Lompat ke isi

Penduduk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Population)
Jalanan yang penuh sesak penduduk di Jepang, negara dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi
Proyeksi pertumbuhan penduduk di dunia abad ini

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

  • Orang yang tinggal di daerah tersebut
  • Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonomi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.

Pertumbuhan Penduduk

[sunting | sunting sumber]

Menurut Neil J. Smelser dan James A. Davis pertumbuhan demografi sudah di mulai sejak abad 17 dan 18, saat itu istilahnya disebut sebagai political arithmetic. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk atau demografi, diperlukan ilmu statistik yang komprehensif, terutama dengan sistem pencatatan dan sensus.[1]

Manusia sebagai spesies yang paling dominan di bumi memiliki jumlah yang paling banyak,[2] untuk itu jumlah penduduk umumnya meningkat atau cenderung stabil. Namun hal ini bukan berarti jumlah penduduk tidak bisa menurun. Berikut ini adalah beberapa indikator yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di bumi.[3]

  • Kelahiran. Angka kelahiran (fertilitas) adalah indikator penting mengenai jumlah rata-rata anak yang dilahirkan dalam keadaan hidup oleh ibunya dan dinyatakan dengan jumlah kelahiran per 1000 wanita usia subur.[4]
  • Kematian. Angka kematian (mortalitas) yang digunakan sebagai indikator ialah jumlah kematian pada setiap per 1000 penduduk. Selain itu juga ada angka kematian bayi (infrant mortality) yang mengacu pada perbandingan jumlah bayi yang dilahirkan hidup dengan jumlah bayi yang meninggal sebelum usia 1 tahun.[3]
  • Migrasi. Angka migrasi atau perpindahan penduduk juga penting sebagai indikator mengukur pertumbuhan penduduk. Migrasi dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik di suatu tempat. Biasanya migrasi terjadi karena orang-orang berupaya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.[5]

Kepadatan Penduduk

[sunting | sunting sumber]
Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi di negara berkembang (merah) dibanding dengan negara maju (biru)

Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area di mana mereka tinggal.

Beberapa pengamat masyarakat percaya bahwa konsep kapasitas muat juga berlaku pada penduduk Bumi, yakni bahwa penduduk yang tak terkontrol dapat menyebabkan Katastrofe Malthus. Beberapa menyangkal pendapat ini. Grafik berikut menunjukkan kenaikan logistik penduduk.

Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, di antaranya: Monako, Singapura, Vatikan, dan Malta. Di antara negara besar yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Jepang dan Bangladesh.

Piramida penduduk

[sunting | sunting sumber]

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk segitiga, di mana jumlah penduduk pada sumbu X, sedang kelompok usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian kanan.

Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua. Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya risiko kematian.

Pengendalian Jumlah Penduduk

[sunting | sunting sumber]
Piramida penduduk yang menunjukkan tingkat mortalitas stabil dalam setiap kelompok usia

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Tiongkok yang terkenal dengan kebijakannya 'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB), meski program ini cenderung bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

Penurunan Jumlah Penduduk

[sunting | sunting sumber]

Berkurangnya jumlah penduduk menyebabkan turunnya jumlah populasi pada sebuah daerah. Hal ini disebabkan oleh perpindahan daerah kesuburan atau oleh emigrasi besar-besaran. Juga oleh penyakit, kelaparan maupun perang. Namun sering kali oleh gabungan faktor-faktor tersebut. Pada masa lampau penurunan jumlah penduduk disebabkan terutama sekali oleh penyakit. Pada tahun-tahun belakangan ini populasi penduduk Rusia dan tujuh belas bekas negara komunis lainnya mulai menurun (1995-2005). Kasus Black Death di Eropa atau datangnya penyakit-penyakit dari dunia lama ke Amerika merupakan faktor penyebab turunnya jumlah penduduk.

Transfer Penduduk

[sunting | sunting sumber]

Transfer penduduk adalah istilah untuk kebijakan negara yang mewajibkan perpindahan sekelompok penduduk pindah dari kawasan tertentu, terutama dengan alasan etnisitas atau agama. Hal ini terjadi di India dan Pakistan, antara Turki dan Yunani, dan di Eropa Timur selama Perang Dunia Kedua. Kebijakan transmigrasi oleh pemerintah Indonesia selama orde baru bisa dikategorikan transfer penduduk. Perpindahan penduduk lainnya dapat pula karena imigrasi, seperti imigrasi dari Eropa ke koloni-koloni Eropa di Amerika, Afrika, Australia, dan tempat-tempat lainnya.

Migrasi penduduk memiliki beragam jenisnya. Untuk itu maka sering disebut beberapa jenis migrasi, yaitu migrasi intern (masih dalam satu wilayah negara, seperti urbanisasi dan transmigrasi) dan migrasi internasional (keluar wilayah suatu negara, seperti emigrasi dan imigrasi). Selai itu ada pula istilah yang membedakan proses migrasi menjadi dua, yakni migrasi keluar suatu wilayah (out-migration) dan migrasi memasuki suatu wilayah (in-migration).[6]

Migrasi internasional, dimana penduduk mulai keluar darisuatu wilayah negara biasanya didorong oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi di negara asal. Para migran memutuskan untuk meninggalkan negaranya karena berbagai sebab, mulai dari perang, genosida, dan krisis ekonomi. Beberapa kasus juga menunjukan ada migrasi keluar yang memang dipaksa oleh otoritas setempat, misalkan saat pembersihan etnis Bosnia oleh etnis Serbia selama Perang Yugoslavia.[7]

Sementara itu migrasi intern, dimana penduduk pindah dari suatu daerah ke daerah lainnya yang masih dalam satu wilayah negara, biasanya dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi. Namun dalam beberapa kasus juga ada faktor keamanan yang menuntut penduduk untuk pindah atau setidaknya mengungsi ke daerah yang cenderung aman, misalnya saat Konflik Aceh dan Krisis Timor Timur.[8]

Peta kepadatan penduduk dunia per 1994

Ledakan Penduduk

[sunting | sunting sumber]

Buku berjudul The Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul R. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk. Karya tersebut menggunakan argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus dalam An Essay on the Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai makanan yang akan mengakibatkan kelaparan.

Populasi dunia

[sunting | sunting sumber]
Populasi dunia 1950-2021
Kecepatan pertumbuhan 1950-2021

Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Sependuduk dunia mencapai 7,7 miliar jiwa pada tanggal Februari 2021. Dari sekitar 7,8 miliar penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski Rusia juga terletak di Eropa).

Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah. Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir, hidup pada saat ini.

Pada tanggal 10 Juli 2021 pukul, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7.8 miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal di mana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.

Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2021):

  1. Republik Rakyat Tiongkok (1.412.000.000 jiwa)
  2. India (1.387.600.000 jiwa)
  3. Amerika Serikat (332.486.698 jiwa)
  4. Indonesia (278.173.879 jiwa)
  5. Pakistan (225.839.946 jiwa)
  6. Brazil (212.332.794 jiwa)
  7. Nigeria (197.911.988 jiwa)
  8. Bangladesh (171.779.628 jiwa)
  9. Russia (152.610.309 jiwa)
  10. Jepang (126.417.244 jiwa)


Catatan Kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sunarto 2004, hlm. 163.
  2. ^ "Yuval Harari: Why Did Humans Become The Most Successful Species On Earth?". NPR.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-11-09. 
  3. ^ a b Sunarto 2004, hlm. 164.
  4. ^ Sunarto 2004, hlm. 164 : "Para ahli demografi mempelajari angka kelahiran (birth rate). Salah satu indikatornya ialah angka kelahiran kasar (crude birthrate). Laju kelahiran ini dihitung dengan menghitung jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun pada 1000 penduduk pada pertengahan tahun.".
  5. ^ Sunarto 2004, hlm. 165 : "... bahwa semakin meningkatnya industrialisasi biasanya jumlah penduduk yang pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan pun meningkat.".
  6. ^ Sunarto 2004, hlm. 165.
  7. ^ Sunarto 2004, hlm. 166.
  8. ^ Sunarto 2004, hlm. 167.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]