam yang berwenang hanya diperlukan pada saat pertama kali menerima skapulir. Ketika seseorang membutuhkan skapulir baru, dia bisa memakai skapulir yang tidak diberkati. Jika pemberian skapulir tidak terpisahkan dengan penerimaan ke dalam satu konfraternitas, maka penerimaan dan pendaftaran harus berbarengan dengan pemberkatan dan pelantikan. Seseorang harus selalu memakai skapulir untuk bisa mendapat bagian dalam indulgensi dan keistimewaan skapulir. Skapulir bisa dipakai di luar atau di dalam pakaian sehari-hari dan jika diperlukan boleh dilepas dulu sementara. Jika seseorang tidak memakai skapulirnya dalam waktu lama (bahkan jika karena kelalaian / bukan karena sengaja) orang itu tidak mendapat indulgensi selama waktu ini; tetapi dengan hanya memakai skapulirnya lagi orang itu bisa mendapat bagian dalam indulgensi dan keistimewaan yang berhubungan dengan skapulirnya. Setiap skapulir yang bukan hanya objek devosi pribadi (karena memang ada yang demikian) tetapi juga yang menjadi syarat memperoleh indulgensi harus disetujui terlebih dahulu oleh pejabat Gereja dan rumusan pembekatannya harus disetujui oleh Kongregasi Ritus.
Medali Skapulir
Berdasarkan peraturan Kongregasi Kudus Tertinggi untuk Tugas Suci (saat ini bernama: Kongregasi Ajaran Iman) tanggal 16 Desember 1910, orang yang telah dilantik dengan skapulir kecil diizinkan untuk memakai satu medali logam sebagai ganti satu ataupun beberapa skapulir kecil. Pada satu sisi medali ini harus ada gambar Yesus Kristus dengan Hati-Nya yang Mahakudus dan pada sisi lainnya harus ada gambar Bunda Allah. Semua orang yang sudah sah dilantik dengan skapulir wool yang diberkati dapat mengganti skapulir wool dengan medali skapulir. Medali ini harus diberkati oleh imam yang memiliki kuasa untuk memberkati dan melantik skapulir wool yang digantikan medali. Kuasa untuk memberkati medali ini tunduk kepada keadaan dan batasan yang sama dengan kuasa untuk memberkati dan melantik dengan skapulir yang digantikan. Jika medali dipakai untuk menggantikan beberapa skapulir berbeda, maka medali ini harus menerima pemberkatan untuk masing-masing skapulir; yaitu sebanyak pemberkatan skapulir yang digantikan. Untuk setiap pemberkatan, satu kali tanda salib sudah cukup. Medali ini juga harus selalu dipakai (baik itu dikalungkan di leher atau dipakai dengan cara lain yang pantas) dan dengan cara ini bisa mendapat semua indulgensi dan keistimewaan skapulir kecil tanpa pengecualian. Hanya skapulir kecil (bukan skapulir besar) yang dengan sah bisa digantikan oleh medali skapulir.
Daftar Skapulir Kecil yang Diakui oleh Gereja Katolik
Skapulir Kecil yang Terdaftar dalam Ritual Romawi
- Skapulir Putih dari Tritunggal Mahakudus
- Skapulir Putih dari Bunda Berbelas Kasihan
- Skapulir Putih dari Hati Maria yang Tidak Bernoda
- Skapulir Putih dari Bunda Penasihat yang Baik
- Skapulir Putih dari Hati Yesus yang Mahakudus
- Skapulir Putih dari Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria
- Skapulir Putih dari Wajah Kudus
- Skapulir Putih dari Santo Dominikus dari Guzmán
- Skapulir Merah dari Darah Mulia
- Skapulir Merah dari Sengsara Tuhan
- Skapulir Hitam dari Sengsara Tuhan
- Skapulir Hitam dari Dukacita Santa Perawan Maria
- Skapulir Hitam dari Bunda Penolong Orang Sakit
- Skapulir Hitam dari Santo Benediktus dari Nursia
- Skapulir Biru dan Hitam dari Santo Mikhael, Malaikat Agung
- Skapulir Biru dari Bunda yang Dikandung Tanpa Noda
- Skapulir Ungu dari Santo Yusuf, Suami Santa Perawan Maria
- Skapulir Cokelat dari Gunung Karmel
Skapulir Kecil yang Tidak Terdaftar dalam Ritual Romawi
- Skapulir Hitam dari Santo Fransiskus dari Paola
- Skapulir Hitam dari Santo Fransiskus dari Asisi
- Skapulir Hitam dari Santo Yohanes dari Allah
Daftar Skapulir Kecil yang Belum Ditetapkan Statusnya
- Skapulir Abu-abu dari Perdamaian (Jacarei, 2003)
- Skapulir Ungu dari Berkat dan Perlindungan (La Fraudais, 1878)
- Skapulir Hijau dari Hati Maria yang Tidak Bernoda (Blangy, 1840)
- Skapulir Putih dari Santa Perawan Maria dari Rosario (San Nicolás de los Arroyos, 1986)
- Skapulir Putih dari Santo Yusuf, Suami Santa Perawan Maria (Sciacca, 2001)
Daftar Skapulir Kecil yang Ditolak oleh Gereja Katolik
- Skapulir Hitam dari Santo Sharbel
- Skapulir Ungu dari Silih Dosa
- Skapulir Putih dari Kesatuan Dua Hati Kudus
Referensi
- Magennis, P. E., 1917, The Scapular Devotion, in American Ecclesiastical Review - Volume LVI (January), the Dolphin Press, Philadephia, p. 10 [1]
- Magennis, P. E., 1922, The Scapulars (I), in American Ecclesiastical Review - Volume LXVII (July), the Dolphin Press, Philadephia, p. 40 [2]
- Magennis, P. E., 1922, The Scapulars (II), in American Ecclesiastical Review - Volume LXVII (August), the Dolphin Press, Philadephia, p. 136 [3]
Pranala luar
- Scapular (Encyclopedia Catholica)
- Skapulir[pranala nonaktif permanen]
- Skapulir Cokelat
- Skapulir Hijau Diarsipkan 2012-06-05 di Wayback Machine.