Serina
Serina | |
---|---|
Nama sistematik | Asam S-2-amino-3-hidroksipropanoat |
Singkatan | Ser S |
Kode genetik | UCx AGU AGC x = sembarang basa N |
Rumus kimia | C3H7NO3 |
Massa molekul | 105,09g mol−1 |
Titik lebur | 228 °C |
Massa jenis | 1,537g cm−3 |
Titik isoelektrik | 5,68 |
pKa | 2,13 9,05 |
Nomor CAS | [56-45-1] |
SMILES | OCC(N)C(=O)O |
Serina merupakan asam amino penyusun protein yang umum ditemukan pada protein hewan. Protein mamalia hanya memiliki L-serin. Serina bukan merupakan asam amino esensial bagi manusia. Namanya diambil dari bahasa Latin, sericum (berarti sutera) karena pertama kali diisolasi dari protein serat sutera pada tahun 1865. Strukturnya diketahui pada tahun 1902.
Biosintesis
Sintesis serina (dan glisina) berawal dari oksidasi 3-fosfogliserat (3-PGA) yang membentuk 3-fosfohidroksipiruvat dan NADH. Reaksi transaminasi dengan asam glutamat menghasilkan 3-fosfoserina dan glisina, yang diikuti dengan dilepasnya gugus fosfat.
Fungsi biologi dan kesehatan
Serina penting bagi metabolisme karena terlibat dalam biosintesis senyawa-senyawa purina dan pirimidina, sisteina, triptofan (pada bakteria), dan sejumlah besar metabolit lain.
Sebagai penyusun enzim, serina sering memainkan peran penting dalam fungsi katalisator enzim. Ia diketahui berada pada bagian aktif kimotripsin, tripsin, dan banyak enzim lainnya. Berbagai gas-gas perangsang saraf dan senyawa aktif yang dipakai pada insektisida bekerja melalui residu serina pada enzim asetilkolin esterase, sehingga melumpuhkan enzim itu sepenuhnya. Akibatnya, asetilkolina (suatu neurotransmiter) yang seharusnya segera diuraikan oleh enzim itu segera setelah bekerja malah menumpuk di sel dan mengakibatkan kekejangan dan kematian.
Sebagai penyusun protein non-enzim, rantai sampingnya dapat mengalami glikolisasi yang dapat menjelaskan gangguan akibat diabetes. Serina juga merupakan satu dari tiga asam amino yang biasanya terfosforilasi oleh enzim kinase pada saat transduksi signal pada eukariota.