Martabak
Keakuratan artikel ini diragukan dan artikel ini perlu diperiksa ulang dengan mencantumkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. |
Martabak | |
---|---|
Nama lain | Muttabak Matabbak Metabbak Mutabbaq |
Jenis | omelet |
Tempat asal | Yaman dan Arab Saudi |
Daerah | Nasional |
Dibuat oleh | Orang Arab |
Suhu penyajian | Panas |
Variasi | Martabak telur, martabak manis |
185 kalori setiap 100 gram [1] kkal | |
Sunting kotak info • L • B | |
Martabak (bahasa Arab: مطبق, berarti "terlipat") merupakan sajian yang biasa ditemukan di Arab Saudi (terutama di wilayah Hijaz), Yaman, India, Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan dan Brunei. Bergantung pada lokasinya, nama, dan komposisi martabak dapat bervariasi.
Di Indonesia, ada dua jenis martabak, yaitu martabak asin/telur yang terbuat dari campuran telur dan daging, serta martabak manis, yang biasanya diisi coklat dan keju. Berbeda dengan martabak telur, martabak manis adalah sejenis kue atau roti isi selai yang biasa dimakan di saat santai sebagai makanan ringan. Di Malaysia, martabak manis (yang dikenal dengan nama Apam Balik) sering dijadikan sebagai hidangan sarapan dengan ditemani segelas teh tarik. Martabak manis yang dikenal di Indonesia bukanlah sejenis martabak. Hanya saja namanya diadopsi dan dipakai oleh warga Indonesia bagian barat (dari area Jawa Barat ke barat) karena biasa dijual pedagang bersamaan dengan martabak.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Martabak Manis
[sunting | sunting sumber]Martabak manis atau yang aslinya bernama Hok Lo Pan awalnya adalah makanan yang meraih kepopulerannya di kota Bandung dimana diperkenalkan pertama kali di tahun 1950 oleh seorang perantau bernama Hioe Kui Sem dari daerah Jebus, Pulau Bangka.[2] Hampir semua orang di kota-kota besar seperti di kota Jakarta mengenal Martabak Bangka, nama aslinya di Bangka adalah Hok Lo Pan. Arti harafiah Hok Lo Pan adalah kue keberuntungan atau kue hoki. Berhubung Tn. Hioe Kui Sem berjualan di Pasar Malam Jalan Cikapundung Barat depan Kantor PLN, dekat Alun-alun Bandung dimana lapaknya bersebelahan dengan lapak martabak telur yang telah lebih dulu hadir dan laris, maka untuk memudahkan pemasarannya, kedua pedagang tersebut bersepakat menamai Martabak (versi) Asin dan lainnya Martabak (versi) Manis.[3]
Martabak Telur
[sunting | sunting sumber]Berawal dari seorang pemuda dari Lebaksiu, Tegal, Jawa tengah yang bernama Ahmad bin Abdul Karim berkelana ke kota besar, yaitu Semarang untuk berdagang pada tahun 1930. Kemudian, beliau bertemu seorang warga India bernama Abdullah bin Hasan al-Malibary yang pandai memasak dan menjadi sahabat.
Suatu ketika, Abdullah yang berasal dari India ini diajak ke kampung halaman Ahmad dan diperkenalkan dengan saudara perempuannya. Perkenalan tersebut menghasilkan pernikahan antara keduanya. Abdullah ini juga pandai membuat sebuah masakan yang terbuat dari terigu yang disebut martabak. Karena beliau tinggal di Indonesia, maka martabak buatannya disesuaikan untuk lidah orang Jawa yang suka memakan sayuran, yaitu martabak yang berisi sayuran yang dicampur dengan bahan lainnya.
Ahmad dan istrinya mengajari kerabat dan tetangga mereka cara membuat martabak tersebut. Mereka juga memperkenalkan martabak di berbagai acara di luar kota, seperti pasar malam, sekatenan di Yogyakarta, dan dugderan di Semarang. Kini, martabak telur tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/martabak-telur
- ^ Djafar, Yayan (18 Mei 2024). "Ternyata Begini Asal Usul Martabak". RRI.com.
- ^ Afifah, Ayu Yuni (2022-09-25). "Sejarah Martabak, Dibawa dari India dan China Lalu Bersatu di Indonesia". id.theasianparent.com. Diakses tanggal 2024-10-22.