Film jagal

subgenre film horor yang melibatkan psikopat kejam yang menguntit dan membunuh sekelompok orang, biasanya dengan menggunakan alat berbilah

Film jagal atau dalam bahasa Inggrisnya film slasher adalah sub-ragam dari film horor yang membuat sebuah plot klise tersendiri yang termasuk seorang pembunuh psikopat yang memburu dan membunuh korbannya dengan cara-cara yang brutal, seringnya dengan alat-alat tajam seperti pisau atau kapak. Kendati istilah "slasher" atau "jagal" digunakan dalam film horor yang mengetengahkan adegan pembunuhan, genre ini mempunyai karakteristik yang membedakannya dalam genre yang hampir sama, film berdarah.

Perkembangan

sunting

Sejarah dan pengaruh

sunting

Pelopor

sunting

Kemungkinan film paling awal yang bisa disebut sebagai film jagal adalah film Thirteen Women (1932) yang mengisahkan sebuah rumah persaudaraan tua yang berisikan seorang perempuan yang membalas dendam atas perlakuan teman-temannya yang sering mengejek rasnya yang campuran. Film lainnya adalah film Peeping Tom (1960). Film ini mengetengahkan plot tentang seorang pria yang membunuh para wanita sambil menggunakan kamera film portabel untuk merekam ekspresi mereka saat sekarat. Film ini dikatakan kontroversial saat dirilis karena dianggap ingin menyamai kesuksesan film Psycho milik Alfred Hitchcock yang dirilis 3 bulan sebelumnya. Film Psycho dianggap menjadi 'ibu dari seluruh film jagal' dengan teknik plot dan pengarahan kamera serta musik yang hingga kini masih digunakan sebagai bagian penting yang tidak resmi dari film jagal. Sebuah film yang ingin mengikuti jejak Psycho, Dementia 13 dirilis tahun 1963 dengan sutradara Francis Ford Coppola.

Film berdarah

sunting

Film berdarah atau dalam bahasa Inggrisnya film splatter dimulai oleh orang yang mengklaim dirinya sebagai "guru kesadisan", Herschell Gordon Lewis. Dia memulai ragam film berdarah pada tahun 1963 dengan filmnya yang berjudu Blood Feast. Blood Feast dibuat dengan cepat dan bujet yang murah tetapi berbeda dengan ragam jagal, film Blood Feast lebih mengetengahkan adegan mutilasi dan pembunuhan dengan konsentrat yang lebih banyak. Lewis membawa formula yang ia buat ke banyak film seperti 2000 Maniacs, Color Me Blood Red dan The Gruesome Twosome.

Giallo

sunting

Pengaruh film jagal lain adalah sub-genre darinya, yakni genre Giallo. Genre film ini dibuat oleh film-film yang dibuat banyak sutradara Italia, yang paling sering dan terkenal adalah Dario Argento dan Mario Bava. Film-film ini bisa diketahui dengan adegan pembunuhan dan plot yang mengerikan yang lebih komplet dan banyak dibandingkan film jagal. Film giallo yang paling terkenal salah satunya adalah Blood and Black Lace (1963) dan Twitch of the Death Nerve (1971) karya Mario Bava. Beberapa kritikus memberi catatan bahwa film-film ini juga memberikan pengembangan baru baik dalam sub-ragamnya maupun ragam jagal sendiri.[1] Ditulis pada tahun 2000, Tim Lucas menulis bahwa Bava adalah “the acknowledged smoking gun behind the ‘body count’ movie phenomenon of the 1980s, which continues to dominate the horror genre two decades later with such films as Scream, I Know What You Did Last Summer, and their respective sequels.”[2] Menurut Gary Johnson, “Twitch of the Death Nerve is one of the most imitated movies of the past 30 years. It helped kick start the slasher genre….[Bava’s] influence still resonates today (although somewhat dully) in movies such as I Know What You Did Last Summer, Scream, and Urban Legend.”.[3] Johnson juga menyatakan bahwa Blood and black Lace adalah "Equipped with his colored gels and his predatory camera, Bava arguably created the slasher subgenre and kicked down the door for subsequent directors to stick in their cinematic blades as well, for better or worse. Hitchcock toyed with us, Powell showed us but kept his emotional distance, but Bava passionately reveled in the shock of it all. Camera as weapon; the masked killer as cipher upon whom the audience was almost gleefully invited to imprint their darkest animosities. "[4] Film Amerika tahun 1992, Knight Moves dideskripsikan secara online bahwa itu adalah film giallo barat dengan elemen-elemennya yang sama.[5]

Film eksploitasi

sunting

Tahun 1970-an dipercaya sebagai Masa Keemasan untuk film-film eksploitasi, yang bisa ditandai dengan bujetnya yang rendah dan eksploitasi dari seluruh aspek yang biasanya tabu dan sensasional dalam sebuah film. Yakni, adegan seks dan kekerasan yang berdurasi panjang dan eksplisit, penggunaan obat, nuditas, kesadisan, vandalisme, dan sejenisnya. Film-film ini disambut secara umum oleh penonton dewasa yang jenuh dengan pengeksekusian film-film terkenal dizaman itu di Amerika Serikat dan Eropa. Sebagai tambahan, eksploitasi yang banyak terjadi di genre ini disebabkan untuk menarik penonton ke bioskop dari televisi.

Lagi yang pentin dalam pengembangan sub-ragam jagal adalah film pemerkosaan dan balas dendam, yang salah satu pelopornya adalah film debut sutradara Wes Craven yang berjudul Last House on the Left (1972).[6]. Tahun 1970-an banyak sutradara muda yang mengharumkan nama ragam jagal dengan masing-masing karyanya seperti Wes Craven, Tobe Hooper, John Carpenter dan lainnya. Dari ketiga sutradara ini menghasilkan film yang fenomenal dalam ragam jagal dan menghasilkan banyak sekuel.[7][8][9] Film jagal pada zaman itu banyak dikategorikan sebagai film eksploitasi karena seringnya aspek film eksplotasi seperti bujet rendah, seksualitas, dan kesadisan serta teror yang dimunculkan.[10]

Awal film jagal

sunting

Film yang benar-benar dikategorikan secara penuh sebagai film jagal pertama kali adalah Black Christmas (1974) yang disutradarai oleh Bob Clark yang nantinya menjadi sutradara A Christmas Story. Black Christmas dikategorikan sebagai salah satu film horor yang mempunyai karateristik film jagal seperti; penguntit misterius, korban-korban remaja, lokasi terpencil yang jauh dari pihak berwajib dan pengawasan orang dewasa, adegan "perspektif pembunuh" yang memuat kamera yang 'bertingkah' seperti mata pembunuh, dan kekerasan pembunuhan dan kesadisan yang grafikal.[11] Film tersebut diremake pada tahun 2006 oleh Dimension Films. Film-film lain yang membantu dimulainya ragam jagal adalah Scream Bloody Murder, Silent Night, Bloody Night, The Toolbox Murders, Drive-In Massacre, dan The Driller Killer. Semua film tersebut mulanya tidak sukses sebelum kesuksesan yang besar untuk film jagal yakni film Halloween (1978) karya John Carpenter dan Friday the 13th (1980) karya Sean S. Cunningham, keduanya mempunyai banyak sekuel dan media adaptasi semacam komik, novel, kartun, dan sebagainya. Halloween, kendati bukan film pertama dalam genre ini, tetapi adalah yang pertama memperkenalkan konsep pembunuh yang sangat jahat dan konsep lain yang tidak hanya menambahkan, tetapi juga menemukan tren yang nantinya sering digunakan di film-film jagal sekarang. Padahal, film Halloween adalah salah satu film jagal yang tidak terlalu menyorot kesadisan dalam isinya.[12][13][14]

Masa keemasan

sunting

Mengikuti trend Black Christmas, Halloween, dan Friday the 13th, banyak film dalam era 1970-1980-an yang memfokuskan tema horor pada hari libur atau acara khusus, seperti My Bloody Valentine, New Year's Evil, Happy Birthday to Me, April Fool's Day, Prom Night, Christmas Evil, Mother's Day, dan Silent Night, Deadly Night (diikuti oleh lainnya seperti The Funhouse, Bloody Birthday, The House on Sorority Row, Hell Night, Terror Train, Visiting Hours, Mortuary, Alone in the Dark, Madman, Just Before Dawn, Curtains, Stage Fright, Sleepaway Camp, Intruder, Slaughter High, dan Night Warning).

Saat popularitas genre itu meningkat, penonton lama kelamaan bosan dengan keklisean plot yang memang adalah satu kesatuan dengan film beragam jagal, kendati begitu peminatnya masih sangat banyak. Akhirnya banyak inovasi yang terjadi dalam pengembangannya pada masa keemasan. Seperti di A Nightmare on Elm Street dan Child's Play yang menambahkan bumbu supernatural dan komedi. Film-film sebelumnya seperti Psycho dan The Texas Chain Saw Massacre, juga menjadi ikut populer dan sekuelnya diperbanyak. Genre ini mencapai puncaknya pada tahun 1983, dimana pada tahun tersebut menurut buku Crystal Lake Memories, hampir 60% dari tangga box-office diambil oleh film-film jagal.

Waralaba dan antihero

sunting

Banyaknya waralaba yang ada dalam ragam ini lama kelamaan memfokuskan sangat lebih banyak pada kembali penjahat daripada korban yang selamat, efektifnya mentransformasikan karakter itu menjadi monster yang menakutkan dan menjadi antihero. Karakter yang terkenal adalah Leatherface, Freddy Krueger, Jason Voorhees, Michael Myers, Chucky dan Ghostface yang menjadi beberapa dari karakter horor ikonik paling terkenal dalam lingkungan film horor Amerika pada abad ke-20.

Penolakan dan Langsung-ke-video

sunting

Keuntungan dari ragam jagal mulai menyusut, dan kontroversi terhadap subyeknya membuat banyak studio memutuskan untuk berhenti memproduksi dan mendistribusikan film jagal. Sekuel-sekuel dari banyak serial jagal populer termasuk serial baru seperti Leprechaun, kebanyakan berlanjut dengan rilis di bioskop atau langsung ke kemasan video/DVD dipertengahan 1990-an. Namun, beberapa mendapatkan kesuksesan dengan melanjutkan serial yang memang sudah populer dari dulu.

Kebangkitan dan Remake

sunting

Scream dan Siklus Film Baru

sunting

Film jagal kembali menunjukkan kebolehannya menguasai bioskop di pertengahan tahun 1990-an, setelah dimulai oleh film Scream (1996) yang disutradarai Wes Craven. Film ini mendapatkan kritik dan penghasilan yang positif, yang mana membuat generasi baru dari genre ini. Yang paling diapresiasikan adalah bagaimana film ini menawarkan sebuah kondisi satire dimana tokoh-tokoh yang berada dalam film tersebut 'menyadari' bahwa mereka ada dalam (kondisi) sebuah film jagal dan tidak membuat kesalahan standar (contohnya mengatakan "I'll be right back"/Aku akan kembali). Para kritikus mengatakan dengan plot yang pintar membuat film ini lebih berfokus pada suspense-nya ketimbang kesadisaannya. Sampai saat ini, film Scream adalah film jagal terlaris sepanjang masa dengan perolehan pendapatan sebesar $500 juta dolar lebih.[1] Diarsipkan 2019-05-12 di Wayback Machine.

Scream memberikan pandangan dan aturan baru dalam film jagal seperti referensi satir, pengembangan karakter, level reduksi dalam penampilan kekerasan, dan hadirnya aktor serta artis yang sudah dikenal masyarakat. Hal-hal tersebut tidak dimunculkan dalam film-film jagal sebelumnya. Trend ini berlanjut pada pertengahan 1990-an dengan film remake Psycho, I Know What You Did Last Summer, Urban Legend, Valentine, Cherry Falls, dan Jason X.

Chucky dari Child's Play kembali ke layar lebar, pertama dengan film Bride of Chucky dan kemudian dengan Seed of Chucky. Pada tahun 2003, dua serial film jagal terbesar, Nightmare on Elm Street dan Friday the 13th, dikombinasikan oleh New Line Cinema dalam film Freddy vs. Jason.[15]

Penyutradaraan selanjutnya

sunting

Banyak sutradara muda dan baru yang membuat film mereka sendiri berdasarkan gabungan dari film-film lama mereka yang diidolakan. Misalkan Rob Zombie dengan filmnya House of 1000 Corpses (2003) dan The Devil's Rejects (2005) dan Eli Roth dengan filmnya Cabin Fever (2002).

Pada tahun 2005, Eli Roth kembali menelurkan film yang lebih sadis daripada Saw untuk mengikuti jejak suksesnya, yakni film Hostel (2005), yang memengaruhi film yang bergarisbesar sama seperti Turistas, Wrong Turn, dan Captivity.

Daur ulang dan cipta ulang

sunting

Pada tahun 1998, Halloween kembali mengulang kesuksesan serialnya setelah kesuksesan waralaba Scream. Film barunya, Halloween H20: 20 Years Later, dipahami sebagai sekuel langsung dari Halloween II, dan dilanjutkan dengan sekuel lanjutannya, Halloween: Resurrection.

Kebangkitan lain ditandai adanya daur ulang dari The Texas Chainsaw Massacre yakni The Texas Chainsaw Massacre, prekuelnya, The Texas Chainsaw Massacre: The Beginning menambah popularitas waralaba ini. Kesuksesan TCM membuat banyak remake dari film-film jagal seperti film 2008)|Prom Night]], My Bloody Valentine 3D, Friday the 13th, Sorority Row dan A Nightmare on Elm Street. Remake Child's Play dan Hellraiser sedang dalam pengembangan.

Pengaruh dari luar Amerika Serikat

sunting

Beberapa jagal yang baik keluar dari negara Prancis di antaranya di yahun 2003, sutradara Prancis, Alexandre Aja, membuat sebuah film yang dikategorikan sebagai salah satu film jagal terbaik pada tahun 2000-an, yakni Haute Tension. dan Them yang disutradarai oleh David Moreau.

Mendefinisikan film jagal

sunting

Definisi film jagal tergantung dari berbagai pendapat, namun secara umum, film jagal mengandung formula yang menjadi ciri khusus.

Film jagal bisa terpisah menjadi dua sub-bagian: satu bagian mengenai identitas pembunuh yang diketahui sejak awal dan hanya dimunculkan bagian masa lalu dan pembunuhnya, dan satu lagi adalah identitas pembunuh yang tidak diketahui dan pada akhirnya memunculkan akhir cerita yang tidak diduga.

Ada banyak debat mengenai bagaimana cara mendefinisikan film jagal atau bukan yang berkategori hampir sama. Untuk contoh, Vera Dika lebih mendefinisikan sub-genre di bukunya Games of Terror yang ada pada tahun 1978-1984.[16] Carol Clover dalam bukunya Men, Women and Chainsaws mempunyai definisi yang lebih luas dengan memasukkan film-film jagal awal seperti Texas Chainsaw Massacre dan sekuelnya.[17] Dalam buku Peter Hutchings, The Horror Film mempertimbangkan bahwa film yang mengikuti kesuksesan Halloween berbeda dengan film sebelumnya (seperti Black Christmas).[18]

Dika mendefinisikan film jagal berdasarkan struktur plotnya yang klise. Dia mengkategorikan film jagal secara luas mengikuti formula ini:

Kejadian masa lalu

  1. Sebuah grup anak muda bersalah dalam sebuah kejadian (kebanyakan melibatkan pembunuhan).
  2. Pembunuh melihat kesalahan itu, biasanya pembunuh itu mempunyai kedekatan dengan yang terbunuh.
  3. Pembunuh merasakan kehilangan
  4. Pembunuh membunuh anggota grup tersebut satu-persatu.

Kejadian sekarang

  1. Sebuah peristiwa memperingatkan kejadian lampau tersebut.
  2. Kekuatan pembunuh itu muncul kembali.
  3. Pembunuh mengidentifikasi anggota yang bersalah.
  4. Secara opsional, seorang tua memperingatkan grup anak muda tersebut.
  5. Grup itu memutuskan untuk tidak peduli.
  6. Muncul satu atau beberapa orang yang mulai memperdulikan. Pahlawan film mulai terlihat disini.
  7. Pembunuh mulai menguntit dan meneror grup itu.
  8. Anggota grup itu pada beberapa film terdapat satu orang dari pihak berwajib.
  9. Satu-persatu, anggota grup muda itu dibunuh oleh sang pembunuh.
  10. Pahlawan film itu melihat pembunuhan itu (serta pembunuhnya).
  11. Pehlawan film melakukan perlawanan dengan pembunuh.
  12. Pahlawan film membunuh atau mengalahkan sang pembunuh.
  13. Pahlawan film selamat.
  14. Tapi pahlawan film tidak bebas, dalam sekuel ia bisa mati terbunuh, bisa juga tidak.[16]

Dia kemudian melanjutkan pada penonton film yang bisa dibagi menjadi tiga bagian:

  • Katarsis—Berusaha lepas dari ketakutan yang ada pada hari itu.
  • Rekreasi—Mencari sebuah pengalaman yang menegangkan dan menakutkan.
  • Pemindahan—Gairah seksual penonton yang ingin melihat karakter yang ada di film.[16]

Film jagal Indonesia

sunting

Ragam film jagal Indonesia bisa dibilang sangat jarang karena unsur mistik dan supernatural yang kental dalam perkembangan film horor Indonesia. Srigala yang disutradarai oleh S Affair (2010) sebagai film jagal. Film ini menceritakan tentang kehidupan dua sahabat perempuan yang 'terusak' akibat perasaan suka mereka dengan seorang pria. Kemudian, salah seorang perempuan itu membunuh sahabatnya sendiri. Dan hantu sahabatnya tidak tinggal diam. Pertengahan 2010, film Pengantin Topeng karya Awi Suryadi juga merupakan film jagal. Unsur dalam film ini hampir sama dengan Air Terjun Pengantin. Kemudian, Nayato Fio Nuala dengan nama Koya Pagayo membuat film berjudul Nakalnya Anak Muda.

Referensi

sunting
  1. ^ Johnson, Gary. "Twitch of the Death Nerve". Images. http://www.imagesjournal.com/issue10/reviews/mariobava/twitch.htm Diarsipkan 2023-05-11 di Wayback Machine.. Retrieved on 2006-12-08.
  2. ^ Lucas, Tim. Twitch of the Death Nerve DVD, Image Entertainment, 2000, liner notes. ASIN: B000055ZCA
  3. ^ http://www.imagesjournal.com/issue10/reviews/mariobava/twitch.htm Diarsipkan 2023-05-11 di Wayback Machine. Johnson, Gary. "Twitch of the Death Nerve
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-12. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-07-11. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  6. ^ Adam Rockoff, Going to Pieces: The Rise and Fall of the Slasher Film, 1978 – 1986 (Jefferson, N.C.: McFarland & Company, 2002), chap. 4, ISBN 0-7864-1227-5.
  7. ^ "Eat Horror—Tobe Hooper Biography". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-25. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  8. ^ John Kenneth Muir, Wes Craven: The Art of Horror, Pg. 171 ISBN 0-7864-1923-7.
  9. ^ "70s Horror Films—Director Profiles". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-01. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  10. ^ "Allmovies—"Exploitation Movies: Bikers, Babes, and Slashers"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-16. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  11. ^ "Arrow in the Head—Black Christmas (1974) Review". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  12. ^ Adam Rockoff, Going to Pieces: The Rise and Fall of the Slasher Film, 1978 – 1986 (Jefferson, N.C.: McFarland & Company, 2002), chap. 3, ISBN 0-7864-1227-5.
  13. ^ "IGN—Top 25 Movie Franchises of All Time: #7". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-26. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  14. ^ "Popcorn Pictures—Friday the 13th (1980) Review". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-05. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  15. ^ "Fall Frights: GOING TO PIECES: THE RISE AND FALL OF THE SLASHER FILM (Film Review)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-06. Diakses tanggal 2010-07-02. 
  16. ^ a b c Vera Dika, Games of Terror: Halloween, Friday the 13th and the Films of the Stalker Cycle, (Fairleigh Dickinson University Press, 1990), ISBN 0-8386-3364-1.
  17. ^ Carol Clover, Men, Women and Chainsaws: Gender in the Modern Horror Film, (Princeton University Press, 1993), 0-6910-0620-2
  18. ^ Peter Hutching, The Horror Film (Longman, 2004), 0-5824-3794-6

Pranala luar

sunting